Menemukan siapa pembunuh Brigadir Yoshua bukanlah mustahil meski beragam upaya disebarkan untuk menutupi penyingkapan data sesungguhnya.
Kita tentu setuju merangkai fakta/data-data ditempat kejadian, baik berupa dokumen audio, audio visual, dokumen tertulis serta keterangan saksi memerlukan keahlian khusus, ketekunan, dan utamanya kejujuran, apalagi ada indikasi penyembunyian fakta.
Bagaimanakah merangkai fakta/data-data yang dapat dikumpulkan terkait terbunuhnya Brigadir Yoshua?
Jika melihat peristiwa terbunuhnya Brigadir Yoshua, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian Kasus, ini adalah jenis penelitian Kualitatif. Sebuah penelitian yang ingin menguak lebih dalam sebuah kasus atau peristiwa.
Jika kita ingin menguak kasus pembunuhan brigadir Yoshua, sebenarnya mudah melalui CCTV dan juga Hp para saksi. Repotnya, CCTV ditempat kejadian rusak menurut laporan, benar atau tidaknya hal itu tentu bergantung dari penyelidikan tim khusus bentukan Kapolri.
Kegunaan CCTV tentunya hanya sebatas rekaman yang didapat. Bisa saja rekaman CCTV mematahkan anggapan yang beredar liar saat ini, tapi tentu saja tidak cukup untuk menentukan siapa pembunuh Brigadir Yoshua yang sama sekali tak terekam CCTV.
Keterangan saksi menjadi pintu penting untuk menyingkap siapa pembunuh Brigadir Yoshua, tetapi pemeriksaan saksi-saksi kunci berjalan sangat lambat, itulah sebabnya kpercayaan masyarakat terhadap Institusi Polri menukik tajam, bahkan survey Youtube RH melaporkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri hanya 10 persen.
Berdasarkan pemeriksaan saksi terbukti, Bharada E mengakui menembak Brigadir Yoshua hingga mati, tapi kenapa hingga kini tidak ada yang menjadi terdakwa?
Ada juga yang mengungkapkan bahwa mengetahui pembunuh Brigadir Yoshua itu mudah, dan tinggal melihat peluru yang menembus tubuh Yoshua, dan itu telah diakui Bharada E. Setelah penetapan terdakwa itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut apakah Brigadir Yoshua disiksa sebelum ditembak mati, atau sebaliknya. Demikian juga kasus pelecehan seksual yang dituduhkan terhadap Brigadir Yoshua, itu bisa terungkap dengan mudah.
Meski usaha menutupi fakta terus dilakukan, setidaknya mayat Brigadir Yoshua bisa berbicara melalui otopsi ulang. jika ada perbedaan jelas otopsi yang pertama yang menimbukan kontroversi dapat terungkap.
Ada banyak cara untuk menemukan data melalui metode triangulasi, baik itu triangulasi metode pengumpulan data, atau triangulasi melalui berbagai sumber data.
Merangkai data untuk menemukan pembunuh Brigadir Yoshua itu mudah, apalagi tempat kejadian, saksi utama ada, dan bisa dimintai keterangan, serta ada dokumen lain yang kemudian bisa menunjukkan siapa sesungguhnya pembunuh brigadir Yoshua.
Persoalannya sekarang, apakah tim khusus ini bersedia bekerja serius, transparan, dan mengedepankan nurani, Dengan tersingkapnya pembunuh Brigadi Yoshua kita berharap kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri akan dipulihkan.
Binsar A. Hutabarat
https://www.binsarhutabarat.com/2022/08/kontroversi-kematian-brigadir-yoshua.html
No comments:
Post a Comment