Showing posts with label sosial. Show all posts
Showing posts with label sosial. Show all posts

Wednesday, May 8, 2024

Monumen D.I. Panjaitan

 

Saat mengunjungi monumen D.I Panjaitan sang pahlawan revolusi saya terkagum-kagum dengan pesan yang tersimpan dalam koleksi benda-benda yang berada dalam gedung di areal monumen itu.

Jendral Panjaitan di gambarkan sebagai sosok yang pemberani dan cerdas, sebagaimana terpampang dalam foto di atas. tapi, beliau juga digambarkan sebagai sosok yang religius serta terbuka dan ramah.

Jika and berkunjung ke Silaen, Lumbantor jangan lupa berkunjung ke situs ini. Disana juga ada perkampunga  keluarga Panjaitan dengan rumah adat yang tertata rapih.

https://www.binsarinstitute.id/2024/05/monumen-di-panjaitan.html

Wednesday, August 4, 2021

Rahasia Memahami Misteri Kehidupan

 

AKUIndonesia 

Rahasia Memahami Misteri Kehidupan



Memahami misteri masa depan merupakan harapan semua orang, apalagi ketika berada dalam kesusahan. Namun, betapapun jelasnya lukisan masa depan, semua itu hanya lukisan semata. 


Kita tentu setuju, membuat proyeksi tentang masa depan secermat mungkin itu penting, tapi kita juga perlu paham bahwa pencapaian tentang masa depan itu sendiri sesungguhnya hanyalah karena kasih dan kemurahan Yang Maha Kuasa.


Badai Covid-19 segeralah berlalu.

Vonis Pandemi Covid-19 oleh Badan Dunia WHO telah melewati hitungan tahun. Pada Juli 2020, Pemerintah Indonesia pernah memprediksikan bahwa penyebaran covid-19 akan dapat terkendali. Sayangnya, ritual tahunan mudik dinegeri ini telah merenggut harapan itu.


Harapan baru muncul menjelang akhir 2021 ketika jumlah mereka yang terinfeksi Covid-19 kian melandai. Masyarakat mulai melonggarkan protokol kesehatan. 


Pelaksanaan vaksinasi pun berjalan lambat seiring merenggangnya pelaksanaan protokol kesehatan. Mereka yang telah mendaftar untuk mendapatkan vaksinasi kerap tidak paham, kapan eksekusi akan dilakukan. 


Himbauan vaksinasi yang dikumandangkan tak beriringan dengan pelaksanaan vaksinasi. Herannya, banyak diantara mereka yang telah menerima vaksinasi merasa diri aman. Padahal, kekebalan komunal melalui vaksinasi masih jauh dari ketentuan.


Sekolah-sekolah telah mengadakan simulasi untuk menyelenggarakan Sekolah tatap muka pada bulan Juli 2021. Banyak orang tua bergairah mendukungnya dengan seribu satu alasan. 


Menteri Pendidikan bertekat untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka, alasannya adalah demi kesejahteraan anak. Menurutnya anak adalah kelompok yang paling menderita.

Keputusan utama tetap ada pada orang tua untuk mengijinan anak mereka melangsungkan pembelajaran tatap muka.


Semangat orang tua untuk mengijinkan anak mereka mengikuti pembelajaran tatap muka mulai menipis ketika mendengar penyebaran Covid yang luar biasa di India. 


Kasus di India ternyata menyasar negara-negara lain. Malaysia yang menjadi sasaran penyebaran covid-19 varian baru dengan cepat melakukan Lock Down.


Lock Down mikro yang menjadi strategi pemerintah Indonesia kembali di dengungkan di Jawa Tengah, secara khusus Kudus , daerah yang tiba-tiba menjadi berita utama penyebaran covid varian baru yang berasal dari India, yaitu Varian Delta.


Berita penyebaran virus corona varian delta ternyata juga menyasar Madura. Tak lama kemudian penyebaran virus corona yang tak terkendali itu juga menyasar Jakarta, Depok, dan Bandung.


Kementerian Agama Indonesia merespon dengan membuat surat edaran larangan menjalankan ibadah di daerah zona merah penyebaran covid-19. 


Jakarta mengeluarkan peraturan Gubernur untuk kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar,yang penerapannya dengan melakukan PSBB mikro.  Lock Down Mikro yang dianggap mujarab mulai diterapkan lebih serius pada daerah-daerah zona merah. 


Harapan selalu ada.

Pada kondisi sulit tersebut hadir berita tentang keberhasilan India menekan ledakan penyebaran Covid-19. Kuncinya adalah pengetatan pembatasan sosial, peningkatanTest Covid-19, serta vaksinasi massal.  


Indonesia perlu serius menerapkan metode yang sebenarnya bukan lagi jadi rahasia umum itu. Kerjasama semua elemen bangsa perlu diperkuat untuk menekan laju penyebaran virus corona yang memprihatinkan.


Melejitnya jumlah harian mereka yang terinfeksi virus corona menyebakan banyak rumah sakit dibanjiri pasien. Bahkan,  banyak pasien harus rela berada di tempat-tempat perawatan darurat. Dokter dan tenaga medis pun menjerit dan kerap mengingatkan agar masyarakat tetap di rumah saja.


Belajar dari India, masyarakat Indonesia tak perlu kehilangan harapan. Berhentilah untuk menuding siapa yang salah, dan bekerjalah bersama-sama untuk memelihara kehidupan bersama. 


Bagaimana gelapnya masa depan itu, Tuhan tetap berdaulat atas kehidupan ini, dan betapapun jelasnya lukisan masa depan yang kita tetapkan, yang menentukan masa depan itu adalah Tuhan. Berharap, dan bertahanlah pada masa sulit sekalipun, karena Yang Maha Kuasa itu setia. Segala kemulian hanya bagi Tuhan.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2021/06/rahasia-memahami-misteri-kehidupan.html


Wednesday, March 31, 2021

Mensyukuri Realitas Keragaman Indonesia

 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!





Mensyukuri realitas keragaman Indonesia adalah cara bijaksana merawat keragaman indonesia. Sebagai negeri yang tersohor sebagai tempat persemaian agama-agama Indonesia, karena hampir semua agama besar di duni ada di indonesia, toleransi masyarakat Indonesia patut menjadi teladan bagi bangsa-bangsa.

 

Keragaman adalah suatu kenyataan obyektif dari masyarakat Indonesia yang bukan hanya tidak perlu diperdebatkan lagi, tapi sebaliknya semua elemen bangsa ini perlu mensyukurinya.

 

Pluralitas masyarakat Indonesia sesungguhnya mencakup banyak aspek. Keragaman Indonesia secara khusus terlihat dari sudut aspek geografisnya yang menghadirkan komposisi etnis, rasial dan kulturnya, tetapi juga terkait agama, ekonomi, dan sistem kekerabatannya.

 

Sebagai sebuah negara kepulauan, Nusantara yang kita cintai ini, rakyatnya bukan hanya ramah menyapa mereka yang berasal dari pulau-pulau lainnya, tapi juga ramah terhadap kehadiran bangsa-bangsa lain.  

 

Mungkin, ada anggapan Indonesia adalah bangsa yang belum selesai, secara khusus ini dilihat dalam perspektif Barat, yang menyangsikan apakah Indonesia dapat disebut sebuah masyarakat, dan apakah tidak lebih tepat disebut masyarakat-masyarakat, yang belum menjadi masyarakat yang satu dalam sebuah bangsa yang satu.

 

Pancasila yang menjadi dasar bersama masyarakat Indonesia yang beragama dalm sebuah bangsa yang satu dibawah Pancasila memang tidak kehilangan identitasnya yang beragam, tapi tidak berarti tidak ada perekat dari keragaman Indonesia itu.

 

Bagi masyarakat Indonesia, keragaman itu adalah suatu realitas yang diterima dengan rasa syukur, itu dapat terlihat dengan toleransi agama, suku, budaya dan antar golongan yang dinaungi semangat Bhineka Tunggal Ika.

 

Konflik yang terjadi terkait dengan suku, agama, budaya dan antar golongan sebenarnya bukan khas Indonesia. Pada sisi lain, kita tentu setuju tak ada dunia tanpa konflik. Keterbatasan manusia membuat perjumpaan yang terbatas itu bisa menimbulkan salah paham dan konflik. Tapi, kesadaran keterbatasan yang dinyatakan dengan sikap toleran sesungguhnya menjadi modal dasar yang menjadikan Indonesia tetap utuh dalam keragaman.

 

Kita tentu setuju bahwa perjumpaan serta persentuhan dengan pengaruh-pengaruh dari dunia luar tidak mengubah kenyataan keragaman Indonesia, melainkan telah menambah kompleksitas nya, yaitu yang oleh sementara ahli disebut menciptakan situasi structural yang “campur namun tak padu” (mixed but not combined). 

Tapi, kepaduan itu sendiri mesti dimaknai sebagai sebuah pencapaian yang tak berujung. Maka, campur namun tak padu itu sendiri harus dimaknai sebagai sebuah pencapaian  yang tak berujung juga. 

Jika kepaduan telah mencapai titik  akhirnya, keragaman itu dengan sendirinya akan sirna. Itu adalah realitas dari keterbatasan manusia.

 

Masyarakat Indonesia sesungguhnya merupakan percampuran antara pelbagai jenis polarisasi, yang tidak pernah terkristalisasi menjadi sebuah entitas kultural yang utuh.

Tapi, itu tidak bisa ditafsirkan bahwa tidak terjadinya kristalisasi itulah yang menyebabkan hadirnya ketegangan atau konflik yang terus terjadi dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, hingga perkembangan indonesia menjadi negara yang modern.

 

Menurut keyakinan saya , pemahaman kita mengenai Indonesia sebagai “bhineka tunggal ika”amat sangat menentukan. Kita akan menciptakan persoalan besar yang dapat berakibat amat fatal bila kita hanya menekankan dimensi yang satu dan mengabaikan dimensi yang lain.

Kita akan menciptakan malapetaka bila kita mau memaksakan kesatuan dengan membunuh keanekaragaman, atau bila kita hanya  mengakui keanekaragaman tanpa mempedulikan risikonya bagi kesatuan.


Kita berharap teror-teror yang kerap terjadi pada perayaan-perayaan agama di indonesia dapat disudahi, dan kita dapat hidup bergandengan tangan sebagai sesama manusia, yakni manusia Indonesia yang beragam.

https://www.binsarhutabarat.com/2021/03/mensyukuri-realitas-keragaman-indonesia.html


Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...