Wednesday, October 28, 2020

Kontroversi Kenaikan Yesus ke Surga





Kontroversi Kenaikan Yesus ke Surga

Kelahiran, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus adalah peristiwa-peristiwa Kristus. Disebut peritiwa Kristus atau peristiwa Yesus karena peristiwa itu hanya ada pada Yesus. Peristiwa-peristiwa Yesus membuktikan, Yesus adalah Allah sejati, dan sekaligus juga manusia sejati.


Yesus lahir sebagai manusia sejati, lahir dari seorang perawan bernama Maria. Tetapi kelahiran Yesus bukan dari benih manusia, melainkan dari Roh Kudus. Sebagai manusia sejati Yesus bisa mati. Yesus yang lahir dari Roh Kudus lahir sebagai manusia sejati yang tidak berdosa, karena itu Yesus dapat menebus manusia berdosa.

Kematian Yesus di kayu salib adalah untuk menebus dosa manusia. Yesus yang tidak berdosa dijadikan dosa untuk menebus dosa manusia. Manusia sejati Yesus dijadikan berdosa dan menerima hukuman dosa dengan mati di kayu salib. Pada salib itu hukuman dosa manusia ditimpakan pada diri Yesus. Itulah sebabnya, manusia yang percaya pada penebusan yesus di kayu salib tidak harus menanggung hukuman dosa.

Sebagai Allah sejati, Yesus dapat bangkit dari kematian dengan mengenakan tubuh baru. Kebangkitan Kristus itu menjadi kepastian bahwa ketika tubuh berdosa kita ini mati, dan kembali ke tanah, Tuhan akan memberikan tubuh baru untuk kita hidup di surga kekal selama-lamanya tanpa tubuh berdosa.

Kebangkitan Kristus juga memproklamirkan kekalahan Iblis, itulah sebabnya kabar kebangkitan Kristus berusaha ditutup-tutupi dengan berita bohong. Iblis bapak segala dusta itu memberitakan kabar bohong bahwa Yesus tidak bangkit dari kematian. Imam-imam kepala dan para serdadu penjaga kubur Yesus yang menerima suap menjadi pasukan pembawa berita bohong, bahwa mayat Yesus di curi oleh murid-murid Yesus. 

Selama empat puluh hari Yesus menampakkan diri kepada murid-murid atau para rasul. Yesus mengijinkan para rasul untuk menyentuh tubuh kebangkitan Yesus sebagai bukti kebangkitan-Nya. Empat puluh hari adalah waktu yang lama, berarti penampakan Yesus setelah kebangkitan kepada murid-murid-Nya membuktikan bahwa kebangkitan Yesus adalah sebuah kepastian.

Kontroversi tidak hanya terjadi pada peristiwa kebangkitan Yesus, tetapi juga kenaikan Yesus. Sampai waktu kenaikan Kristus, Injil Matius pasal 28 ayat 17 melaporkan beberapa orang murid ragu-ragu. keragu-raguan itu tampaknya juga terjadi kenaikan Yesus. 

Untuk menyakinkan murid-murid Yesus, dua malaikat yang berpakaian putih berkata, "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat kelangit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga?"  

Kontroversi kenaikan Yesus bukan hanya terjadi pada masa lalu, tetapi juga masa kini. Banyak ramalan mengenai kedatangan Yesus kedua kali berisi kabar bohong, disebut kabar bohong karena kabar itu tak terbukti. Yesus memang tak pernah memberikan jadwal kedatangan-Nya. Yesus hanya meminta muridnya berjaga-jaga. Mereka yang melaporkan jadwal kedatangan Yesus adalah pembawa kabar bohong.

Teladan murid-murid Yesus yang bertekun dalam doa, dan hidup dalam persekutuan yang indah ketika menantikan pencurahan Roh Kudus perlu diikuti gereja masa kini. Kita perlu membangun keesaan gereja, hidup rukum dengan sesama orang percaya, sambil menantikan kedatangan Kristus. Allah sejati, yang akan datang menghakimi bumi. Yesus akan datang sebagai Raja, bukan sebagai bayi yang lemah seperti pada waktu kelahiran-Nya.

Dr. Binsar Antoni Hutabarat   

Sunday, October 25, 2020

Teologi Gereja

 




Teologi Gereja

Teologi Gereja Perlu Mengalami Pertumbuhan

Sejatinya pemahaman Kristen perlu mengalami pertumbuhan. Apabila umat Perjanjian Baru memiliki pengetahuan yang lebih mendalam dibandingkan pengetahuan umat perjanjian lama. Biasa dikenal dengan “progressive Revelation” maka sejatinya gereja pada masa kini perlu memiliki pengetahuan yang lebih mendalam dibandingkan pemahaman bapak-bapak gereja masa lampau, juga para tokoh-tokoh gereja yang telah meninggalkan warisan sejarah untuk gereja masa kini.
 

Pertanyaannya kemudian, bagaimana gereja bisa mengalami perkembangan dalam pemahaman Alkitab sedangkan gereja makin terpecah-pecah? Kemudian, bagaimana gereja mengalam reformasi dalam bangunan-bangunan doktrin gereja yang justru diabsolutkan, apalagi tujuan gereja-gereja membangun sekolah-sekolah teologi sebagai ujung tombak perubahan  justru sekadar untuk melestarikan doktrin gereja-gereja itu?

 

Doktrin Gereja


Pada awalnya gereja adalah satu. Gereja-gereja di seluruh kekaisaran Roma Tahu betul bahwa mereka adalah gereja yang esa dengan kepala gereja yaitu Yesus Kristus. Gereja umunya menghadapi tantangan, ancaman dari luar gereja.

 

Dengan berjalannya waktu, gereja yang kemudian memiliki kekuasaan, dengan tokoh-tokoh gereja sebagai tokoh pemerintahan, atau memiliki kekuasaan dalam pemerintahan, atas nama kekuasaan mereka merasa berhak memurnikan gereja. Jika gerakan pemurnian gereja pada gereja mula-mula adalah tanpa kekerasan, maka setelah gereja memiliki kekuasaan gerakan pemurnian gereja itu sarat dengan kekerasan.

 

Untuk melindungi dirinya gereja membangun doktrin yang dianggapnya doktrin yang absolud. Berbeda dengan pengakuan iman gereja mula-mula yang bisa diterima secara universal hingga saat ini, doktrin-doktrin gereja masa kini itu lebih kepada pengagungan tokoh. Kita mengenal calvinisme, armenianisme dll. Layaknya pertarungan anggota jemaat di dalam kitab Korintus yang Paulus sebuat gereja sebagai anak-anak rohani.

 

Apakah gereja yang makin terpecah-pecah dan gemar bertengkar itu bisa kita samakan dengan kanak-kanak rohani yang menganggap diri paling sempurna? Kita kerap mendengar saat ini ada gereja yang mengklaim diri paling menjaga kemurnian gereja, kemurnian doktrin dll, meski tak ada satu gereja pun yang sukses.

 

Kita juga kerap mendengar ada gereja yang mengklaim diri paling injili, paling suci, dan semua jemaatnya lahir baru, meski tak ada data akurat dari klaim-klaim gereja yang tak ubahnya mempromosikan dirinya untuk dipilih sebagai tempat aman untuk berlabuh.

 

Doktrin gereja yang mestinya terus berkembang seiring dengan kayanya gereja masa kini dengan warisan gereja masa lampau, ironisnya yang terlihat justru sebaliknya. Pemahaman gereja seakan-akan makin dangkal. Kemudian kita perlu bertanya, bagaimana dengan kondisi suku-suku yang terabaikan, yang jauh dari kemajuan peradaban. Tampaknya gereja belum punya strategi yang lebih maju untuk menjalankan Misi Allah pada kelompok-kelompok yang masih belum tersentuh kemajuan teknologi itu.

 

Jika kita berbicara tentang teologi kontekstual, atau teologi yang dibawa dalam konteks aktual, ini makin rumit. Pemahaman teologi yang kian membeku, karena doktrin tidak mengalami perkembangan berarti, sedang konteks aktual berubah cepat, maka gereja tampaknya kerap gagap merespon jaman.

 

Pertanyaannya kemudian, dimana peran teolog-teolog akademis yang sejatinya terus mengembangkan pemikiran-pemikiran teologi dan membawanya pada konteks aktual sebagai jawaban Kristen terhadap persoalan masa kini?

 

Paling tidak, gagapnya gereja terlihat ketika terjadi perdebatan tidak produktif dimedia sosial antar tokoh gereja yang sepertinya ingin menyakinkan umat Kristen bahwa dirinya adalah teolog sejati yang paling benar, paling dekat Tuhan dll. Dan yang marak diseminarkan adalah doktrin Allah Tritunggal, Doktrin Roh Kudus, bahkan Doktrin Keselamatan. Gereja masa kini layaknya bayi rohani yang perlu minum susu untuk bertumbuh sehat ditengah pandemi corona.

 

Doktrin Akademis

 

Sekolah tinggi teologi selayaknya sebagai kelompok akademisi mampu mengoreksi doktrin gereja, untuk membawa gereja lebih dewasa dalam pemahaman tentang Alkitab, demikian juga dalam merespons jaman.

 

Kualifikasi seorang Sarjana teologi sejatinya minimal memahami doktrin gereja yang menjadi dasar pendiri institusi pendidikan tinggi teologi. Karena itu tamatannya dapat melayani di gereja sesuai dengan kompetensinya, yaitu berkhotbah berdasarkan Alkitab, memberikan bimbingan konseling, melayani pelayanan anak, remaja dan pemuda, serta mengadakan kunjungan-kunjungan jemaat dan juga pelayanan misi keluar gereja.

 

Jika sekolah teologi mengarahkan pada kompetensi pelayanan gereja, maka sejatinya banyak praktik yang diberikan pada mereka yang berada di program sarjana teologi, sedikit menyerupai vokasi, karena tujuan pendidikan teologi yang didirikan gereja adalah untuk mengerjalan pelayanan-pelayanan yang ada di gereja.

 

Untuk mereka yang berada di program magister teologi mestinya kualifikasi luaran nya berbeda dengan sarjana teologi. Kemampuan evaluasi, untuk membandingkan berbagai pandangan teolog, atau doktrin gereja, dan melakukan kritik terhadap pemikiran teolog tertentu dengan teori yang dipahami dengan baik sejatinya dapat memberikan pemikiran-pemikiran untuk pengembangan doktrin gereja. Pada konteks ini gereja mesti sedia menerima masukan para teolog akademis.

 

Pada waktu pendidikan teologi berhasil menamatkan doktor-doktor teologi, sejatinya gereja perlu merespon penerapan baru dan pengembangan doktrin gereja. Review seorang doktor teologi sejatinya mampu memberikan pemikiran yang lebih maju dari para teolog-teolog yang direview itu.

 

Karya akhir seorang doktor teologi sejatinya memang untuk mengembangkan pelayana gereja, dan juga menyempurnakan doktrin gereja, meski doktrin gereja itu sendiri tak pernah jadi sempurna.

 

Sayangnya pendidikan teologi yang didirikan gereja, umumnya masih seperti tamatan vokasi yang memang dipersiapkan hanya untuk memenuhi kekososngan pelayan gereja. Itulah sebabnya ada pendidikan teologi yang berhenti menerima mahasiswa baru, karena gereja pendiri sudah surplus tenaga pendeta.

 

Kemajuan jaman membuat mahasiswa-mahasiswa Indonesia dapat mengenyam pendidikan doktor di luar negeri dengan hanya cukup menyusun disertasi. Pertanyaannya kemudian, kurikulum macam apa yang mereka dapat?

 

Berdasarkan proses belajar yang hanya menyusun disertasi dengan judul tertentu sebenarnya kita cukup paham, bahwa tamatan doktor ini dipersiapakan untuk mengajar mata kuliah tertentu yang memang dibutuhkan di indonesia.

 

Tamatan doktor seperti ini, jika mereka tidak melakukan riset dengan mengaitkannya pada konteks Indonesia, kita sudah dapat memahami bahwa mereka ini diharapkan menjadi benteng pelindung doktrin tertentu, ini mungkin baru asumsi saya berdasarkan data yang saya miliki. Untuk penelitian lebih kanjut, sekolah tinggi teologi perlu mendalaminya.

 

Doktrin Gereja Versus Doktrin Akademis
 

Berdasarkan paparan saya diatas jelaslah bahwa doktrin gereja di Indonesia pada umumnya tidak mengalami perkembangan berarti, karena pendidikan teologi sebagai ujung tombak perubahan kearah yang lebih baik belum dimaksimalkan oleh gereja.

 

Pada sisi lain, pendidikan tinggi teologi yang luarannya berharap mendapatkan pekerjaan di gereja tidak mungkin dapat memberikan kontribusi pemikirannya untuk pengembangan doktrin gereja. Apalagi untuk gereja-gereja yang didirikan oleh gereja dengan doktrin gereja tertentu.

 

Sekolah tinggi teologi bukan hanya tidak dapat memberikan kontribusi berarti untuk pengembangan doktrin gereja, tetapi juga pada pendidikan itu tidak ada kebebasan akademis. Semua dosen harus memegang doktrin yang dipegang oleh gereja, apalagi biasanya sekolah tinggi teologi itu berada dibawah gereja. Jadilah STT sebagai benteng pelestari doktrin gereja.

 

Kita tentu berharap pendidikan tinggi teologi di indonesia yang dibangun oleh gereja denominasi apapun, dapat menemukan jati dirinya sebagai teolog-teolog akademis. Tokoh-tokoh gereja juga tidak perlu takut denga kepakaran teolog akademis, karena gereja sesungguhnya membutuhkan teolog-teolog akademis untuk memajukan gereja.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat, M.Th.


https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/teologi-gereja.html

Misteri Keselamatan Allah

 




Misteri Keselamatan Allah


Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. (II Tesalonika: 2: 1314)

 

Pengharapan kedatangan Kristus pada akhir jaman tidak boleh mengabaikan tanggung jawab yang harus dikerjakan gerejapada masa kini. Gereja perlu mengerjakan apa yang Kristus inginkan pada masa kini, yakni menegakkan keadilan. membawa damai dan kesejahteraan pada dunia milik Allah sebagi wujud mengasihi sesama.

 

Paulus juga menekankan kebenaran Allah dengan mengontraskan pada kebohongan Iblis. Karena itu Orang Kristen harus memilih kebenaran, dan menjaga kebenaran Allah, Mempraktekkan kebenaran Allah dan menceritakan kebenaran Allah itu kepada orang lain. Dengan tetap membangun relasi yang baik dengan sesama, dan antar denominasi gereja.

 

Salah satu kebenaran Allah yang kerap menjadi pertentangan antar denominasi gereja adalah kebenaran tentang karya keselamatan Allah. Bagaimanapun dalam dan luas pemahaman kita tentang kebenaran itu, karya keselamatan Allah merupakan misteri yang sejatinya tidak perlu memecahkan gereja dengan pandangan yang berbeda, secara khusus terkait kepastian keselamatan.

 

Allah mengasihi manusia. Keselamatan Allah berakar pada kasih Allah, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Paulus bersyukur terhadap jemaat Tesalonika yang merespon pemberitaan firman Tuhan yang disampaikannya. Paulus bersyukur kepada Allah, karena respon jemaat Tesalonika terhadap firman Tuhan yang disampaikan Paulus itu adalah karena kasih karunia Allah. Apapun yang Allah kerjakan untuk menyelamatkan manusia berdosa dari hukuman kekal adalah  mengalir dari kasih Allah yang kekal.

 

Allah memilih Jemaat di Teslonika

Jika keselamatan hanya karena  kasih, dan Allah mengasihi seluruh dunia, mengapa tidak seluruh dunia diselamatkan? Pengetahuan tentang pemilihan Allah ini hanya diketahui oleh Allah.

Allah mengungkapkan kasih-Nya dalam Anugerah dan kemurahan.  Anugerah dan Kemurahan Allah dilimpahkan kepada manusia berdosa. Kita tidak dapat menjelaskan pemilihan Allah terhadap manusia berdosa ini. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapannya. (Epesus 1:4).

 

Allah menguduskan umat pilihan-Nya

Pengudusan orang percaya terjadi secara bertahap. “ Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus Tuhan kita” (I Teslonika 5:23).

Mekipun pada saat pengudusan berlangsung kita tidak menyadarinya, karena pengudusan adalah pekerjaan Roh kudus. Tetapi orang percaya akan dapat melihat perkembangan yang terjadi dalam hidupnya melalui pengalaman-pengalaman orang percaya yang berjalan dalam Tuhan, dan bertumbuh dalam iman kepada kristus. Karena pekerjaan Roh Kudus orang tidak percaya beriman kepada Kristus.

 

Allah memanggil orang percaya untuk melaksanakan Misi Allah

Kita mesti mengakui ada misteri dalam keselamatan orang percaya. Kita tidak bisa bersukacita dengan kepastian keselamatan yang kita yakini sebagai sandaran kita, kemudian meremehkan mereka yang tidak memiliki kepastian keselamatan.

Saya setuju bahwa doktrin pemilihan Allah tidak boleh memecahkan gereja, atau meremehkan umat Kristen yang tidak meyakini kepastian keselamatan. Karena mereka yang meyakini pasti selamat pun sebenarnya tidak bisa menjelaskan seluruh peristiwa keselamatan yang dialaminya, karena itu adalah sebuah misteri Allah.

 

Allah memberikan kemuliaan kepada mereka yang percaya

Orang percaya pada masa datang akan mendapatkan bagian dalam kemuliaan Allah. “ Ya Bapa, Aku mau supaya, dimanapun Aku berada, mereka juga  berada Bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan  kepada-Ku, agar mereka memandang kemulian-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku. Sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” (Yohanes 17: 24).

Orang percaya telah memiliki kemuliaan Allah, “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” (Yohanes 17: 22). Tetapi orang percaya akan mendapatkan kemuliaan yang lebih besar lagi pada waktu kedatangan Yesus yang kedua kali,  tinggal dalam Kota Allah yang hidup.

 

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat



Allah Mengasihi Manusia Berdosa

https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/misteri-keselamatan-allah.html



Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...