Tuesday, March 9, 2021

Merayakan Natal Saat Covid-19






  ...dan mereka akan menamai Dia Imanuel, yang berarti Allah menyertai kita (Matius 1:23)



Peristiwa Eden menyaksikan bahwa manusia meninggalkan Allah yang maha kasih dan kehilangan kesempatan untuk menikmati Eden dengan segala kelimpahan dan keindahannya. 


Akibat dosa manusia harus mati, tapi syukurlah Allah yang penuh penuh kasih itu hadir dalam kekelaman kehidupan manusia berdosa untuk meghadirkan kehidupan baru bagi umat manusia.


Peristiwa kelahiran Yesus yang dilaporkan Injil Matius, Raja yang dilahirkan, menjelaskan bahwa Kerajaan Allah telah datang. 

Raja yang telah datang itu mengundang semua umat manusia dari sentero dunia ini untuk masuk dalam kerajaan Allah. 

Kehadiran orang Majus dari timur yang datang menyembah Raja yang baru lahir itu menjadi saksi bahwa Allah mengundang semua umat manusia untuk masuk dalam kerajaan Allah.


Nasib manusia dalam dosa

Alkitab secara jelas melaporkan kejahatan manusia yang meninggalkan Allah. Mulai peristiwa pembunuhan Habel yang dilakukan Kain, sampai kepada Air Bah, Menara Babel, Penghancuran Sodom dan Gomora, semua tercatat secara jelas dalam Alkitab.


Pembebasan umat Allah dari Mesir untuk menyembah Allah yang dilakukan dengan tanda-tanda ajaib, tidak membuat umat manusia bertelut kepada Allah. 


Demikian juga ketika Tuhan memberikan sepuluh hukum untuk ditaati umat Allah dengan cara yang ajaib, tetap saja tak mengurangi pemberontakan umat manusia.


Setelah Allah menyatakan kehendak kasihnya kepada manusia melalui nabi-nabi dalam Perjanjian lama, dan ketidaktaatan umat Allah mengkibatkan berlangsungnya peristiwa pembuangan umat Allah. manusia yang hidup dalam dosa tak mempunya pengharapan.


Allah beserta kita

Matius dalam Injilnya melaporkan kabar sukacita, yaitu kelahiran Raja yang membawa kerajaan Allah. 

Raja yang dilahirkan itu adalah firman Allah yang hidup. Allah menjadi manusia dan diam diantara kita, menghadirkan kerajaan Allah di bumi.


Sesuai dengan namanya Yesus yang artinya juruselamat, dan Kristus, Raja yang diurapi. Maka Raja yang dilahirkan itu mendatangkan Kerajaan Allah di bumi. Imanuel, Allah beserta kita, kita semua adalah umat kerajaan Allah.


Merayakan Natal Saat Covid-19

Merayakan Natal, berarti merayakan kehadiran Allah yang mengundang semua umat manusia yang menderita karena dosa untuk masuk dalam sukacita kerajaan Allah.


Natal adalah berita pengharapan terhadap manusia yang tidak memiliki harapan. Karena itu merayakan Natal sepatutnya menghadirkan sukacita kepada sesama, apalagi paada masa sulit pandemi covid-19 yang berlum berakhir.


Jumlah mereka yang menderita karena covid-19, meninggal dan kehilangan mata pencaharian mungkin lebih banyak dari jumlah yang dapat dihitung. Merayakan Natal, sejatinya merupakan ekspresi kepedulian terhadap sesama.


Imbauan untuk tidak merayakan Natal dengan membuat perhimpunan yang melanggar protokol kesehatan perlu dimaknai sebagai kepedulian kita pada mereka yang menderita, dan menjadi tekad untuk tidak menambah jumlah penderita baru.


Memang kedatangan orang Majus membawa persembahan berharga ketika menyembah raja yang dilahirkan. Tapi itu bukan pesta pora, demikian juga kehadiran gembala-gembala yang miskin ketika menyembah Raja yang dilahirkan.


Pada masa covid-19 ini sejatinya umat Kristen dapat merayakannya dengan cara-cara yang sederhana. Merayakan Natal dengan ekpresi kepedulian terhadap begitu banyak manusia di bumi Indonesia dan di dunia ini yang menderita. 


Dunia ini akan terus bergoncang, dan goncangan demi goncangan akan kita temui, tetapi bersyukurlah, Imanuel, Allah beserta kita. Raja yang dilahirkan itu membawa kerajaan yang tak tergoncangkan. 


Natal adalah undangan untuk masuk menjadi warga kerajaan yang tak tergoncangkan. Karena itu kuatkanlah mereka yang tergoncangkan, dan kabarkanlah bahwa kerajaan yang tak tergoncangkan itu mengundang semua orang untuk masuk dalam kerajaan Raja yang dilahirkan. Kerajaan yang tak tergoncangkan.



Dr. Binsar Antoni Hutabarat 

https://www.binsarhutabarat.com/2020/12/merayakan-natal-saat-covid-19.html

6 Kelompok Orang Yang Perlu Gereja Perhatikan


 





Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.(1 Tesalonika 5: 14

 

Gereja adalah tubuh yang hidup, melalui pelayan satu dengan yang lain, gereja menampakkan pertumbuhannya.

 

Anggota gereja yang beragam itu melayani satu dengan yang lain untuk memelihara kesehatan dan kehidupan gereja sebagai keluarga Allah.

 

Anggota gereja yang lebih tua perlu mengajarkan anggota gereja yang lebih muda, juga mendorong anggota yang lebih muda untuk bertahan dalam masa kesulitan.

 

Pemimpin rohani yang bertanggungjawab akan memperlengkapi jemaat untuk dapat melayani. Kren pemimpin rohani tentu saja tidak dapat mengerjakan semua tugas pelayanan seorang diri.

 

Tanpa kerjasama peyanan gereja akan melemah. Dan apabila setiap anggota jemaat menghujat pemimpin rohani mereka, maka persekutuan gereja akan makin melemah, dan akhirnya terpecah-pecah.

 

 

Gereja sebagai persekutuan keluarga Allah perlu menolong anggota gereja yang memerlukan pertolongan khusus, antara lain kepada:

 

1. Mereka yang melanggar aturan gereja.

 

          Apabila gereja tidak memiliki aturan atau standar, maka gereja akan kacau. Namun, dalam gereja kerap ada anggota yang melanggar aturan atau tidak memenuhi standar yang ditetapkan gereja lokal.

 

Adalah sebuah kesedihan jika anak dalam keluarga mengabaikan aturan dan standar yang ditetapkan dalam rumah tangga.

 

Biasanya dengan alasan kebebasan ada saja anggota gereja yang melanggar aturan atau standar yang ditetapkan.

 

Mereka yang melanggar aturan atau standar gereja dengan argumen tertentu atau dengan alasan kebebasan bisa menimbulkan perpecahan dalam gereja.

 

Pada kondisi ini gereja mesti sabar untuk menolong anggota gereja yang tidak tertib untuk kembali pada aturan atau standar yang telah ditetapkan gereja.

 

2. Mereka yang putus asa.

Tidak jarang dalam kehidupan keluarga Allah, ada anggota-anggota gereja yang putus asa.  Anggota gereja yang seperti itu perlu didorong, dimotivasi untuk tetap tekun berharap kepada Tuhan.

 

Anggota-anggota gereja yang lain, yang kuat perlu mendorong anggota jemaat yang putus asa itu untuk menjadi kuat dan tetap setia dalam  kesulitan apapun untuk bergantung pada Tuhan.

 
3. Mereka yang lemah.

Tidak semua anggota gereja dapat bertumbuh dalam pemahaman Alkitab yang kuat. Pertumbuhan rohani anggota jemaat ada juga yang lambat.

 

Mereka yang lemah adalah anggota jemaat yang perlu ditopang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka yang lemah biasanya belum mampu menghadapi tantangan pergaulan yang beragam.

 

Anggota-anggota itu perlu ditopang untuk terus bertumbuh dalam Tuhan dan menjadi kuat dalam Tuhan.

 
4. Kesabaran Membangun Persekutuan Keluarga.

Membangun persekutuan keluarga yang kuat butuh kesabaran. Mereka yang lemah pada suatu saat mungkin akan menjadi pemimpin-pemimpin gereja yang kuat.

Karena itu gereja dan anggota gereja yang kuat perlu kesabaran untuk membangun persekutuan keluarga Allah.

 
5. Motif Pelayanan

Motif melayani Tuhan yang benar, yakni untuk kemuliaan Tuhan merupakan kunci untuk memiliki ketekunan dan kesabaran dalam memelihara persekutuan keluarga Allah.

Apabila anggota gereja melayani utnuk dapat diterima atau berpusat pada diri sendiri, maka anggota gereja itu akan kecewa.

Tapi jika motif pelayanan adalah utnuk memuliakan Tuhan, respon apapun yang diterima anggota gereja ketika melayani sesamanya, dia akan tetap bertekun dalam pelayanan.

Membalas kejahatan dengan kejahatan tidak memiliki landasan Alkitab. Karena pembalasan adalah hak Allah. Jika kita melayani untuk memuliaka Allah kita tidak akan pernah kecewa.

 

6. Sukacita Menanggung beban Pelayanan.

Kasih, Sukacita, damai sejahtera, Kesabaran yang adalah karakteristik rohani adalah bagian dari buah roh. Manusia tidak dapat menghasilkan kualifikasi-kualifikasi rohani itu.

Manusia hanya dapat menghasilkan kualifikasi-kualifikasi rohani itu jika mengijinkan dirinya dikuasai Roh Kudus.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa persekutuan keluarga Allah adalah penting untuk gereja dapat bertumbuh dengan sehat.

Gereja harus menolong setiap anggota jemaat yang memerlukan pertolongan, dan secara bersamaan anggota gereja saling belajar untuk saling tolong menolong untuk menghadirkan gereja yang lebih rohani dan sehat.

 

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat, M.Th.

https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/6-kelompok-orang-yang-perlu-gereja-perhatikan.html


Mainstreaming Pendidikan Tinggi Teologi






Mainstreaming Pendidikan Tinggi Teologi di Indonesia perlu menjadi kepedulian gereja-gereja di indonesia. 


 

Pada pelatihan menulis karya ilmiah yang diselenggarakan Binsar Hutabarat Institute dengan pembicara Dr. Binsar Antoni Hutabarat seorang peserta bertanya, “Pak, apakah penelitian konseptual atau kajian literatur itu termasuk penelitian, bukankah penelitian itu tidak melakukan penelitian lapangan?”

 

Kebingungan apakah penelitian konseptual, atau kajian teori, dan juga yang biasa disebut penelitian literatur dapat dikategorikan penelitian ilmiah juga ada pada pendidikan tinggi teologi. Bahkan parahnya lagi, dalam pendidikan tinggi teologi tertentu yang tidak mengajarkan statistik, pendidikan tersebut mewajibkan mahasiswa mengerjakan penelitian kuantitatif dalam karya akhir mereka.

Ironis memang, sebagai akademisi-akademisi teologi persoalan penedekatan penelitian yang sejatinya sudah umum dikenal dan patut dikuasai, pendidikan tinggi teologi di indonesia masih kebingungan. Bisa jadi ini adalah indikasi bahwa pendidikan tinggi teologi belum diperhitungkan keberadaannya.

 

Penelitian kajian teori, penelitian konseptual atau penelitian literatur adalah umum dilakukan pada program studi teologi, bahkan pada awalnya di indonesia pendidikan tinggi teologi hanya mewajibkan penelitian konseptual, meski diijinkan untuk melengkapinya dengan penelitian yang melibatkan temuan data melalui wawancara untuk memastikan kebaruan dari tulisan itu.

 

Penulisan artikel ilmiah dalam jurnal akademik dapat berupa kajian teori, atau kajian konseptual, penelitian literatur dan penelitian lapangan. Data yang dikumpulkan dapat berupa data-data kualitatif (kata-kata), dan data kuantitatif (angka-angka). 

Namun terkait dengan paradigma penelitian, saat ini hanya dikenal dua paradigma yakni, paradigma induktif-kualitatif, dan paradigma deduktif-kuantitatif. Kedua paradigma penelitian itu tidak bisa digabung. Istilah mix method lebih cocok untuk penggabungan jenis data kualitatif dan kuantitatif.

 

Pendidikan tinggi teologi secara khusus tidak perlu meninggalkan penelitian konseptual yang amat penting. Hanya saja metode yang digunakan harus tepat dan kualifikasi penelitian terlihat jelas. Misalnya saja kualifikasi penelitian tingkat Sarjana adalah analisis, untuk magister evaluasi bisa berupa kritik atau perbandingan, dan untuk tingkat doktoral adalah sintesis berupa pengembangan teori atau penerapan baru.

 

Hal yang perlu ditingkatkan dalam penelitian konseptual adalah bukan hanya kemampuan menyimpulkan literatur, tetapi juga kemampuan analisis, evaluasi, dan juga sintesis. Karena penelitian bukanlah memindahkan pandangan orang lain ke dalam laporam penelitian penulis.

 

Apabila kajian konseptual itu dikerjakan dengan serius, secara khusus dalam bidang teologi maka temuan temuan baru terkait teologi berupa pengembangan teori akan sangat mewarnai khasanah pemikiran teologi di Indonesia. Sayangnya, Indonesia kini hanya dibanjiri buku-buku teologi hasil terjemahan penulis asing yang pada umumnya tidak menguasai konteks Indonesia.

 

Menurut saya, sekolah-sekolah teologi harus menghasilkan teolog-teolog yang mampu mengembangkan pemikiran teologi, dan juga mengembangkan penerapan-penerapan baru terkait pemikiran-pemikiran teologi itu. Ini tugas penting dalam pengarusutamaan pendidikan tinggi teologi di Indonesia.

Sudah bukan pada tempatnya, teolog-teolog Indonesia menerima apa saja yang dari Barat. Demikian juga menerima apa saja yang dikatakan pengkhotbah-pengkhotbah yang kerap berbicara tanpa dasar teologi yang mumpuni.


Pada sisi lain, sekolah-sekolah teologi juga perlu belajar metode penelitian lapangan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Dengan memadukan ketiga pendekatan penelitian itu pemikiran-pemikiran teologi yang kontekstual indonesia dapat dikembangkan, demikian juga penerapan-penerapan teologi yang kontekstual.

 

Ketiga pendekatan penelitian itu tidak ada yang lebih unggul, tetapi masing-masing pendekatan itu memiliki keunggulan tersendiri, dan jika dipadukan akan menghasilkan pemikiran-pemikiran teologi yang unggul pada masa kini.

 

Kristen Nusantara perlu menjadi konteks pengembangan teologi di Indonesia, demikian juga penerapan-penerapan baru dari konsep-konsep teologi yang telah dikembangkan. Kiranya Gereja di Indonesia makin maju dan dapat menjalankan fungsi kenabiannya, tetapi itu tentu perlu andil pendidikan teologi yang unggul.

 

Pendidikan Tinggi teologi di indonesia perlu mengalami perkembangan mutu, mengarusutamakan pendidikan tinggi teologi mesti jadi kepedulian kita bersama. Mungkin benar pendidikan tinggi teologi tidak boleh berada dibawah gereja yang kerap hanya menjadikan pendidikan tinggi teologi pelestari doktrin gereja tertentu.


Soli Deo Gloria.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2021/01/mainstreaming-pendidikan-tinggi-teologi.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...