Pocast Rukun Beragama

Video

Sunday, November 22, 2020

Damai Sejahtera Tuhan Kiranya Bertakhta

 



Damai Sejahtera Tuhan Kiranya Bertakhta

Bukan beratnya persoalan yang kita hadapi, yang penting adalah  bagaimana cara kita menghadapi persoalan, masalah dan tantangan itu. Jika kita menghadapi segala persoalan dengan kekuatan Allah yang besar, maka apapun persoalan itu kecil saja dibandingkan dengan Allah yang besar.
 

Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian. Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku. Kasih Karunia Yesus Kristus Tuhan kita, menyertai kamu sekalian.

(2 Tesalonika 3: 16-18)

 

Damai Sejahtera Allah

Allah adalah Allah damai sejahtera. Damai sejahtera Tuhan yang mengalir dari Allah yang maha kuasa kepada manusia akan memampukan seorang manusia untuk hidup damai dengan dirinya sendiri dan dengan sesama manusia.  Karena itu perjuangan mewujudkan damai sejahtera Allah dapat terus dikerjakan oleh setiap orang dalam anugerah Tuhan.

Persoalan konflik yang menimbulkan perpecahan dalam jemaat, bukanlah terjadi karena kurang sempurnanya, gereja atau persekutuan antar jemaat, tetapi karena damai Allah tidak menguasai hidup seseorang. Kita menjadi sumber konflik bukan karena kita adalah korban konflik, melainkan karena damai sejahtera Allah tidak menguasai kita.

Pertarungan menjadi yang terbesar dalam sebuah persekutuan, antar denominasi gereja, antar kelompok menunjukkan bahwa Allah damai sejahtera tidak memguasai kita. Itulah sebabnya kita kerap tergoda menempatkan diri sebagai penguasa atas diri kita, tanpa peduli pada Allah yang berdaulat.

Menempatkan sesuatu pada posisi Allah, baik kemegahan diri, keinginan menjadi yang paling berkuasa, paling mulia, bahkan kekuatiran sekalipun hanya menunjukkan bahwa kita telah menempatkan diri kita sebagai Allah. Akibatnya, konflik, pertarungan, perang dan segala sesuatu yang jahat tampil menguasai diri kita, bukannya damai sejahtera Allah.

Jemaat di Tesalonika menghadapi tantangan dari luar jemaat, yakni orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran jemaat di Tesalonika, dan juga persoalan dalam jemaat itu sendiri, yakni hadirnya anggota-anggota jemaat yang tidak tertib.

Paulus menasihatkan supaya jemaat Tesalonika tetap hidup dalam firman Tuhan, dan memberikan disiplin kepada anggota jemaat yang tidak tertib, untuk Kembali hidup dalam persekutuan yang sesuai dengan firman Tuhan.

Tantangan yang dihadapi jemaat Tesalonika yang berat, bukan halangan untuk mereka bertumbuh dalam Tuhan dalam perjuangan berat sekalipun. Karena persoalannya bukan berapa besar tantangan, ancaman yang datang dari luar kita, tapi, persoalannya adalah apakah damai sejahtera Allah ber-takhta dalam hati kita.

Allah yang besar akan memampukan kita menghadapi persoalan yang bagaimanapun besarnya, apalagi Allah yang besar itu telah berjanji kepada kita bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan ciptaannya.

Ibrani 13:5, menyatakan secara jelas.   “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu denga napa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman:, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

Perkataan penting yang diutarakan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Yesus naik ke surga adalah janji penyertaan Tuhan, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”(Matius 28: 20)

Tidak ada alasan bahwa kita tidak bisa mentaati Allah karena kelemahan-kelemahan kita. Allah yang besar itu menjanjikan kekuatannya untuk memepukan kita mentaati Allah tia-tiap hari. Persoalannya adalah, apakah kita tiap-tiap hari memohon damai sejahtera Allah berkuasa dalam hati dan kehidupan kita?

 Soli Deo Gloria!

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/damai-sejahtera-tuhan-kiranya-bertakhta.html

Thursday, November 19, 2020

Doa Mengingat Hari Kelahiran

 



Cara Menulis Bebas Plagiarisme, KLIK DISINI!






Mengingat hari kelahiran bagiku adalah melihat kebesaran Tuhan yang menghadirkan aku didunia ini.

Saat lahir sebagai bayi yang tak berdaya, bertumbuh menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi kuat sebagai orang dewasa, dan kini saat usiaku genap 57 Tahun, semuanya itu menceritakan, betapa dasyat dan ajaibnya Tuhan.

Mazmur 139, secara khusus ayat 14, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” Utamanya bukan menunjukkan kehebatan, kedahsyatan, dan keunikan manusia sebagai ciptaan Tuhan, tapi semata-mata ingin menyatakan Allah pencipta itu adalah Allah yang dahsyat dan ajaib.

Lembaga Alkitab Indonesia memberikan judul perikop untuk Mazmur 139 ini, "Doa dihadapan Allah yang maha Kuasa." Sedangkan Global Study Bible memberikan judul perikop, “Search Me, O God, and Know My Heart.”Tidak berbeda dengan The New International Version Study Bible yang dalam ayat pertamanya sebagai pendahuluan mengatakan, "O Lord, you have searched me and you know me."

Mazmur 139 merupakan Doa Daud yang mengajak umat Kristen memiliki relasi dengan Allah yang dasyat dan ajaib. Karena sesungguhnya, manusia itu dicipta oleh Allah, dan tidak pernah ditinggalkan Allah. 

Segala sesuatu yang tersebunyi yang tidak diketahui orang lain serta diri kita sendiri, semua itu diketahui Allah.

Bagiku mengingat hari kelahiran, adalah mengingat betapa tak berdayanya manusia yang lahir dari manusia yang terbatas.

Ketika bayi, kita hanya bisa hidup oleh anugerah Tuhan, dan Tuhan memakai ciptaan lainnya, manusia lainnya, orang tua, keluarga, masyarakat untuk kita dapat bertumbuh menjadi anak-anak, menjadi remaja, dan menjadi pemuda dewasa dengan segala keperkasaannya.

Manusia dengan segala keperkasaannya, kekuatannya, kecantikannya, kecerdasannya, kekayaannya,  bukanlah dihasilkan oleh diri manusia itu sendiri. Tapi, itu dianugerahi Tuhan, meski kehadirannya melibatkan tanggung jawab diri kita sendiri, tanggung jawab keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, juga kehadiran bangsa-bangsa di dunia.

Saat mengingat hari kelahiran kita tahu kelemahan kita tidak menghalangi pemiliharaan Tuhan yang ajaib.

Saat melihat kekuatan-kekuatan yang kita miliki, kita tahu, Allah yang menghadirkan. Karena itu kita dapat mengakui kegagalan-kegagalan kita, karena Tuhan juga tahu.

Apapun yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan Tahu. Itulah sebabnya Daud mengajak kita dalam Mazmur 139 untuk berelasi dengan Allah yang benar, secara benar.

Allah mengetahui segala sesuatu tentang kita. Kita tidak bisa melarikan diri dari Allah yang maha hadir. Allah adalah pencipta yang maha kuasa yang tak dapat disangkali. Allah adalah hakim atas semua manusia.

Jalan terbaik bagi ku adalah hidup untuk kemuliaan Tuhan, dan itupun aku bisa lakukan hanya karena anugerah Tuhan. Segala kemuliaan bagi Tuhan.

https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/doa-mengingat-hari-kelahiran.html

 

 

MAZMUR 139

Doa di hadapan Allah yang maha tahu

139:1-24

1Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.

Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;

2Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri,

Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

3Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring,

segala jalanku Kaumaklumi.

4Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,

sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.

5Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku,

dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.

6Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu,

terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

7Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,

ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?

8Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;

jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.

9Jika aku terbang dengan sayap fajar,

dan membuat kediaman di ujung laut,

10juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku,

dan tangan kanan-Mu memegang aku.

11Jika aku berkata: ”Biarlah kegelapan saja melingkupi aku,

dan terang sekelilingku menjadi malam,”

12maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu,

dan malam menjadi terang seperti siang;

kegelapan sama seperti terang.

13Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,

menenun aku dalam kandungan ibuku.

14Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;

ajaib apa yang Kaubuat,

dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

15Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu,

ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,

dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

16mata-Mu melihat selagi aku bakal anak,

dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis

hari-hari yang akan dibentuk,

sebelum ada satu pun dari padanya.

17Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah!

Betapa besar jumlahnya!

18Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir.

Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

19Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah,

sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah,

20yang berkata-kata dusta terhadap Engkau,

dan melawan Engkau dengan sia-sia.

21Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya Tuhan,

dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau?

22Aku sama sekali membenci mereka,

mereka menjadi musuhku.

23Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku,

ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;

24lihatlah, apakah jalanku serong,

dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/doa-mengingat-hari-kelahiran.html

Tuesday, November 17, 2020

Keesaan Gereja itu Merawat Keragamanan

 


Cara Menulis Bebas Plagiarisme, KLIK DISINI!








Menekankan keesaan dengan menyeragamkan gereja sama salahnya dengan menekankan keragaman tanpa peduli dengan keesaan. Gereja itu satu dalam keragaman, sebagaimana kepala gereja adalah satu dalam keragaman.  Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah  Allah yang esa dalam tiga pribadi. Persatuan gereja juga merupakan dasar yang penting bagi persatuan umat manusia yang adalah ciptaan Allah.

 

Mengusahakan kesatuan gereja mestinya bukan untuk menyeragamkan gereja, karena menyeragamkan gereja sama saja dengan menegasikan gereja yang tidak seragam, yang berbeda atau yang dianggap sesat. Demikian juga menekankan keragaman tidak boleh mengabaikan sumber yang sama, atau kesatuan. Menekankan keragaman dengan melupakan sumber yang sama, menyebabkan gereja terus terpecah-pecah.

 

Pada awal berdirinya gereja, keesaan gereja bukan persoalan. Para Rasul memiliki pelayanan yang berbeda dan juga pengalaman yang berbeda ketika mempersiapkan diri menjadi pelayan Injil. Sebelas murid Yesus belajar langsung di kaki Yesus, kebanyakan mereka adalah orang-orang sederhana. Namun, Paulus seorang intelektual yang luar biasa, ahli dalam Taurat, menjadi murid Yesus setelah Yesus naik ke surga. Pengalaman Paulus dan para rasul lain bukan persoalan.

 

Paulus mendapatkan pengajaran dari Yesus yang bangkit dari kematian melalui perjumpaannya dengan Yesus secara luar biasa. Tapi, pengalaman Paulus yang berbeda itu diterima para rasul dengan pengakuan pengajaran mereka berasal dari sumber yang sama. Gereja pada masa itu tidak terpecah.

 

Setelah mendapatkan panggilan pelayanan melalui perjumpaan yang ajaib dengan Yesus, Paulus menjalankan pelayanannya berdasarkan panggilan Tuhan itu, Paulus menjelaskan, tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku dari sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia (Galatia 1: 15-16).

 

Paulus tidak pernah menjadi murid dari murid-murid Tuhan Yesus. Namun, murid-murid Tuhan Yesus yang mendapatkan pengajaran dari Yesus selama tiga setengah tahun tidak pernah meremehkan panggilan Paulus.

 

Setelah perjumpaan dengan Yesus, Paulus tidak bergabung dengan murid-murid Yesus untuk belajar tentang Injil kepada murid-murid Yesus. Paulus berkata, juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Lalu, tiga tahun kemudian aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas…,”(Galatia 1:17-18).

 

Paulus belajar langsung dari Tuhan dan secara bersamaan melakukan pelayanan pemberitaan injil. Jika murid-murid Yesus belajar tiga setengah tahun langsung dari Yesus. Maka Paulus belajar langsung dari Yesus selama tiga tahun. Paulus mengalami pertumbuhan rohani dalam perenungan Firman Tuhan, doa dan pelayanan melalui bimbingan Yesus secara langsung sewaktu berada di tanah Arab.

 

Murid-murid Tuhan Yesus yang mendapat pengajaran langsung dari Yesus tidak menyombongkan pengalaman belajarnya, demikian juga Paulus yang mendapatkan pengajaran langsung dari Yesus tidak menyombongkan pengalaman belajarnya yang luar biasa. Sebaliknya keduanya sama-sama mengakui bahwa pengalaman mereka yang berbeda dalam mengikuti panggilan Tuhan sama-sama menuju pada Tujuan yang sama yaitu memuliakan Tuhan.

 

Paulus berkata, kemudian setelah empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Titus pun kubawa juga. Aku pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi-dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang-, supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha (Galatia 2: 1-2).

 

Meskipun Paulus yakin Injilinya dari Tuhan, dan memiliki pengalaman belajar secara langsung dari Yesus, Paulus mau membagi pengetahun dan pengalaman pelayanannya kepada rasul-rasul yang lain. Dan menariknya, para rasul itu juga menghargai pemahaman Paulus tentang Firman Tuhan, demikian juga pengalaman pelayanannya.

 

 Setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti Petrus untuk orang-orang bersunat. Karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang bersunat (Galatia 2:7-9).

 

Demikian juga hal nya dengan daerah pelayanan, para rasul dan Paulus memiliki daerah pelayanan yang berbeda. Murid-murid Yesus melayani fokus pada orang-orang Yahudi, sedang Paulus fokus melayani kepada orang-orang Yunani atau bukan Yahudi. Tapi, Murid-murid Yesus juga melayani orang Yunani, demikian juga Paulus melayani orang Yahudi, hanya saja penekanan pelayanan mereka berbeda, dan itu pun bukan persoalan bagi gereja mula-mula, karena daerah pelayanan Injil adalah seluruh dunia.

 

Paulus juga pernah menegur Petrus ketika Petrus tidak konsisten dalam pelayanan. Paulus berkata, Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas dihadapan mereka semua:, Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?

 

Teguran Paulus tidak membuat gereja terpecah, meski Paulus dan Petrus sama-sama tokoh besar. Mereka memahami bahwa pelayan kepada Allah adalah untuk memuliakan Allah, bukan untuk memuliakan manusia. Para rasul menyadari jika mereka bisa hidup dalam ketaatan kepada Tuhan itu adalah karena kemurahan Allah.

 

Paulus mengakui bahwa keselamatan yang diterimanya adalah karena anugerah Tuhan, dan di dalam anugerah Tuhan itu Paulus hidup dalam ketaatan, itulah sebabnya Paulus menegur Petrus yang berlaku munafik., karena Paulus ingin Petrus konsisten hidup dalam kebenaran. Teguran Paulus tidak berarti meremehkan Petrus, karena setelah kejadian itu kita tidak mendengar ada pertikaian yang terjadi antara Petrus dan Paulus.

 

Persoalan perpecahan gereja terjadi dalam kehidupan jemaat di Korintus. Gereja di Korintus terpecah dalam beberapa kelompok tokoh, ada yang menyebut diri golongan Paulus dan ada juga yang menyebut diri golongan Apolos. Tetapi Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus bahwa gereja itu esa( 1 Korintus 3:4-5).

 

Gereja itu esa karena gereja mengakui memiliki juruselamat yang sama, Tuhan yang sama dan sama-sama dibaptiskan oleh Roh Kudus masuk kedalam tubuh Kristus. Secara tegas Paulus mengatakan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus ( I Korintus 12: 3).

 

 

Gereja memiliki kepala gereja yang satu yaitu Yesus, dan semua anggota gereja belajar langsung dari Yesus. Gereja juga perlu saling belajar satu dengan yang lain, dan kemudian bersama-sama bertumbuh menjadi seperti Yesus.

 

Keesaan gereja menjadi persoalan ketika gereja menggunakan tangan negara untuk menyingkirkan mereka yang dianggap sesat. Tidak terhitung berapa banyak nyawa melayang karena gereja menganggap mereka sesat.

 

Reformasi mengajarkan bahwa mereka yang dianggap sesat itu tak harus dibinasakan. Pengalaman Marthin Luther demikian juga dengan Calvin dan tokoh-tokoh reformasi mengajarkan bahwa mereka yang dianggap sesat itu tidak harus dibinasakan, karena mereka juga orang-orang yang mencari Tuhan dengan tulus.

 

Tokoh-tokoh reformasi memang tidak bermaksud mendirikan gereja, karena gereja berasal dari sumber yang sama. Penyimpangan gereja pada masa tertentu, tidak harus dimaknai bahwa pada masa itu tidak ada lagi gereja yang benar. Walaupun ada denominasi gereja baru yang harus didirikan, gereja tersebut tetap saja harus berakar pada Kristus, dan juga mengacu pada gereja mula-mula.

 

Banyaknya denominasi gereja tidak membenarkan bahwa gereja bisa didirikan tanpa berdasar pada Kristus dan juga mengacu pada gereja mula-mula. Gereja hanya mempunyai satu kepala yaitu Tuhan Yesus, dan geraja berawal pada pencurahan Roh Kudus.

 

Pertanyaan kemudian, salahkah jika sekelompok denominasi gereja tertentu merindukan pengalaman gereja mula-mula terjadi pada gereja masaa kini? Tentu saja tidak salah, itu tentunya sebuah kerinduan yang baik, karena merindukan kehadiran gereja yang dikuasai oleh Roh Kudus, yang  menghasilkan pertobatan luar biasa ketika Petrus berkhotbah.

 

Tapi, jika pengalaman yang mereka sebut juga terjadi pada peristiwa Pentakosta itu dipaksakan terjadi pada gereja yang lain tentu saja tidak tepat. Biarlah masing-masing gereja memiliki pengalamannya sendiri dan memiliki keunikannya sendiri, tapi gereja dalam keragamannya itu tetap bersumber dari sumber yang sama.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/keesaan-gereja-itu-merawat-keragamanan.html

Kebakaran Hutan California

  https://youtube.com/shorts/qxdaZxgWd6Y?si=czD2F2ba5owlKDBn Awalnya saya tak bisa memahami bagaimana kebakaran Hutan kemud...