Semarak pendirian sinode gereja baru tak pernah berhenti, ratusan denominasi gereja hasil perpecahan yang menyisakan kecurigaan, saling caci maki, tak mampu membendung semangat perpecahan yang terus terjadi untuk menghadirkan sinode gereja baru dengan embel-embel paling suci, paling benar, dan paling segalanya.
Geliat sinode gereja baru itu tampaknya memesona, apalagi dengan segudang prestasi yang di raih sinode baru itu, mulai dari Gedung mewah, fasilitas gaji aduhai, bahkan kemewahan yang biasa ditampilkan artis tersohor, glamour, jauh dari penderitaan si miskin,
Dengan alasan kebenaran, kehadiran sinode gereja baru jadi kebutuhan. Kalau begitu, kita perlu bertanya, kebenaran itu milik siapa? Milik Tuhan atau miliki tokoh gereja pendiri sinode-sinode baru? Dalam negara yang menghargai agama, dan dukungan pemerintah terhadap agama, jumlah anggota jemaat bukan hanya bisa menebalkan saku pendiri sinode, tapi guyuran uang rakyat untuk agama menjadi berkat
Di pojok sana para akademisi teologi terbengong bengong melihat perubahan yang amat cepat, sekolah-sekolah teologi yang mengharapkan guyuran dana sinode gereja mulai sadar, sumber dana gereja kian tergerus karena perpecahan. Jalan singkatnya, akademisi teologi itu tidak jarang ikut berteriak, ini kebenaran, di atas kebenaran ini mari kita bangun gereja yang benar! Kebenaran milik siapa?
No comments:
Post a Comment