Menceritakan Injil adalah hak asasi manusia
Pemberitaan
Injil atau kabar baik, tak menyimpan bahaya apapun, kecuali sukacita dan kebahagiaan bagi mereka yang menerimanya.
Masyarakat Indonesia dan dunia perlu mendengar berita Injil, itu adalah hak bagi semua manusia untuk mendengarkan berita sukacita tentang penebusan dosa yang berlaku dalam pengorbanan Yesus Kristus di salib.
Penjelasan Paulus tentang arti Injil bagi jemaat Tesalonika sejatinya akan membuka hati kita untuk merespon berita Injil dengan sudut pandang yang tepat, apalagi pemberitaan Injil adalah tanpa bujuk rayu dan paksaan, dan hanya bergantung pada Kuasa Roh Kudus.
Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang kamu. (I Tesalonika 1:8 )
Menceritakan Injil adalah hak asasi manusia, hak yang melekat dalam setiap manusia
Menceritakan kabar baik tentang pengampunan dosa yang dikerjakan oleh Yesus pada kayu salib yang mendamaikan manusia berdosa dengan Allah adalah tugas misi Allah untuk jemaat di Tesalonika, dan juga umat Kristen di seluruh dunia.
Menceritakan Injil adalah hak asasi manusia, karena semua manusia perlu mendengar Injil. Injil adalah kebutuhan yang melekat dalam kehidupan manusia berdosa. Tanpa pengampunan dosa yang dikerjakan Yesus di kayu salib, semua manusia berdosa harus menanggung hukuman dosa.
Demikian juga, setiap orang yang telah mendengar cerita Injil, dan menerima berita Injil dalam hidupnya, melalui pekerjaan Roh Kudus, diberikan mandat oleh Allah untuk memberitakan Injil kepada semua orang.
Umat Kristen yang telah dipenuhi hak nya, yakni mendengarkan cerita Injil, dengan demikian wajib untuk menceritakan Injil yang adalah tugas misi Allah untuk umat Kristen.
Tugas Misi Kristen
Misi Allah itu sendiri sesungguhnya bukan hanya membawa seluruh ciptaan untuk hidup dalam kebenaran, kebaikan dan memuliakan Allah pencipta langit dan bumi, tapi tugas misi Allah adalah juga menceritakan kabar baik kepada semua orang. Utamanya adalah memuridkan mereka yang menerima Injil untuk bisa hidup dalam iman yang menghasilkan pekerjaan kasih, bagi kemuliaan Allah. Jadi menerima Injil adalah jalan untuk membangun kehidupan bersama yang berkenan kepada Allah.
Melalui hidup dalam iman yang menghasilkan pekerjaan kasih itu, pemberitaan Injil bukan hanya sebuah verbalisme. Tapi, menceritakan Injil sekaligus menyaksikan hidup Kristen dalam iman kepada Allah yang maha kasih, dan kemudian membagikan kasih Allah itu kepada sesama manusia lewat pekerjaan-pekerjaan kasih, pekerjaan yang membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Kuasa Allah dalam Injil
Karena kuasa Injil ada pada kuasa Allah, dan kuasa Allah yang hidup dalam diri orang percaya telah merubah kehidupan umat Kristen untuk hidup dalam kebenaran. Selanjutnya kehidupan iman Kristen itu yang nyata dalam pekerjaan-pekerjaan kasih, maka menceritakan Injil sekaligus juga menceritakan karya kasih Allah dalam hidup pemberita Injil.
Gereja di Tesalonikan dan gereja mula-mula kerap memberitakan Injil pada orang-orang disekitar mereka, dan pada daerah-daerah dimana Tuhan mengirim mereka untuk memberitakan Injil, dan secara bersamaan melakukan pekerjaan-pekerjaan kasih.
Setiap orang yang telah menerima Injil, mengalami pembaruan hidup, sadar bahwa menerima berita Injil adalah menerima sesuatu yang amat berharga, yaitu yang memberikan kehidupan kekal. Dan itu hanya mungkin karena kehadiran kuasa Allah yang menyertai pemberitaan Injil.
Pemberitaan injil dan Pemilihan Allah
Pemilihan Allah adalah kedaulatan Allah, apabila gereja mengakui sebagai umat pilihan Allah, maka tidak ada alasan bagi umat Kristen untuk tidak memberitakan Injil.
Umat Kristen perlu hidup di atas kebenaran Allah. Hidup dalam pimpinan Roh Kudus untuk hidup berbuah serta menjalankan pemberitaan Injil.
Karena keselamatan adalah pekerjaan Allah, maka tidak ada alasan untuk umat Kristen berhenti memberitakan Injil karena penolakan-penolakan yang dialami, atau adanya aniaya dan penderitaan yang menghalangi pemberitaan injil.
Umat Kristen harus tetap antusias, bersemangat, bergairah menyampaikan cerita Injil. Antusiasme untuk memberitakan Injil akan tetap terjaga jika memang pembaruan Allah terus terjadi dalam kehidupan Kristen. Cerita Injil adalah hak asasi manusia, kebutuhan yang melekat dalam diri manusia untuk memiliki hidup kekal.
Dr. Binsar Antoni Hutabarat
https://www.binsarhutabarat.com/2020/10/menceritakan-injil-adalah-hak-asasi.html