Setidaknya ada dua perbedaan yang mendasar terkait keyakinan Alkitab, apakah sebagai firman Allah atau berisi firman Allah yang menjadi sumber dalam berteologi.
Pertama mereka yang percaya Allah hanya memberikan data-data atau fakta-fakta dalam Alkitab kemudian pembaca boleh menafsirkannya menurut pandangan mereka.
Kelompok yang kedua mengatakan bahwa Allah bukan hanya menyatakan data-data atau fakta-fakta tentang Allah, tetapi juga Allah secara langsung menjelaskan tentang fakta-fakta itu. Ambil contoh, fakta Injil dipaparkan dalam kitab Injil Matius, Markus dan Lukas. Kemudian kitab-kitab selanjutnya menjelaskan tentang fakta Injil itu.
Teologi Alkitab
Hasil dari hermeneutika Alkitab adalah teologi Alkitab. Perbedaan hasil hermeneutik Alkitab itu terjadi karena keyakinan terhadap Alkitab sebagai sumber berteologi itu memiliki perbedaan.
Kelompok pertama akan mengumpulkan data-data dalam Alkitab, kemudian berdasarkan data-data yang mereka miliki, maka mereka membangun rumusan teologi mereka.
Semakin banyak data yang dikumpulkan maka makin baik generalisasinya, demikian juga rumusan teologi yang dihasilkan. Jika mengacu pada penelitian kualitatif , maka rumusan itu menjadi teori atau hipotesis yang bisa digugat kebenarannya.
Kelompok yang kedua bekerja lebih keras dalam menafsirkan Alkitab. Selain mengumpulkan data-data Alkitab, mereka juga mengelompokkan data-data itu dalam tema-tema tertentu, tapi juga memperhatikan kronologis dari data-data yang dikumpulkan, .
Kemudian mereka mengelompokkan data-data tersebut, dan berdasarkan data-data itu dibuatlah sebuah hipotesis atau teori. Tapi mereka juga membandingkannya dengan penjelasan Alkitab tentang data-data itu, sehingga mereka membangun teologi Yohanes, teologi Paulus dll. Teologi-teologi itu tidak boleh berkontradiksi, itulah sebabnya mereka menyebutnya Alkitab menafsirkan Alkitab
Penafsiran Alkitab yang murni
Kedua pandangan tersebut hampir tak memiliki perbedaan, hanya saja pandangan kedua akan lebih rendah hati untuk tidak menjelaskan apa yang Alkitab tidak jelaskan. Sedang yang pertama akan selalu tergoda untuk membuat hipotesis dari data-data yang dikumpulkan meski data-data Alkitab itu masih sangat sederhana. Ketika seseorang membangun sebuah hipotesis dari data yang sangat sederhana ini, maka pengetahuan itu bisa digolongkan pada pendapat bukan hasil rumusan teologi ilmiah.
Perdebatan yang terjadi biasanya bukan hanya pemahaman Alkitab yang terbatas, tetapi juga pemahaman peristiwa yang akan dikomentari juga terbatas.
Pada kondisi ini kedua belah pihak yang berkonflik harus dengan rendah hati mengakui bahwa pendapatnya tidak memiliki pembuktian data yang cukup. Pada tataran ini perbedaan pendapat tidak harus membawa kepada konflik siapa yang memiliki penafsiran yang murni dan mana yang tidak murni.
Dr. Binsar Antoni Hutabarat