Menyusun Struktur Argumen Karya ilmiah
Kemampuan untuk menyusun argumen karya ilmiah yang baik tidak datang dengan sendirinya, tapi memerlukan latihan yang serius. Langkah awal adalah memiliki pengetahuan stuktur argumen ilmiahm dan selanjutnya melatih diri menyusun argumen karya ilmiah dengan baik dan benar.
A. Pengertian Argumen
Argumentasi merupakan inti dari bagian terbanyak penulisan ilmiah. Secara Ringkas, dalam sebuah tulisan ilmiah penulis menyampaikan pendapatnya tentang suatu gejala, konsep atau teori tentunya dengan harapan bahwa ia dapat meyakinkan pembacanya akan kebenaran pendapatnya. Oleh karena itu, seseorang penulis harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan sebuah argument. Ia perlu tahu jenis-jenis pernyataan yang diajukan dengan cara merangkaikan semuanya dengan benar.[1]
B. Unsur-unsur Argumen
Sebuah Argumen dapat disampaikan dalam beberapa kalimat, beberapa alinea atau sebuah tulisan sepanjang satu buku. Berapapun panjangnya sebuah argument, juta dapat mengkajinya dengan memperhatikan unsur-unsur pembentuknya. Ada berbagai cara yang dipergunakan untuk membedah sebuah argument, yang semuanya merupkan modifikasi dari logika formal. Berikut ini akan dibacakan tentang beberapa cara sebuah argument terstruktur.
LogikaFormal
Argument
dalam logika formal memiliki paling sedikit tiga buah pernyataa. Pernyataan
pertama adalah premis mayor, yaitu sebuah pernyatan umum tentang
hubungan antara dua hal: A dan B. Pernyataan kedua adalah Premis
Minor, yaitu pernyataan yang lebih spesifik tentang sebuah hal baru
(C), yang dihubungkan pada hal A. Pernyataan ketiga adalah kesimpulan yang
engaitkan B dengan C (Remage dan Bean 199:98).
Contoh
:
Premis Mayor : Setiap manusia (A) akan mati (B).
Premis Minor : Sokrates (C) adalah manusia (A).
Kesimpulan : Sokrates (C) akan mati (B).
Rumusan seperti ini disebut silogisme, dan dilihat dari susunan pernyataannya dan jenis hubungan antara hal-hal yang terkandung dalam setiap pernyataan, ada berbagai bentuk silogisme yang mungkin dirumuskan[2].
C. Keterbatasan Logika Formal
Keterbasan
dari logika formal adalah bahwa perhatian kita tertuju pada struktur argument
saja dan tidak pada isi atau kebenaran dari pernyataan-pernyataannya.[3]
D. Struktur Argumen dari Toulmin
Stephen
Toulmin mengajukan cara lain untuk melihat sebuah argument, yng memperhatikan
struktur argument maupun isi dari pernyatan-pernyataanya.[4] Ia berpendapat bahwa sebuah argument
harus terdiri dari enam unsur yaitu ;
Grounds : segala data atau informasi
yang kita miliki dan dapat dijadikan dasar untuk membuat sebuah pernyataan.
Claim : kesimpulan atau
pernyataan yang ingin kita ajukan, yang didasarkan atasgrounds.
Warrant : pernyataan yang
menghubungkan sebuah claim dengan grounds yang
ada.
Backing : bukti-bukti untuk mendukung warrant.
Qualifier : pernyataan yang
menunjukan besarnya kemungkinan claim.
Condition for rebuttal (kondisi penyangkalan) :
pernyataan tentang pengecualian-pengecualian terhadap claim.
Skema
Toulmin lebih tepat bagi penulis karena tujuan penulisan ilmiah pada umumnya
adalah untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran pernyataan-pernyataan
penulis. Penulis dapat membayangkan seorang pembaca yang siap mempertanyyakan
tiap-tiap pernyataan yang dibuat penulis.
E. Kesalahan-kesalaha dalam Argumen
Banyak
argument yang memiliki kelemahan karena mengandung kesalahan-kesalahan yang
bersifat informal. Ini adalah kesalahan-kesalahan yang tidak terkait pada
struktur logis sebuah argument yang dapat jelas terlihat salah atau benar
tetapi pada hal-hal yang hanya dapat dikira-kira. Apabila kita berbicara
tentang kesalahan informal, seringkali kita temukan bahwa penilaian orang dapat
berbeda-beda. Serrangkaian kalimat yang dianggap tidak tepat oleh satu orang
mungkin saja dianggap benar oleh orang lain. Berikut adalah uraian dari
beberapa kesalahan yang sering dilakukan seorang penulis ;
· Supporting Idea : Pengulangan dari
controlling idea dengan pilihan kata yang berbeda
· False dilemma : apabila penulis
menyederhanakan sebuah argument sehingga seolah-olah hanya ada dua kemungkinan
dalam masalah yang dibahasnya.
· Post hoc, ego propter
hoc : kesalahan yang
terjadi ketika seseorang menganggap urutan kejadian sebagai hubungan sebab-akibat.
· Kesimpulan yang terlalu luas
berdasarkan data yang sedikit
· Kesalahan dalam penggunaan
analogy
· Mengacu pada otoritas yang
salah
· Mengacu pada pribadi lawan
dan bukan pada argumennya
· Terlalu menyederhanakan
pendapat-pendapat yang berlawanan dengan pendapat sendiri
· Menyajikan bukti yang tidak
dapat dikaji langsung oleh pembaca
· Mengacu pada premis-premis
irrasional
· Menganggap hal-hal yang sudah
dikenal sebagai hal yang lebih baik daripada yang belum dikenal
Dr. Binsar Antoni Hutabarat