Danau Toba, dok,pribadi. |
Sebagai seorang tamatan doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, yang juga menyandang dua gelar magister bidang teologi, saya heran melihat perkembangan Penelitian pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen, secara khusus Program studi Pendidikan agama Kristen.
Salah satu contoh judul
Tesis yang diajukan seorang dosen pembimbing setelah pembimbingan seperti
berikut: " Konsep silih asih, silih asah, silih asuh dalam palsafah Sunda
Markus 12:31 sebagai perwujudan toleransi beragama di Indonesia."
Penelitian adalah
pengembangan teori atau pengujian teori.
Pengembangan teori atau pembangunan teori adalah ranah Penelitian kualitatif. Sebaliknya pengujian teori adalah ranah Penelitian
kuantitatif. Penelitian R & D bisa menggunakan mix methode, tapi yang
dimaksud bukan penggabungan paradigma kualitatif dan kuantitatif. Mix methode
atau Penelitian campuran adalah penggunaan metode kualitatif untuk
mengembangkan teori, sebagaimana tujuan Kajian teori, kemudian metode
kuantitatif untuk menguji teori.
Lucunya, dalam beberapa Penelitian
di Program studi PAK untuk memberikan pencirian PAK, atau landasan teologi
mereka umumnya menggunakan eksegese. Malangnya banyak karya Penelitian itu
tidak mampu membedakan survei kondisi dengan Penelitian survey. Sehingga eksegese
digunakan untuk membangun definisi konseptual sebuah variabel Penelitian,
itulah yang terjadi pada Tesis yang menggunakan metode Penelitian Kuantitatif.
Lebih memprihatinkan lagi, eksegese disamakan dengan Penelitian kualitatif, itulah sebabnya hasil eksegese dianggap sebagai hasil bangunan teori, bisa dibayangkan bagaimana hasil eksegese seorang lulusan PAK yang minim ilmu Biblikanya, tida-tiba menghasilkan temuan baru dari hanya hasil eksegese satu dua ayat Alkitab.
Rupanya banyak dosen di
Pendidikan Teologi Agama Kristen tidak bisa membedakan paradigma Penelitian kualitatif,
dan data kualitatif. Paradigma kualitatif adalah induktif, sedang data
kualitatif adalah kata-kata. Itulah sebabnya “ konsep silih asih,silih
asah,silih asuh dalam falsafah Sunda di baca lewat eksegese Markus 12:31. Kita
bisa membayangkan kedalaman dan keluasan eksegese seperti itu. Baca saja
hasilnya, kualifikasinya untuk level Sarjana mungkin juga tidak sampai.
Bagaimana memberikan
landasan teori dari sebuah eksegese? Mestinya yang menjadi landasannya adalah
bidang kajian, misalnya Biblika atau Bidang etika kebudayaan.
Kementerian Agama perlu
mengkaji ulang sosialisasi Penelitian pada Pendidikan tinggi teologi. Karena ada
yang mengakui bahwa metode itu diusulkan Dirjen Bimas Kristen, Kementerian
Agama RI.
Lebih lucu lagi, mahasiswa
yang tak pernah belajar statistik ramai-ramai belajar SPSS, karena mereka pikir
Penelitian adalah bisa menggunakan aplikasi SPSS, itulah sebabnya banyak Penelitian
kuantitatif pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen tidak memenuhi standar Penelitian
yang baik.
Mau tahu buktinya? Silahkan
telusuri Tesis atau Disertasi Program Studi Pendidikan Agama Kristen pada Pendidikan
Tinggi Keagamaan Kristen.
Benar pak Binsar harus diakui bahwa kualitas penelitian bidang PAK dan Teologi kadang masih salah dalam memilih pendekatan penelitian.
ReplyDelete