Menulis adalah mempublikasikan apa yang kita tahu, kuasai dan perlu berguna untuk banyak orang, masyarakat, negara. Publikasi tulisan mestinya dilandasi semangat untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Itulah sebabnya menulis adalah mencipta.
Dedikasi sang penulis
Sebagai seorang cendikiawan yang kerap mengajar, meneliti dan selanjutnya menerapkan ilmu itu bagi kesejahteraan masyarakat, menulis merupakan sebuah dedikasi.
Menulis bukan sekadar mendapatkan angka kredit untuk kepangkatan seorang dosen, atau mendapat kelulusan bagi mahasiswa. Menulis pada konteks itu merupakan bakti seorang cendikiawan.
Menulis menjadi tak banyak gunanya ketika yang dituliskan adalah karya orang lain, biasa disebut plagiasi, ini tentu tak ada yang baru.
Tapi untuk memenuhi hasrat mendapatkan jabatan guru besar misalnya, atau kepangkatan yang berada dibawahnya, tak sedikit yang rela membayar, dan menghadirkan sebuah tulisan yang tak ada kebaruannya.
Parahnya lagi pengelola jurnal rela melacurkan diri untuk meraup keuntungan, dan tak peduli apakah kontribusi kecendikiawanan dari jurnal ilmiah yang dikelola, biasa disebut jurnal predator.
Jika menulis adalah mencipta, menghadirkan sebuah karya baru, maka perlu ada pengakuan hak cipta. Jika kita menulis blog, dan tulisan kita itu diikuti oleh iklan, mestinya penulis bukan hanya mendapatkan honor dari iklan, tetapi pemuat blog dalam hal ini google misalnya harus membayar kepada penulis.
Apa bedanya menulis yang mencipta dengan seorang penyanyi yang mencipta lagu? pencipta lagu menuliskan karangannya dan kemudian menjadikan lagu yang dinikmati banyak orang. Penulis mempublikasikan pengetahuannya untuk mencerahkan pemikiran dan kehidupan banyak orang.
Menurut saya, pemerintah Indonesia perlu menghadirkan kebijakan publik yang adil dan memberikan keadilan untuk semua, termasuk dalam hal ini keadilan untuk penulis yang adalah pencipta. Publikasi pengetahuan penulis perlu dihargai sebagaimana juga publikasi lainnya.
Bagaimana menurut anda, silahkan memberi komentar yang membangun.
https://www.binsarinstitute.id/2024/02/dedikasi-sang-penulis.html