Friday, October 23, 2020

Kiat Menentukan State of The Art Naskah Jurnal Akademik

 




Bingung Menentukan State of The Art Naskah Jurnal Akreditasi?

Tanpa kebaruan, sebuah naskah jurnal tentu akan mengalami penolakan. Mengingat jurnal adalah catatan harian para ilmuwan. Membaca jurnal berarti membaca jejak para ilmuwan dalam mendedikasikan ilmuanya untuk kesejahteraan masyarakat. Jadi seorang cendikiawan bukanlah sekadar bergelar doktor, tapi sejauh mana ia dapat memainkan perannya dalam pembangunan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

 

 

Panitia penyelenggara, Binsar Hutabarat Institute meyakini, Indonesia bisa menghasilkan artikel-artikel bermutu yang memberikan kontribusi penting, bukan hanya untuk kemajuan Indonesia tapi juga dalam lingkup yang lebih luas, yakni dalam hubungan antar bangsa, jika antusias meneliti dan menulis karya ilmiah terawat dengan baik.

 

Pembahasan Kiat Menentukan Topik Karya Ilmiah untuk Jurnal Akademik dimulai dengan memaparkan topik-topik yang bisa dipilih oleh peserta dalam menulis artikel ilmiah akademik. Mulai dari topik yang umum, sampai pada topik yang khusus ditampilkan oleh pembicara.

 

Mengenai pentingnya pemilihan topik yang tepat ini juga dilukiskan oleh pembicara dengan menampilkan topik-topik yang diminta jurnal-jurnal ilmiah ketika memberikan undangan penulisan. Narasumber memaparkan bahwa undangan penulisan jurnal selalui disertai pilihan topik.

 

Penulis jurnal perlu melihat kemampuan atau keahliannya ketika menetapkan topik tulisan. Keahlian penulis bisa terlihat dari karya ilmiah pada karya akhir penulis. Pilihan topik juga mesti disesuaikan dengan mata kuliah yang diajarkan, jika penulis adalah seorang dosen, karena itu berhubungan dengan persyaratan kenaikan jabatan fungsional.

 

Dr. Binsar Hutabarat menjelaskan bahwa, jika penulis mampu membuat ikhtisar atau abstrak yang memenuhi persyaratan sebuah abstrak yang baik, maka ada jaminan bahwa penulis menguasai topik yang akan di tulis.

 

Binsar Hutabarat juga menjelaskan bahwa sebaiknya peserta menuliskan ikhtisar terlebih dulu, baru kemudian menulis abstrak. Setelah itu untuk memastikan bahwa data-data tersedia, maka penulis memasukkan data-data yang kedalam template jurnal yang disediakan pengelola jurnal.

 

Apabila seluruh template yang berisi bab dan sub bab itu dapat ditemukan data yang memadai dari hasil bacaan penulis atau riset awal, maka dapat dipastikan bahwa topik karya ilmiah akademik yang ditentukan itu akan dapat dituntaskan penulis.

 



https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/hari-kedua-pertemuan-pelatihan-menulis.html

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/kiat-menentukan-state-of-art-naskah.html


Tuesday, October 20, 2020

Kepemimpinan Yang Melayani










 

Kepemimpinan yang melayani didasarkan pada panggilan Allah, bukan dari manusia atau organisasi. 

Pemimpin yang melayani melaksanakan tugas dalam lingkup agenda/rencana Allah, dengan berdasarkan karakter Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang Allah kehendaki, bukan tujuan manusiawi.

Misi harus diresapi dengan spiritualitas yang kuat, spiritualitas yang membangun karakter besar, dan terbentuk pada landasan hidup dalam hubungan cinta dengan Kristus. Sebuah misi tanpa jenis  spiritual-pasti gagal. Itulah inti dari kepemimpinan yang melayani.

 

Spiritualitas Kristen adalah hadiah dan tugas. Hal ini membutuhkan persekutuan dengan Allah (kontemplasi) serta aksi di dunia (praksis). Ketika dua elemen ini dipisahkan, maka kehidupan dan misi gereja akan sangat terpengaruh.

 

Kontemplasi tanpa tindakan adalah pelarian dari realitas konkret; tindakan tanpa kontemplasi adalah aktivisme kurang makna transenden.

 

spiritualitas Kristen dan misi Kristen adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Hanya ketika saya tumbuh dalam iman, harapan, dan cinta, saya  bisa  melayani semua yang dipercayakan pada saya. Tuhan yang pergi ke tempat yang tenang untuk berdoa adalah pekerja yang sama ajaibnya dengan pekerjaan memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (Markus 6: 30-44).

 

Panggilan tertinggi pemimpin yang melayani adalah melayani Allah dan untuk melayani orang-orang yang dipercayakan kepadanya. "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu bahwa Anda harus pergi dan menghasilkan buah dan buah kehidupan Kristen adalah  mematuhi Allah."

Tiga peran pemimpin yang melayani:

1. Menunjukkan jalan. Pemimpin berjalan di depan dan pengikut mengikutinya.

2. Menolong kelompok yang dipimpinnya untuk menyelesaikan tugasnya. Setia dalam perkaran kecil, Matius 25:21

3. Seorang pemimpin akan melatih yang dipimpinnya untuk menjadi pemimpin.

 

Jenis pemimpin yang melayani:

1.  Peminpin yang memiliki Karakter, kompetensi dan berpusat pada Kristus (Memiliki pengetahuan, karakter dan skill

2. Dipanggil untuk menjadi serupa dengan Kristus

 

Pemimpin yang melayani dan Keserupaan dengan Kristus :

1. Keserupaan dalam karakter

2. Keserupaan dalam tujuan

3. Keserupaan dalam strategi

4. Kepemimpinan seperti Kristus dalam konteks budaya

 

Tuntutan Kepemimpinan Melayani:

1. Berkerohanian baik

2. Bermoralitas tinggi

3. Bertalenta mantap

4. berdedikasi penuh

5. Berpengertian dalam

6. Bereputasi indah, seorang yang terhormat, tanpa aib, noda dan cacat cela

 

 

 

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

 


Panggilan untuk melipatgandakan pemimpin Kristen

 

1. Pengembangan kepemimpinan sebagai sebuah prioritas

2. Fokus pada Kristus

3. Menghargai konteks budaya

4. Membentuk partnership

5. Mengingat tujuan

 

Elemen kunci pengembangan kepemimpinan yang melayani:


1. Belajar dalam interaksi dengan sesama. Pengembangan kepemimpinan yang efektif terjadi dalam program belajar dalam komunitas orang percaya. Yohanes 10:14

2. Belajar dengan melakukan(praktek langsung)

 

 

Tuntutan latihan karakter yang harus di kejar pemimpin yang melayani:

1. Visi

2. hikmat

3. tegas

4. berani

5. humoris

6. pembela yang benar

7. tekun dan sabar

8. ramah bergaul

9.  Mengalah dan rendah hati

10. cekatan

11. Penuh daya kreatif

12. Dapat mempercayai orang lain

13. hidup suci

14. penuh iman

 

Penutup

 

Kita tentu setuju, seorang pemimpin yang melayani akan memperoleh kehormatan karena pemimpin tersebut telah meneladani kepemimpinan Kristus. Pemimpin yang mewujudnyatakan karakter-karakter Kristus dalam pelayananya baik dalam perkataan maupun perbuatan akan mendapatkan seperti apa yang Kristus katakan dalam Matius 7: 12 “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka

 

 

Dr.  Binsar A. Hutabarat, M.Th.


https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/kepemimpinan-yang-melayani.html

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Menguatkan Persatuan Indonesia

 




Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Menguatkan Persatuan Indonesia


Absennya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah menjadikan Pancasila hanya sebagai slogan kosong. 

Pancasila dibicarakan tetapi hanya dimulut saja, menjadi lips sevice semata. Maraknya konflik yang mengatas namakan kelompok dan agama di negeri ini merupakan bukti miskinnya implementasi dari nilai-nilai Pancasila yang anti diskriminasi.

 

Kondisi ini sebenarnya jauh-jauh hari telah diingatkan oleh Eka Darmaputera, “Dalam praktik kita bangun memang bukan masyarakat Pancasila. Masing-masing kelompok sibuk membangun masyarakatnya sendiri. Alhasil, yang terbangun bukanlah masyarakat Pancasila, melainkan satu masyarakat (Pancasila) yang merupakan kumpulan atau penjumlahan dari masyarakat-masyarakat tadi. Satu masyarakat yang merupakan kumpulan umat-umat. Bagaikan sebuah kepulauan yang terdiri dari ratusan pulau, yang satu sama lain tersekat-sekat oleh ribuan selat.”

 

Karena itu tepatlah, solusi untuk menyelesaikan persoalan yang kini dihadapai bangsa Indonesia adalah revitalisasi dan aktualisasi Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, tanpa harus menjadikan Pancasila sebagai dogma kaku yang dikeramatkan, atau menjadikannya ideologi tertutup. Pancasila adalah ideologi terbuka yang mampu mengatasi dan melintasi dimensi ruang dan waktu.

 

Pancasila bukan sesuatu yang diberikan (given), tetapi itu adalah sebuah pencapaian. Soekarno mengatakan bahwa Pancasila bukanlah ide baru, tapi digali dari bumi Indonesia dan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam.  Karena itu Pancasila merupakan dasar filosofis yang masih perlu terus digali seiring dengan perkembangan terbaru saat ini untuk menghadapi permasalahan-permasalahan relevan saat ini.

 

Kita tentu setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mahfud MD, “Pancasila telah termarginalisasi dari kehidupan masyarakat Indonesia bukan karena Pancasila tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, melainkan karena masyarakat tidak memosisikan pancasila sebagai garis dan pedoman bermasyarakat.”  Dapat dibayangkan, betapa berbahayanya apabila Pancasila tidak lagi menjadi nilai-nilai bersama, yang menjadi landasan etik dan moral bangsa Indonesia, setiap orang memiliki landasannya sendiri-sendiri. Pada kondisi ini dapat dikatakan, Indonesia sedang menghadapi bahaya disintegrasi, masing-masing individu, kelompok mengambil jalannya sendiri-sendiri, bukan jalan Pancasila. Ini mengakibatkan kaburnya norma-norma apa yang baik dan yang jahat, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang benar dan apa yang salah, bisa disebut, telah terjadi krisis moral.

 

Kita berharap Pusat Pendidikan Pancasila yang telah diresmikan itu menjadi wadah penting dalam mengimplementasikan dan melembagakan nilai-nilai Pancasila secara lebih efektif.

 

Pancasila dan persatuan bangsa

 

Lahirnya NKRI merupakan suatu mujizat yang luar biasa. Sebagai negara yang paling terpecah-pecah di bumi ini mustahil untuk dapat mempersatukannya. Indonesia memiliki ribuan buah pulau. Belum lagi kemajemukan agama, budaya dan bahasa. Dari segi budaya dan bahasa Indonesia adalah negara yang paling majemuk di dunia. Indonesia memiliki 250 bahasa dan kira-kira 30 kelompok etnis. Wajarlah apabila terjadinya proses penyatuan dari pulau-pulau yang sangat terserak dan memiliki agama, budaya, dan bahasa yang sangat bergama, dianggap sebagai suatu mujijat. Dan Pancasila dalam hal ini adalah alat pemersatunya. Secara historis Pancasila mampu memenuhi tuntutan persatuan untuk melawan kolonialisme tanpa melenyapkan keanekaragaman yang bersemayam lama di negeri ini.

 

Pancasila bisa disebut sebagai fitrah bangsa karena tanpa Pancasila negeri ini sulit untuk dipersatukan. Itu juga terlihat dalam penetapan Pancasila sebagai dasar ideologi negara yang sudah final dan tidak tergantikan. Pancasila ada dalam sanubarinya masyarakat Indonesia. Perdebatan tentang Pancasila lebih kepada persoalan implementasinya dan bukan persoalan konseptual.

 

Adalah wajar jika di tengah kemajemukan yang tinggi dan juga kebebasan yang relatif baru, di era reformasi ini , munculnya banyak ketegangan dan konflik-konflik antar kelompok dengan pandangan-pandangan yang berbeda. Namun di tengah keperbedaan-keperbedaan yang ada itu Pancasila sebagai filosofi bangsa yang merupakan dasar hidup bersama  perlu terus digali untuk menjawab permasalahan-permasalahan sosial yang ada, bukan malah mengabaikannya.

 

Soekarno mengatakan bahwa Pancasila bukanlah ide baru, tapi digali dari bumi Indonesia dan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam.  Karena itu Pancasila merupakan dasar filosofis yang masih perlu terus digali seiring dengan perkembangan terbaru saat ini untuk menghadapi permasalahan-permasalahan relevan saat ini. Pengamalan Pancasila dalam hal ini harus mengarah pada dialog terus menerus mengenai bermacam-macam bentuk pengamalan sila-sila Pancasila mengenai masalah-masalah yang dihadapi secara bersama oleh semua kelompok di dalam masyarakat. Dan Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi dalam hal ini memiliki peran strategis untuk mewujudkan hal tersebut.

 

Terciptanya komunalisme agama dan budaya yang menghambat lahirnya masyarakat Pancasila juga sangat dipengaruhi oleh sikap pemerintah. Pemerintahan yang tidak adil menyebabkan terjadinya diskriminasi suku budaya dan agama. Pembangunan yang tidak merata, membuat Indonesia menjadi beragam dalam kehidupan sosial ekonomi. Akibatnya pertumbuhan suku, budaya dan agama yang pada awalnya merupakan perlawanan terhadap sikap pemerintah yang tidak adil, kemudian mengarah pada konflik antar kelompok yang ada.

Pusat pendidikan Pancasila dan Konstitusi akan sangat memiliki fungsi strategis jika pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk berpegang pada Pancasila, dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam menjalankan roda pemerintahan di negeri ini. Tanpa itu, Pendidikan Pancasila dan Konstitusi MK  tak akan berperan banyak.

 

 

Dr. Binsar A. Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...