Satu Tuhan Banyak Agama
Keyakinan terhadap adanya Tuhan Pencipta Langit, Bumi dan segala isinya ada pada semua agama, itulah sebabnya, ketika sila ketuhanan yang maha esa di tetapkan sebagai sila pertama dalam Pancasila, tak ada agama-agama atau kepercayaan di Indonesia yang menolaknya.
Masyarakat Indonesia percaya adanya Tuhan yang esa dalam berbagai bentuk interpretasi. Agama-agama suku yang beragam di Indonesia dapat menerimanya.
Klaim agama-agama tentang Tuhan yang benar yang transenden serta jalan keselamatan yang ditawarkannya, merupakan interpretasi individu atau kelompok agama tertentu, dan negara tidak campur tangan menentukan agama yang benar dan tidak, karena negara tidak berteologi.
Interpretasi agama akan Yang Maha Esa itu benar menurut keyakinan individu atau kelompok, tentunya sesuai kaidah penafsiran yang diterima komunitas agama itu.
Rumusan keyakinan tentang Tuhan itu sah-sah saja untuk diajarkan kepada generasi penerus individu atau kelompok-kelompok agama itu. Apalagi itu dilindungi oleh undang-undang hak asasi manusia.
Demikian juga klaim agama-agama yang mendasarinya pada wahyu, atau keyakinan bahwa Allah yang transenden, yang tak dapat dijangkau dengan akal budi itu telah mewahyukan dirinya untuk dikenal oleh manusia yang tidak dapat menghampiri Tuhan, benar dalam keunikan agama-agama.
Interpretasi agama-agama Wahyu yang mendasari rumusan doktrin agama berdasarkan kitab-kitab suci yang diwahyukan itu benar dan unik.
Dikatakan benar karena memang interpretasi itu memenuhi kaidah penafsiran pada kelomok agama tertentu. Dikatakan unik, karena interpretasi itu hanya berlaku untuk keyakinan agama tertentu yang berada dalam kelompok tertentu.
Kita tentu paham bahwa dalam satu agama-agama wahyu bisa terdiri dari banyak kelompok yang berbeda yang biasa disebut sekte atau aliran-aliran tertentu. Karena itu kita bisa menyimpulkan, bahwa dalam Pancasila kita mengakui adanya Satu Tuhan dalam interpretasi banyak agama dan aliran agama-agama.
Satu Agama Kristen dan Keragaman Denominasi
Keragaman interpretasi terhadap Tuhan yang satu yang telah mewahyukan diri-Nya adalah realitas dalam agama Kristen. Kristen Protestan, Katolik merupakan dua aliran besar dalam kekristenan.
Dirjen Bimas Kristen mendaftarkan ada 13 aras nasional dalam agama Kristen. Berarti setidaknya ada tiga belas kelompok aliran dalam satu agama Kristen. itu pun di luar Katolik yang memiliki Direktur Jenderal tersendiri dalam Kementerian Agama RI.
Sejarah pertarungan antar kelompok atau aliran dalam agama Kristen menyisakan pertanyaan besar, mengapa kelompok -kelompok itu tega menghabisi sesamannya, yang juga sesama ciptaan Tuhan.
Bisa jadi itu mungkin terjadi karena klaim absolut interpretasi kelompok-kelompok. Pengakuan iman dalam Kristen yang diperlukan untuk menyatukan umat Kristen, telah menjadi instrumen untuk melegalkan deskriminasi dan penganiayaan terhadap sesamanya. Dengan alasan memurnikan agama dari para penyesat, deskriminasi dan kekerasan terhadap yang berbeda dilegalkan.
Parahnya lagi, aliran-aliran dan kekristenan itu kemudian menggunakan tangan negara untuk menjaga eksistensi kelompok mereka, bahkan lebih jauh lagi ada yang berusaha menguasai negara untuk mendapatkan hak khusus dalam negara agar eksistensi aliran itu terjamin.
Menurut saya,sudah waktunya kelompok, aliran, atau denominasi Kristen menyadari bahwa pengakuan iman bukan instrumen untuk menegasikan yang lain, apalagi untuk melakukan kekerasan pada yang berbeda. Pengakuan iman sepatutnya menjadi instrument untuk menyatukan umat Kristen.
Persatuan umat Kristen itu penting untuk menjadi dasar persatuan dan perdamaian dunia. Kekristenan bertanggungkawab untuk mengusahakan kehidupan yang adil, damai dan sejahtera.
Selanjutnya klaim interpretasi yang paling benar, absolut, atau paling mendekati kebenaran tak perlu dipaksakan. Bukankah klaim kita atas interpretasi terhadap Alkitab, yang kemudiaan dirumuskan menjadi doktrin atau kemudian di dogmakan hanya benar sebatas argumentasi atau data yang kita miliki? Pada sisi lain tak ada individua atau kelompok yang tahu akan segala sessuatu.
Pengakuan Satu Tuhan banyak Agama bukan usaha merelatifkan segala sesuatu, tetapi karena kita tentu setujua yang absolut hanyalah Tuhan, maka semua manusia tidak boleh mengklaim diri memiliki pengetahuan yang absolut tentang Tuhan.
Interpretasi manusia tentang Tuhan terbatas, dan interpretasi itu benar sebatas bukti-bukti yang memberikan dukungan terhadap interpretasi itu.
Interpretasi agama memang mempunyai kepastian dalam setiap individu yang menghidupi keyakinan agama itu, mereka memiliki pengalaman yang nyata tentang pengalaman dengan Tuhan, mulai dari hidup yang diperbaharui, ,mendengar suara Tuhan, mengalami kesembuhan dari sakit penyaki dll. Tapi meski keyakinan itu memiliki kepastian karena menjadi pengalaman subyektif, atau pengalaman individu, itu tidak dapatdigeneralisasikan.