Damai Sejahtera Tuhan Kiranya Bertakhta
Bukan beratnya persoalan yang kita hadapi, yang penting adalah bagaimana cara kita menghadapi persoalan, masalah dan tantangan itu. Jika kita menghadapi segala persoalan dengan kekuatan Allah yang besar, maka apapun persoalan itu kecil saja dibandingkan dengan Allah yang besar.
Dan Ia, Tuhan
damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus menerus, dalam
segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian. Salam dari padaku,
Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap
surat: beginilah tulisanku. Kasih Karunia Yesus Kristus Tuhan kita, menyertai
kamu sekalian.
(2 Tesalonika
3: 16-18)
Damai Sejahtera Allah
Allah adalah Allah damai sejahtera. Damai sejahtera Tuhan yang mengalir
dari Allah yang maha kuasa kepada manusia akan memampukan seorang manusia untuk
hidup damai dengan dirinya sendiri dan dengan sesama manusia. Karena itu perjuangan mewujudkan damai
sejahtera Allah dapat terus dikerjakan oleh setiap orang dalam anugerah Tuhan.
Persoalan konflik yang menimbulkan perpecahan dalam jemaat, bukanlah
terjadi karena kurang sempurnanya, gereja atau persekutuan antar jemaat, tetapi
karena damai Allah tidak menguasai hidup seseorang. Kita menjadi sumber konflik
bukan karena kita adalah korban konflik, melainkan karena damai sejahtera Allah
tidak menguasai kita.
Pertarungan menjadi yang terbesar dalam sebuah persekutuan, antar
denominasi gereja, antar kelompok menunjukkan bahwa Allah damai sejahtera tidak
memguasai kita. Itulah sebabnya kita kerap tergoda menempatkan diri sebagai penguasa
atas diri kita, tanpa peduli pada Allah yang berdaulat.
Menempatkan sesuatu pada posisi Allah, baik kemegahan diri, keinginan
menjadi yang paling berkuasa, paling mulia, bahkan kekuatiran sekalipun hanya
menunjukkan bahwa kita telah menempatkan diri kita sebagai Allah. Akibatnya,
konflik, pertarungan, perang dan segala sesuatu yang jahat tampil menguasai diri
kita, bukannya damai sejahtera Allah.
Jemaat di Tesalonika menghadapi tantangan dari luar jemaat, yakni
orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran jemaat di Tesalonika, dan juga persoalan
dalam jemaat itu sendiri, yakni hadirnya anggota-anggota jemaat yang tidak
tertib.
Paulus menasihatkan supaya jemaat Tesalonika tetap hidup dalam firman Tuhan, dan memberikan disiplin kepada anggota jemaat yang tidak tertib, untuk Kembali hidup dalam persekutuan yang sesuai dengan firman Tuhan.
Tantangan yang dihadapi jemaat Tesalonika yang berat, bukan halangan
untuk mereka bertumbuh dalam Tuhan dalam perjuangan berat sekalipun. Karena persoalannya
bukan berapa besar tantangan, ancaman yang datang dari luar kita, tapi,
persoalannya adalah apakah damai sejahtera Allah ber-takhta dalam hati kita.
Allah yang besar akan memampukan kita menghadapi persoalan yang
bagaimanapun besarnya, apalagi Allah yang besar itu telah berjanji kepada kita
bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan ciptaannya.
Ibrani 13:5, menyatakan secara jelas. “Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu denga napa yang ada padamu. Karena
Allah telah berfirman:, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan aku
sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Perkataan penting yang diutarakan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Yesus naik ke surga adalah janji penyertaan Tuhan, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”(Matius 28: 20)
Tidak ada alasan bahwa kita tidak bisa mentaati Allah karena
kelemahan-kelemahan kita. Allah yang besar itu menjanjikan kekuatannya untuk
memepukan kita mentaati Allah tia-tiap hari. Persoalannya adalah, apakah kita
tiap-tiap hari memohon damai sejahtera Allah berkuasa dalam hati dan kehidupan
kita?
Soli Deo Gloria!
Dr. Binsar Antoni Hutabarat
https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/damai-sejahtera-tuhan-kiranya-bertakhta.html
No comments:
Post a Comment