Showing posts with label Satu Tuhan banyak agama. Show all posts
Showing posts with label Satu Tuhan banyak agama. Show all posts

Wednesday, October 2, 2024

Agama Katolik Global

 


Agama Katolik global

 

Semangat Patris Allegro secara membuta menuduh semua protestan bidat dengan istilah protestantisme menimbulkan pertanyaan besar, apakah Patris Allegro sedang mempromosikan Agama Katolik Global?

Dengan alasan melawan (membela Katolik) dari serangan apologet yang disebutnya apologet Protestan, padahal MYM, Deky, Budi Asali dll, mereka semua bukan apologet gereja secara organisasi seperti layaknya Katolik.

Apologet itu dalam pandangan saya adalah apologet yang menempatkan diri sebagai teolog akademik, dan mereka itu bukan hanya mengkritik Katolik, tetapi juga Protestan, seperti serangan Budi Asali terhadap Pdt, Stephen Tong sebagai sebuah contoh.

Budi Asali yang menempatkan diri sebagai teolog akademis itu mengkritik kebijakan Gereja Reformed Injili Indonesia, dengan ketua sinode Pdt Stephen Tong terkait kebijakan gereja membantu membangun Gereja Katolik di Sumba Barat Daya.

Tujuan apologet akademik itu sesungguhnya juga mulia yaitu untuk menjaga gereja pada jalur yang benar. Hanya sayangnya hal itu disampaikan tanpa penelitian mendalam, an berlangsung dalam ajang debat, layaknya pertarungan pemimpin politik. Apalagi secara bersamaan juga mereka memberikan label sesat pada Katolik .

Timbul pertanyaan, mengapa Patris Allegro seperti sengaja menggunakan kaca mata kuda ketika membela kebenaran Katolik dengan alasan hanya membaca fakta sejarah. Padahal sejarah tidak bisa dibaca secara netral, sejarah perlu dibaca melalui teori dogma Protestan atau Katolik.

Pembacaan sejarah hanya dari sisi dogma Katolik atau tradisi suci Katolik apalagi dengan mem-bidat kan Protestan jelas menyiratkan bahwa Patris Allegro secara membabi buta menyasar Protestan, padahal para apoleget yang disebutnya apologet Protestant tidak ada yang memiliki kedudukan penting dalam Gereja atau sinode gereja.

Media social secara bebas tanpa sensor membiarkan siapa saja memanfaatkannya, dan ini perlu menjadi perhatian teman-teman Katolik yang berjibaku bersama ingin menghabisi apologet yang mereka sebut apologet Protestan.

Serangan Patris Allgro tentu saja tidak menimbulkan simpatik gereja-gereja Protestan yang beragam, apalagi Patris Allgro secara sembarangan menggunakan istilah Protestantisme, menurut definisi eksklusifnya sendiri, dan hanya dimengerti oleh Katolik.

 Paling tidak usaha Patris Allgro membidatkan Protestan mungkin bermanfaat untuk mengembalikan anggota gereja Katolik yang pindah ke gereja Protestan, dan belum sempat memahami dogma Protestan dengan baik, atau sebagian umat Katolik yang berencana pindah ke Protestan, bisa saja akan mengurungkan niatnya.

Menurut saya mimpi Patris Allegro mungkin juga teman-teman Katolik adalah hadirnya agama Katolik Global, agama yang paling benar diseluruh muka bumi.

Jika itu yang diharapkan Patris Allgro bersiaplah menyambut  kebangkitan agama-agama lain yang merasa terpinggirkan. Kalua Protestan saja mereka bidat-bidatkan, bagaimana dengan agama-agama lain.

Apakah Katolik yang ingin mengembalikan kejayaan masa lampaunya? Dan apakah Katolik sudah siap menyambut kembali kegelapan gereja pada masa lampau?

Jangan-jangan buah dari kontroversi apologet Protestan dan Katolik ini justru akan menghadirkan gelombang Ateisme di Indonesia. Bukankah pengalaman masa lampau negara agama tak berhasil menghadirkan damai di bumi?

 

https://www.binsarinstitute.id/2024/10/agama-katolik-global.html 

Tuesday, October 1, 2024

Debat Katolik Vs Protestan

 



Debat Katolik Vs Protestan

 

Saling serang dogma Katolik dan Protestan via youtube kian marak. Debat saling serang Protestan dan Katolik itu , secara khusus dari komunitas Katolik makin meluas setelah kedatangan Sang pejuang perdamaian, Paus Fransiskus ke Indonesia dan beberapa negara lainnya.

Paus Fransiskus datang dengan menyampaikan salam damai kepada agama-agama yang beragam di Indonesia, dan masyarakat Indonesia dari berbagai agama mengharap kedatangan Paus Fransiskus akan menguatkan toleransi antaragama di Indonesia.

Apalagi ada kata bersama yang mengikat semua agama-agama, yaitu slogan, Perdamaian adalah maha karya keadilan.

Repotnya, debat Katolik dan Protestan sudah ibarat pertarungan di panggung politik. Jika Dogma agama yang berbeda diibaratkan kebijakan berbeda Protestan dan Katolik. Terlihat keduanya berusaha mencarai kelemahan, lawan, mengungkapkan ketidakkonsisitenan dogma, dan kemudian memberikan label sesat pada yang lain.

Sayangnya, apologet Protestan yang merasa terpanggil memberikan hak jawab terhadap serangan kubu Katolik terhadap doktrin Protestan seperti Sola Gratia, Sola Scriptura, dan Sola Fide itu menyebut diri apologet Kristen, tapi bukan pemimpin sinode gereja, sehingga tidak layak mewakili gereja gereja Protestan, apalagi gereja Protestan itu sendiri sangat beragam.

Tampaknya kedua belah pihak Apologet Protestan dan Apologet Katolik merasa sama-sama tidak  merasa bersalah dengan debat yang saling memberikan label sesat itu. Keduakubu itu berujar bahwa mereka sedang membela kebenaran. Kedua kelompok itu merasa menjadi wakil Tuhan, yang berhak menyingkirkan yang lain.

Misi agama yang eksklusif memang telah menjadi persoalan dalam perjumpaan agama-agama, karena agama tertentu merasa berasal dari Tuhan, dan yang lain bukan berasal dari Tuhan.

Dengan semangat merampas yang berdosa kepada jalan Tuhan, mereka merasa tak bersalah meski melakukan dengan cara-cara tidak patut, bahkan kerap menimbulkan perlawanan oleh yang dianggap sesat.

Mereka yang merasa mendapat mandat dari Tuhan untuk menyelamatkan yang tersesat itu membenarkan cara apapun demi mentaati mandat Tuhan.

Mungkin ibarat merampas anak kecil yang berada dipinggir jurang, meski anak itu menangis meraung-raung penyelamat tidak peduli, karena tujuannya hanya satu, yaitu menyelamatkan seseorang dari jurang kebinasaan.

Parahnya lagi jika semangat misi itu berada pada dua kubu yang berbeda dan mengklaim masing-masing mendapatkan mandat dari Tuhan yang benar, maka konflik antar agama itu tidak jarang berujung pada kekerasan.

Negeri ini hampir tak pernah sepi dengan kekerasan yang mengatasnamakan agama, mulai dari pelarangan ibadah di rumah, sampai pada penutupan dan penyegelan rumah ibadah, bahkan lebih parah lagi terjadi penghancuran rumah ibadah.

Pertanyaannya, siapa yang salah dengan kian meluasnya debat Katolik dan Protestan yang tidak produktif itu, tampaknya keduanya akan tetap saling menyalahkan. Tapi, apakah jalan saling menylahkan akan berakhir pada penyelesaian damai?

Agama dan kepercayaan memang tidak bisa dikriminalisasikan, tapi ada undang-undang perjumpaan agama-agama yang berbeda di ruang publik. Semua agama perlu menghargai Pancasila dengan semangat bhineka tunggal ika yang menjiwai konstitusi negeri ini, dan undang-undang dibawahnya.

Menurut saya debat yang tidak produktif antara mereka yang menyebut diri apologet Kristen dan Katolik perlu digantikan dengan dialog damai yang tidak saling mengalahkan.

https://www.binsarinstitute.id/2024/10/debat-katolik-vs-protestan.html 

Monday, September 30, 2024

Debat satu arah Patris Allegro

 


 

Debat satu arah Patris Allegro melukai umat Protestan

 

Setelah saya mengamati video-video Patris Allegro dengan sangat mudah dipahami bahwa Patris Allegro mempromosikan debat satu arah, yaitu melihat Protestan masa kini melalui dogma Katolik dengan membaca perpecahan katolik dari satu arah, yaitu dogma katolik.

Parahnya lagi pembacaan sejarah konflik masa lampau itu dibaca satu arah dengan dogma katolik, dan kemudian melabelkan Protestan sesat. Itulah sebabnya saya mengatakan Patris Allgro telah melukai umat Protestan, mungkin secara tidak sengaja atau karena ketidaktahuannya, dan saya mengusulkan Patris Allgro perlu menghentikan debat satu arahnya yang tidak produktif.

Secara sembarangan Patris Allegro mengibaratkan Protestan agama yang palsu, dan Katolik agama yang benar, itulah sebabnya video-video nya menimbul perbantahan.

Meskipun video-video Patril Allegro menimbulkan perbantahan, Allegro tetap saja menolak debat dengan apologet protestan dengan alasan dogma Katolik sudah final.

 

Beda debat dan dialog yang tidak saling mengalahkan

Debat biasanya kita jumpai dalam pemilihan calon-calon terbaik pimpinan publik, seperti pemilihan Presiden, atau pejabat publik lainnya.

Debat bertujuan memilih calon terbaik yang bisa membuktikan kebijakan yang diusung itu yang terbaik dengan menunjukkan bukti-bukti.

Lawan debat biasanya akan menunjukkan bukti-bukti ketidakkonsisitenan kebijakan lawan dan menunjukan bukti-bukti kekonsistenan kebijakan yang diusung sang calon.

Debat iman yang dipamerkan Patris Allegro jelas menyerang dogma Protestan seperti sola scripura, sola fide, sola Kristus. Dogma Protestan itu dibaca Allegro dengan dogma Katolik, tentu saja tidak ada kesesuaian.

Tujuan Patris Allegro ingin membuktikan dogma Katolik yang diserang aploget Protestan membawanya jatuh pada kesalahan yang sama, misalnya terkait bahasan tentang otoritas Paus, dan Ketidak berdosaan Maria.

Debat satu arah Patris Allegro langsung saja menimbulkan perlawanan balik dari pendukung apologet Protestan.

Meskipun debat itu menolong masyarakat mengetahui perbedaan Katolik dan Protestan, debat itu tidak akan meruntuhkan mereka yang beriman Katolik atau yang beriman Protestan.

Patris Allegro perlu sadar bahwa Debat bisa menimbulkan dampak negative, yaitu menyemaikan bibit intoleransi, apalagi ketika label sesat disematkan pada Katolik atau Protestan.

Debat yang tidak produktif itu telah menghidupkan kembali Konflik masa lampau yang telah selesai, dan sama sekali tidak produktif dalam hubungan antaragama, kepercayaan, aliran dalam negara yang mengakui keberagaman agama dan kepercayaan berdasarkan Pancasila, secara khusus sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Patris Allegro perlu mempertimbangkan untuk mengambil alternative dialog yang saling tidak mengalahkan. Dan Patris Allegro perlu sadar bahwa Protestan memang beda dengan Katolik, tidak perlu mengibaratkan Protestan agama palsu, Katolik agama yang benar dan final. Patris allegro dalam hal ini telah menempatkan diri sebagai hakim.

Dalih bahwa apa yang diungkapkannya adalah sejarah masa lampau tentu saja tidak tepat, sejarah itu bisa dibaca berbeda dari dua sisi berbeda. Dan pembacaan sejarah yang berbeda itu tidak perlu di klaim ada yang benar dan ada yang salah.

Realitas itu terbatas dipahami dengan dibaca dengan teori. Jika bicara iman, tergantung iman apa yang digunakan. Jika perpecahan katolik dan protestan dibaca dengan dogma Katolik, maka Protestan yang bertentangan dengan dogma Katolik dianggap sesat.

Tapi, jika perpecahan Katolik dibaca dengan Dogma Protestan, maka katolik dianggap sesat. Tapi, Protestan dan katolik saat ini adalah identitas yang berbeda, tentu saja tidak bisa lagi dibaca secara pihak.

Katolik bisa saja mendiskusikan masalah lampau itu untuk saling memahami dan membangun hubungan yang lebih baik antara Protestan dan Katolik. Itulah sebabnya saya menawakan dialog damai antara Katolik dan Protestan yang tidak saling mengalahkan.

 

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/debat-satu-arah-patris-allegro.html 

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...