Tuesday, October 20, 2020

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Menguatkan Persatuan Indonesia

 




Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Menguatkan Persatuan Indonesia


Absennya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah menjadikan Pancasila hanya sebagai slogan kosong. 

Pancasila dibicarakan tetapi hanya dimulut saja, menjadi lips sevice semata. Maraknya konflik yang mengatas namakan kelompok dan agama di negeri ini merupakan bukti miskinnya implementasi dari nilai-nilai Pancasila yang anti diskriminasi.

 

Kondisi ini sebenarnya jauh-jauh hari telah diingatkan oleh Eka Darmaputera, “Dalam praktik kita bangun memang bukan masyarakat Pancasila. Masing-masing kelompok sibuk membangun masyarakatnya sendiri. Alhasil, yang terbangun bukanlah masyarakat Pancasila, melainkan satu masyarakat (Pancasila) yang merupakan kumpulan atau penjumlahan dari masyarakat-masyarakat tadi. Satu masyarakat yang merupakan kumpulan umat-umat. Bagaikan sebuah kepulauan yang terdiri dari ratusan pulau, yang satu sama lain tersekat-sekat oleh ribuan selat.”

 

Karena itu tepatlah, solusi untuk menyelesaikan persoalan yang kini dihadapai bangsa Indonesia adalah revitalisasi dan aktualisasi Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, tanpa harus menjadikan Pancasila sebagai dogma kaku yang dikeramatkan, atau menjadikannya ideologi tertutup. Pancasila adalah ideologi terbuka yang mampu mengatasi dan melintasi dimensi ruang dan waktu.

 

Pancasila bukan sesuatu yang diberikan (given), tetapi itu adalah sebuah pencapaian. Soekarno mengatakan bahwa Pancasila bukanlah ide baru, tapi digali dari bumi Indonesia dan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam.  Karena itu Pancasila merupakan dasar filosofis yang masih perlu terus digali seiring dengan perkembangan terbaru saat ini untuk menghadapi permasalahan-permasalahan relevan saat ini.

 

Kita tentu setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mahfud MD, “Pancasila telah termarginalisasi dari kehidupan masyarakat Indonesia bukan karena Pancasila tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, melainkan karena masyarakat tidak memosisikan pancasila sebagai garis dan pedoman bermasyarakat.”  Dapat dibayangkan, betapa berbahayanya apabila Pancasila tidak lagi menjadi nilai-nilai bersama, yang menjadi landasan etik dan moral bangsa Indonesia, setiap orang memiliki landasannya sendiri-sendiri. Pada kondisi ini dapat dikatakan, Indonesia sedang menghadapi bahaya disintegrasi, masing-masing individu, kelompok mengambil jalannya sendiri-sendiri, bukan jalan Pancasila. Ini mengakibatkan kaburnya norma-norma apa yang baik dan yang jahat, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang benar dan apa yang salah, bisa disebut, telah terjadi krisis moral.

 

Kita berharap Pusat Pendidikan Pancasila yang telah diresmikan itu menjadi wadah penting dalam mengimplementasikan dan melembagakan nilai-nilai Pancasila secara lebih efektif.

 

Pancasila dan persatuan bangsa

 

Lahirnya NKRI merupakan suatu mujizat yang luar biasa. Sebagai negara yang paling terpecah-pecah di bumi ini mustahil untuk dapat mempersatukannya. Indonesia memiliki ribuan buah pulau. Belum lagi kemajemukan agama, budaya dan bahasa. Dari segi budaya dan bahasa Indonesia adalah negara yang paling majemuk di dunia. Indonesia memiliki 250 bahasa dan kira-kira 30 kelompok etnis. Wajarlah apabila terjadinya proses penyatuan dari pulau-pulau yang sangat terserak dan memiliki agama, budaya, dan bahasa yang sangat bergama, dianggap sebagai suatu mujijat. Dan Pancasila dalam hal ini adalah alat pemersatunya. Secara historis Pancasila mampu memenuhi tuntutan persatuan untuk melawan kolonialisme tanpa melenyapkan keanekaragaman yang bersemayam lama di negeri ini.

 

Pancasila bisa disebut sebagai fitrah bangsa karena tanpa Pancasila negeri ini sulit untuk dipersatukan. Itu juga terlihat dalam penetapan Pancasila sebagai dasar ideologi negara yang sudah final dan tidak tergantikan. Pancasila ada dalam sanubarinya masyarakat Indonesia. Perdebatan tentang Pancasila lebih kepada persoalan implementasinya dan bukan persoalan konseptual.

 

Adalah wajar jika di tengah kemajemukan yang tinggi dan juga kebebasan yang relatif baru, di era reformasi ini , munculnya banyak ketegangan dan konflik-konflik antar kelompok dengan pandangan-pandangan yang berbeda. Namun di tengah keperbedaan-keperbedaan yang ada itu Pancasila sebagai filosofi bangsa yang merupakan dasar hidup bersama  perlu terus digali untuk menjawab permasalahan-permasalahan sosial yang ada, bukan malah mengabaikannya.

 

Soekarno mengatakan bahwa Pancasila bukanlah ide baru, tapi digali dari bumi Indonesia dan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam.  Karena itu Pancasila merupakan dasar filosofis yang masih perlu terus digali seiring dengan perkembangan terbaru saat ini untuk menghadapi permasalahan-permasalahan relevan saat ini. Pengamalan Pancasila dalam hal ini harus mengarah pada dialog terus menerus mengenai bermacam-macam bentuk pengamalan sila-sila Pancasila mengenai masalah-masalah yang dihadapi secara bersama oleh semua kelompok di dalam masyarakat. Dan Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi dalam hal ini memiliki peran strategis untuk mewujudkan hal tersebut.

 

Terciptanya komunalisme agama dan budaya yang menghambat lahirnya masyarakat Pancasila juga sangat dipengaruhi oleh sikap pemerintah. Pemerintahan yang tidak adil menyebabkan terjadinya diskriminasi suku budaya dan agama. Pembangunan yang tidak merata, membuat Indonesia menjadi beragam dalam kehidupan sosial ekonomi. Akibatnya pertumbuhan suku, budaya dan agama yang pada awalnya merupakan perlawanan terhadap sikap pemerintah yang tidak adil, kemudian mengarah pada konflik antar kelompok yang ada.

Pusat pendidikan Pancasila dan Konstitusi akan sangat memiliki fungsi strategis jika pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk berpegang pada Pancasila, dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam menjalankan roda pemerintahan di negeri ini. Tanpa itu, Pendidikan Pancasila dan Konstitusi MK  tak akan berperan banyak.

 

 

Dr. Binsar A. Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html

Monday, October 19, 2020

Bertumbuh Bersama Menjadi Seperti Kristus





 Bertumbuh Bersama Menjadi Seperti Kristus

 Bertumbuh Bersama Menjadi Seperti Kristus hanya mungkin kita lakukan dengan bergandeng tangan dalam kekuatan Tuhan.



Orang percaya memiliki iman yang sama terhadap Alkitab sebagai Firman Allah. Karena itu orang percaya menggali isi Alkitab yang sama untuk makin mengenal Allah. Perbedaan yang terjadi dalam menafsirkan Alkitab sejatinya menolong orang percaya untuk memahami perlunya saling belajar satu dengan yang lain untuk makin mengenal Allah secara benar. Kristus, Firman Hidup yang bangkit dari kematian, dan menjadi dasar kekuatan gereja adalah Firman yang esa. Gereja yang minum dari sumber air hidup yang sama yaitu Firman Tuhan perlu bertumbuh bersama menjadi seperti Kristus.

 

Berdasarkan iman bahwa Alkitab adalah Firman Allah, orang percaya menggunakan akal budinya untuk menggali isi Alkitab untuk mengetahui tentang Allah, Karya, dan kehendak-Nya sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab. Usaha manusia mengumpulkan data-data dalam Alkitab itu terbatas, maka sejatinya tidak ada orang atau tokoh Kristen yang dapat mengklaim penafsirannya paling benar, apalagi absolud.

 

Penafsiran kita tentang suatu bagian Alkitab harus dibandingkan dengan hasil rumusan doktrin atau dogma yang diwariskan tokoh-tokoh gereja sebelumnya. Tapi karena penafsiran tokoh gereja sebelumnya juga tidak sempurna atau dibawah Alkitab, bisa saja penafsiran teolog jaman tertentu atau jaman kini memperbaiki penafsiran gereja sebelumnya, tapi sekali lagi itu pun tidak absolud.

 

Hasil penggalian Alkitab seorang teolog yang dirumuskan menjadi doktrin dan kemudian menjadi dogma itu tetap berada dibawah Alkitab, bahkan pengakuan iman sebagai rumusan dogma juga dibawah Alkitab, dan boleh saja direvisi, tentu jika memiliki dasar yang kuat artinya ada temuan yang didasarkan Alkitab tentang perlunya pengembangan rumusan pengakuan iman.

 

Validasi doktrin seharusnya didasarkan kofirmasi Roh Kudus. Karena hasil penggalian Alkitab tidak otomatis membuat kita percaya pada rumusan hasil penggalian Alkitab, meski pun langkah-langkah penggalian Alkitab sudah kita lakukan dengan cara benar. Keyakinan bahwa rumusan doktrin itu benar hanya karena konfirmasi Roh Kudus,

 

Doktrin mengarahkan orang untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Roh kudus berkarya dalam diri seseorang yang bertekad untuk hidup dalam rencana Allah sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, dan pengalaman orang itu kemudian akan mengakui bahwa benar pengetahuan yang di dapat dalam Alkitab itu benar. Inilah yang disebut pengakuan iman secara pribadi.

 

Doktrin penting untuk menunjuk pada kehidupan yang benar, dan keabsoudan itu terjadi terjadi ketika orang itu hidup dalam pengetahuan yang dia yakini benar, dan itu juga karena  konfirmasi dari roh kudus. Pengakuan iman bukan untuk menghakimi tetapi untuk menunjuk kepada Tuhan yang hidup, Firman Tuhan yang benar.

 

Sebagian orang menggali isi Alkitab dengan menekankan pada pengalamannya dengan Tuhan. Orang itu mengalami pengalaman-pengalaman dengan Tuhan yang luar biasa, seperti dipakai Tuhan melakukan mujizat.

 

Mujizat itu sendiri sangat sulit dijelaskan. Maka tidak heran penjelasan orang percaya tentang mujizat, yang disebut juga doktrin tentang mujizat, penjelasannya sangat terbatas, dan tentu saja penjelasan tentang mujizat bergantung pada pengalaman orang itu. Jadi doktrin tentang mujizat itu juga relatif.

 

Pengalaman orang itu adalah benar adanya, absolud untuk dirinya, karena faktanya memang demikian. Tapi, interpretasi tentang pengalaman atau penjelasan tentang pengalaman orang itu dipakai Tuhan dalam mujizat adalah relatif. Orang yang mengalami mujizat tidak boleh memberikan jaminan absolud bahwa pengalaman yang dialami akan terjadi dengan cara yang sama pada orang lain. Dia cukup menyaksikan pengalamannya dipakai dalam melakukan mujizat yang diyakininya atas kehendak Allah. Karena pengalaman setiap orang tentu berbeda.

 

Dengan demikian jelaslah membangun doktrin dari penggalian Alkitab dengan eksegese yang luar biasa tetap saja harus dibandingkan dengan doktrin atau dogma gereja lain, dan itu pun tetap relatif. Demikian juga membangun doktin dari pengalaman dengan Tuhan, secara khusus dalam pengalaman melakukan mujizat untuk kemuliaan Tuhan juga relatif, jadi tidak boleh dipaksakan kepada yang lain.

 

Gereja harusnya dapat saling belajar satu dengan yang lain. Tidak boleh ada gereja yang mengklaim gerejanya paling mendekati Tuhan, atau mendekati kebenaran. Gereja memerlukan saudara-saudara yang lain untuk bertumbuh bersama menjadi seperti Kristus.

 

 Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/bertumbuh-bersama-menjadi-seperti-kristus.html

Wednesday, October 14, 2020

Nasihat Firman Tuhan


 






Nasihat Firman Tuhan

Masalah ada dimana-mana, tetapi masalah yang dibiarkan berlarut-larut akan menjadi besar dan menghancurkan kehidupan bersama, demikian juga dalam kehidupan gereja lokal.

 

Masalah itu seperti kuman yang dapat mematikan tubuh kita. Karena itu masalah perlu diselesaikan,sehingga tidak meluas, serta melumpuhkan kesaksian gereja.

 

Dosa adalah masalah gereja, seperti kuman yang dapat melumpuhkan tubuh. Gereja perlu menyelesaikan masalah-masalah dalam dirinya terkait dosa dalam jemaat, atau membiarkan keseluruhan jemaat lokal itu lumpuh.

 

Ketika ada masalah dalam jemaat Tesaonika, secara khusus akibat interpretasi jemaat Tesalonika terhadap surat Paulus kepada jemaat itu terkait kedatangan Yesus. Paulus tidak mendiamkannya. Paulus berusaha mencari pemecahan masalah untuk jemaat Tesalonika.

 

Paulus menasihati jemaat Tesalonika yang tidak tertib dan tidak bekerja hanya duduk-duduk menunggu kedatangan Yesus seperti yang dituliskan dalam  1Tesalonika 4:11, “Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan seperti yang telah kami pesankan kepadamu.”

 

Selanjutnya Paulus berkata, Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.

 

Apakah masalah di Jemaat di Tesalonika? Beberapa anggota jemaat salah menginterpretasikan pengajaran Paulus tentang kedatangan Yesus. Mereka tidak bekerja dan mengharapkan dukungan jemaat, itu adalah hidup yang tidak tertib.

 

Mungkin kelompok orang kudus yang malas menjadi sumber pengajaran palsu seperti yang Paulus katakan  dalam Tesalonika 2:2, “Supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba.” Jadi, pada waktu itu di jemaat tesalonika ada Gosip, “Tuhan akan segera datang!,”yang membuat sebagian jemaat Tesalonika Bingung.

 

Mereka yang menetapkan tanggal kedatangan Yesus itu menjual segala milik mereka dan kemudian duduk-duduk menantikan kedatangan Yesus. Mereka mengharapkan anggota jemaat lain memberi makan mereka, karena mereka merasa menaati firman Allah.

 

Hidup tidak tertib adalah hidup yang bertentangan dengan pengajaran Alkitab, seperti hidup bermalas-malasan, tidak bekerja, dan bergantung pada pertolongan anggota jemaat lain. Pengajaran yang mengajarkan kita untuk hidup tidak mentaati kebenaran Allah pastilah tidak alkitabiah.

 

Gereja perlu bekerjasama untuk memecahkan masalah seperti itu dalam gereja. Dalam kasih Allah gereja perlu menolong anggota lain untuk mentaati Allah, membantu mereka untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Mendorong anggota jemaat yang tidak tertib untuk berbalik dari dosa-dosa mereka. Semuanya itu perlu dilakukan dengan memberikan nasihat firman Tuhan.

 

Pentingnya Nasihat Firman Tuhan

 

Paulus kerap menggunakan firman Tuhan untuk menasihati jemaat di Tesalonika yang tidak tertib. Contohnya Paulus mengatakan, “Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus (ITesalonika 4:2)

 

Demikian juga ketika Paulus mengatakan, “Dan anggaplah sebagai sesuatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan seperti yang telah kami pesankan kepadamu.”

 

Kepada orang-orang yang tidak tertib itu Paulus menasihati mereka dengan firman Tuhan, untuk kembali kepada firman Tuhan, “Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang.” I Tesalonika 2:11

 

Paulus percaya firman Allah merupakan nasihat yang tepat, II Tesalonika 3:4, “Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.”

 

Hal yang sama juga diutarakan dalam II Tesalonika 3:10, ketika Paulus menasihati orang-orang di tesalonika yang tidak bekerja dan hidup tidak tertib, “Sebab juga waktu kami berada diantara kamu, kami memberi peringatan ini kepadamu: Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”

 

Otoritas firman Tuhan secara jelas menjadi dasar, mengapa Paulus menggunakan firman Tuhan untuk menasihati jemaat yang tidak tertib, “Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.

 

Gereja lokal pada masa kini juga tidak bebas dari masalah. Gereja perlu menyelesaikan masalah itu secara bersama agar tidak melumpuhkan peran gereja di tengah masyarakat indonesia.

 

Nasihat firman Allah adalah cara terbaik mengembalikan orang pada kebenaran, bukannya pada debat yang hanya menimbulkan pertentangan.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/nasihat-firman-tuhan.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...