...dan mereka akan menamai Dia Imanuel, yang berarti Allah menyertai kita (Matius 1:23)
Peristiwa Eden menyaksikan bahwa manusia meninggalkan Allah yang maha kasih dan kehilangan kesempatan untuk menikmati Eden dengan segala kelimpahan dan keindahannya.
Akibat dosa manusia harus mati, tapi syukurlah Allah yang penuh penuh kasih itu hadir dalam kekelaman kehidupan manusia berdosa untuk meghadirkan kehidupan baru bagi umat manusia.
Peristiwa kelahiran Yesus yang dilaporkan Injil Matius, Raja yang dilahirkan, menjelaskan bahwa Kerajaan Allah telah datang.
Raja yang telah datang itu mengundang semua umat manusia dari sentero dunia ini untuk masuk dalam kerajaan Allah.
Kehadiran orang Majus dari timur yang datang menyembah Raja yang baru lahir itu menjadi saksi bahwa Allah mengundang semua umat manusia untuk masuk dalam kerajaan Allah.
Nasib manusia dalam dosa
Alkitab secara jelas melaporkan kejahatan manusia yang meninggalkan Allah. Mulai peristiwa pembunuhan Habel yang dilakukan Kain, sampai kepada Air Bah, Menara Babel, Penghancuran Sodom dan Gomora, semua tercatat secara jelas dalam Alkitab.
Pembebasan umat Allah dari Mesir untuk menyembah Allah yang dilakukan dengan tanda-tanda ajaib, tidak membuat umat manusia bertelut kepada Allah.
Demikian juga ketika Tuhan memberikan sepuluh hukum untuk ditaati umat Allah dengan cara yang ajaib, tetap saja tak mengurangi pemberontakan umat manusia.
Setelah Allah menyatakan kehendak kasihnya kepada manusia melalui nabi-nabi dalam Perjanjian lama, dan ketidaktaatan umat Allah mengkibatkan berlangsungnya peristiwa pembuangan umat Allah. manusia yang hidup dalam dosa tak mempunya pengharapan.
Allah beserta kita
Matius dalam Injilnya melaporkan kabar sukacita, yaitu kelahiran Raja yang membawa kerajaan Allah.
Raja yang dilahirkan itu adalah firman Allah yang hidup. Allah menjadi manusia dan diam diantara kita, menghadirkan kerajaan Allah di bumi.
Sesuai dengan namanya Yesus yang artinya juruselamat, dan Kristus, Raja yang diurapi. Maka Raja yang dilahirkan itu mendatangkan Kerajaan Allah di bumi. Imanuel, Allah beserta kita, kita semua adalah umat kerajaan Allah.
Merayakan Natal Saat Covid-19
Merayakan Natal, berarti merayakan kehadiran Allah yang mengundang semua umat manusia yang menderita karena dosa untuk masuk dalam sukacita kerajaan Allah.
Natal adalah berita pengharapan terhadap manusia yang tidak memiliki harapan. Karena itu merayakan Natal sepatutnya menghadirkan sukacita kepada sesama, apalagi paada masa sulit pandemi covid-19 yang berlum berakhir.
Jumlah mereka yang menderita karena covid-19, meninggal dan kehilangan mata pencaharian mungkin lebih banyak dari jumlah yang dapat dihitung. Merayakan Natal, sejatinya merupakan ekspresi kepedulian terhadap sesama.
Imbauan untuk tidak merayakan Natal dengan membuat perhimpunan yang melanggar protokol kesehatan perlu dimaknai sebagai kepedulian kita pada mereka yang menderita, dan menjadi tekad untuk tidak menambah jumlah penderita baru.
Memang kedatangan orang Majus membawa persembahan berharga ketika menyembah raja yang dilahirkan. Tapi itu bukan pesta pora, demikian juga kehadiran gembala-gembala yang miskin ketika menyembah Raja yang dilahirkan.
Pada masa covid-19 ini sejatinya umat Kristen dapat merayakannya dengan cara-cara yang sederhana. Merayakan Natal dengan ekpresi kepedulian terhadap begitu banyak manusia di bumi Indonesia dan di dunia ini yang menderita.
Dunia ini akan terus bergoncang, dan goncangan demi goncangan akan kita temui, tetapi bersyukurlah, Imanuel, Allah beserta kita. Raja yang dilahirkan itu membawa kerajaan yang tak tergoncangkan.
Natal adalah undangan untuk masuk menjadi warga kerajaan yang tak tergoncangkan. Karena itu kuatkanlah mereka yang tergoncangkan, dan kabarkanlah bahwa kerajaan yang tak tergoncangkan itu mengundang semua orang untuk masuk dalam kerajaan Raja yang dilahirkan. Kerajaan yang tak tergoncangkan.
Dr. Binsar Antoni Hutabarat
https://www.binsarhutabarat.com/2020/12/merayakan-natal-saat-covid-19.html