Monday, March 8, 2021

Akreditasi Belum Menghadirkan Pendidikan Berkualitas

 


Akreditasi Belum Menghadirkan Pendidikan Berkualitas. Pemerintah perlu bekerja keras untuk menghadirkan kader-kader bangsa berkualitas.


Pada waktu penetapan kewajiban akreditasi pendidikan tinggi tahun 2012, ada yang menarik terkait hal itu. Kebijakan yang bertujuan melindungi masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi berkualitas, bagi sebagian pengelola pendidikan tinggi teologi justru dianggap bahwa keputusan itu dianggap malapetaka, dan pemerintah dicurigai sengaja mematikan pendidikan tinggi teologi Kristen secara khusus yang jumlahnya hampir dua kali lipat jumlah sinode yang ada di indonesia.


Penelitian penulis terkait pendidikan tinggi teologi di Indonesia sangat mencengangkan, karena bukan hanya luaran pendidikan tinggi teologi itu saja yang tidak jelas dengan banyaknya denominasi gereja, karena setiap pendidikan tinggi dibawah gereja wajib melestarikan doktrin gereja pendiri. 


Lulusan STT yang tidak diterima pada gereja pendiri harus bersusah payah untuk mencari tempat pelayanan atau tempat kerja pada denominasi gereja yang berbeda. Mungkin itulah sebabnya banyak terjadi pendirian gereja baru sebagai jalan pintas mendapatkan peluang kerja, yang kemudian juga mendirikan pendidikan teologi baru. 


Berburu Ijazah Pendidikan Terakreditasi

Akreditasi ternyata menimbulkan masalah baru. Ijazah dari pendidikan tinggi teologi  terakreditasi menjadi barang dagangan dan diburu banyak mahasiswa, secara khusus untuk mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri, atau pada pendidikan-pendidikan formal. 


Dengan pengahapusan ujian negara untuk pendidikan tinggi teologi yang kemudian disebut ujian penanandasah ijazah dari pendidikan yang belum terakreditasi. Ada kabar sumbang tentang manipulasi terkait ujian negara dan ujian penjaminan mutu yang menggelontorkan ijazah-ijazah pada lulusan tak berkualitas.


Dengan dihapusnya ujian negara dan ujian penjaminan mutu, terjadilah perpindahan ujian dan “penandasah ijazah”jika tidak ingin disebut ijazah “bodong”dari pemerintah ke sekolah yang terakreditasi dengan berbagai model manipulasi.


Sekolah terakreditasi bergerilya menawarkan ijazah kepada mahasiswa dari sekolah yang belum terakreditasi, meski sudah memiliki ijin penyelenggaraan yang resmi. Bukannya Program “double degree”yang dilakukan, sebaliknya transfer mahasiswa secara massal.


Pencurian domba ternyata bukan hanya terjadi antar gereja, tetapi juga antar perguruan tinggi teologi. Yang mengherankan, bagaimana mungkin mereka yang belajar dalam pendidikan tinggi tertentu kemudian berbondong-bondong mendapatkan ijazah dari pendidikan tinggi teologi lain? 


Kita kerap mendengar perdebatan itu terjadi di media sosial, salah satu teguran terlontar dari Pdt. Mangapul Sagala dari STT Trinity yang berang karena tiba-tiba mahasiswanya yang sedang cuti kuliah dapat diwisuda di STT lain. Siapa yang bermain disana?


Mengapa Prodi Pak “Booming”?

Peluang kerja lulusan program studi teologi yang makin kecil mengakibatkan pendidikan tinggi teologi beralih pada penyelenggaraan program studi PAK. Akibatnya, saat ini pendidikan tinggi teologi dengan program studi teologi makin kekurangan mahasiswa, sedang program studi PAK lebih diburu karena peluang kerja lebih luas. 


Mungkin Itulah sebabnya Sekolah Tinggi Agama Kristen milik pemerintah makin berkibar, dan beberapa sudah beralih menjadi Institut dan diharapkan akan menjadi universitas sebagaimana juga terjadi pada sekolah tinggi pendidikan keagamaan Islam yang telah menjadi universitas.


Untuk pendidikan tinggi teologi yang tetap saja kekurangan mahasiswa, meski telah terakreditasi, karena memang akreditasi tidak menjamin peningkatan mutu pendidikan tinggi, maka terjadilah kampus-kampus bayangan di desa-desa untuk mendapatkan pasokan mahasiswa. 


Tidak jarang daerah-daerah pemasok mahasiswa itu berasal dari STT yang belum terakreditasi, dan dibiarkan tidak terakreditasi dengan harapan ada pasokan mahasiswa dari daerah untuk STT-STT di kota-kota yang makin tidak diminati calon-calon mahasiswa.


Peningkatan mutu pendidikan tinggi di indonesia memang pelik, selain SDM nya sangat minim, tetapi pertambahan pendidikan tinggi teologi terus terjadi. Moratorium juga bukan jalan pintas. Karena pendidikan tinggi yang terlanjur berdiri dengan kualitas yang rendah justru diuntungkan, apalagi tidak ada tindakan tegas. Gereja, masyarakat dan pemerintah perlu bekerja keras secara khusus untuk membenahi pendidikan tinggi teologi di Indonesia. 


Apabila gereja, masyarakat dan pemerintah tidak membenahi pendidikan di Indonesia, maka buka hanya pemimpin gereja yang tidak berkualitas yang akan hadir dinegeri ini, tetapi juga pejabat-pejabat publik yang tidak berkualitas. Kiranya Tuhan mengampuni dosa-dosa kita yang melayani di pendidikan tinggi teologi dan keagamaan Kristen Indonesia.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

3 Tanda Pelayan Tuhan yang Dewasa

 




Kamu Adalah Ladang Allah, Bangunan Allah (I Korintus 3:9)


Umat Kristen adalah pekerja-pekerja Allah dengan berbagai pekerjaan yang beragam. Umat Kristen memiliki satu tujuan yaitu untuk mengusahakan ladang Allah, bangunan Allah untuk memuliakan Allah. Sejatinya umat Kristen perlu hidup dalam kerendahan hati satu sama lain.


Menurut I Korintus 3:1-9, setidaknya terdapat tiga tanda kedewasaan pekerja Kristen yang perlu ada untuk menghasilkan ladang dengan panen yang baik, menghadirkan bangunan tubuh Kristus yang indah.


1.Menyadari adanya keragaman pelayanan

Umat Kristen memiliki talenta dan karunia yang beragam untuk bekerja di ladang Allah, atau untuk membangun bangunan Allah yakni tubuh Kristus. Karunia dan talenta yang beragam itu adalah anugerah Tuhan, dan sepatutnya dikembalikan untuk kemuliaan Tuhan. Sebagai pekerja-pekerja di ladang Allah tidak seorangpun boleh memegahkan diri bahwa ia adalah orang yang paling berjasa untuk menghasilkan hasil yang besar.

Pengolah tanah, penabur benih, mereka yang menyirami tanaman, serta mereka yang memanen hasil ladang tidak boleh menganggap pekerjaannya yang paling utama atau superior. Semua pekerjaan pelayanan di ladang Allah hanya mungkin dilakukan jika Tuhan yang memberikan pekerjaan itu kepada setiap orang. Tanpa anugerah Tuhan tak ada seorang pun yang dapat bekerja diladang Allah. Kita sebagai ladang allah, bangunan Allah menjadi dewasa, baik karena pekerjaan sesama anggota tubuh Kristus. Namun, yang terpenting adalah Allah yang memberikan pertumbuhan.


2.Memiliki satu tujuan yang sama.

Umat Kristen melayani Tuhan  bekerja di ladang Allah dengan menggunkan talenta dan karunia yang beragam perlu memiliki satu tujuan, yaitu semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan. Semua pekerja baik bagian pengolahan tanah, penabur benih, penyiram tanaman, serta penuai hasil panen hanya mungkin mendapatkan hasil jika Tuhan memberikan pertumbuhan pada ladang Allah itu. Umat Kristen sebagai ladang Allah dan bangunan Allah, setiap kita harus mengakui pertumbuhan kedewasaan rohani kita, yang digambarkan sebagai ladang yang subur dan bangunan Allah yang indah itu terjadi karena keterlibatan sesama tubuh Kristus dalam anugerah Allah.

Menyadari bahwa tujuan pelayanan umat Kristen adalah untuk memuliakan Allah, artinya kita semua pekerja di ladang Allah harus berorientasi pada kemuliaan Tuhan bukan kebanggan diri. Keragaman denominasi, pertumbuhan denominasi gereja perlu diikat dengan satu tujuan untuk memuliakan Allah.


3.Meneladani kerendahan hati Kristus.

Sebagai pekerja-pekerja Allah sudah sepatutnya kita memuliakan Tuan yang memberikan kita pekerjaan itu, dan biarlah pekerjaan kita itu hanya untuk kemuliaan Tuhan. 

Apabila umat Kristen berorientasi pada usaha untuk memuliakan Tuhan, maka keragaman pekerjaan, variasi hasil tidak membawa kita pada kesombongan, karena yang memberikan pertumbuhan atau hasil adalah Tuhan.

Kita sebagai hamba-hamba yang tak berarti, perlu terus memandang pada Allah yang penuh kasih, maka dengan demikian kita dapat belajar seperti Kristus dalam kerendahan hati. 

Jangan menyombongkan diri atas hasil yang tidak kita usahakan. Segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan sepatutnya diberikan untuk kemuliaan Tuhan.

Apabila umat Kristen hidup dalam kerendahan hati, saling menghargai keberagaman pelayanan, serta diikat dengan tujuan yang sama untuk memuliakan Tuhan, maka umat Kristen dapat hidup bersama dengan sesama orang Kristen dengan damai, demikian juga dengan sesama manusia.

Kiranya kita dapat hidup menjadi garam dan terang dunia, untuk menahan kebusukan dan menyinari tempat-tempat yang gelap, bagi kemuliaan Tuhan pemilik alam semesta. Tuhan memberkati.



Dr. Binsar Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2021/03/3-tanda-pelayan-tuhan-yang-dewasa.html

Saturday, March 6, 2021

Proteksi Hak-Hak Azasi Manusia




Perjuangan menegakkan proteksi hak-hak azasi manusia merupakan tugas bersama umat manusia dan bangsa-bangsa di dunia.


Alkitab menyaksikan bahwa Allah memberikan hukumnya kepada manusia untuk dapat melaksanakan kebebasannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Tanpa ketaatan pada hukum, kebebasan akan terperosok pada tindakan liar tanpa batas yang akan melukai sesama manusia. 


Manusia perlu bergantung pada Allah

Pada waktu manusia belum jatuh ke dalam dosa, manusia dapat hidup dengan menikmati hak-haknya sebagai manusia, tanpa mengganggu kebebasan sesamanya. Itu mungkin terjadi karena manusia bergantung total pada Allah. Pada saat yang sama Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk melaksanakan kebebasannya secara absolud dalam kebergantungan mutlak dengan-Nya. 

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, tak seorang pun manusia dapat menaati hukum Allah secara sempurna, karena tak seorang pun dapat bergantung mutlak pada Allah dalam melaksanakan kebebasannya.

Pada masa sebelum kerajaan Israel, Allah juga telah memberikan hak-hak kepada manusia. Allah sendiri juga yang menjaga terimplementasinya hak-hak tersebut dengan memberikan hukum-hukum-Nya yang adil. 

Pada waktu Kain membunuh Habel, Allah menghukum Kain, demikian juga ketika manusia bertambah jahat, manusia tidak hidup mentaati Allah, maka Allah menghukum manusia yang tidak menghormati Allah dan sesamanya dengan mengambil hak hidup dari manusia, dan hanya menyisakan Nuh dengan keluarganya. 

Pada waktu manusia bertambah banyak dan ingin membangun pemerintahan sendiri, Allah mencerai-beraikan mereka di Menara Babel. Kemudian Allah terus menjaga ciptaan-Nya dengan memilih Abraham untuk membangun komunitas yang hidup menyembah Allah dan menghormati sesama manusia sebagai ciptaan Allah. Disini Israel dijadikan sebagai bangsa.  

Sejak Penciptaan Allah membangun institusi negara dalam bentuk pemerintahan Allah di Eden, karena kejatuhan manusia tidak lagi tunduk kepada Allah, maka kemudian Allah membangun komunitas umat pilihan Allah. Namun, sejak awal penciptaan institusi negara itu telah ada, dengan Allah dan semua umat manusia dalam pemerintahan Allah.

Sebelum pemerintahan Allah atas umat pilihan dinyatakan,  Mesir melakukan penjajahan terhadap umat Allah. Dengan kekuasaan-Nya, Allah membebaskan Israel dari penjajahan Mesir untuk dapat hidup mulia dengan sesamanya dalam keterikatan pada Allah, dengan Allah sebagai Raja Israel yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. 


Implementasi Ham Perlu Mentaati Undang-undang

Sepuluh hukum Allah merupakan undang-undang dasar bagi teokrasi Israel secara langsung. Hukum ini berisi keadilan Allah, jika dilaksanakan dengan baik, akan menciptakan proteksi terhadap HAM, karena hukum yang diberikan oleh Allah berisi penghormatan yang mulia terhadap HAM. 

Adanya raja di Israel dalam bentuk pemerintahan umat Allah atas ijin Allah. Pada waktu itu memang negara dan agama tidak dapat dipisahkan, karena komunitas Israel adalah homogen dalam hal agama. Namun tidak berarti bahwa dalam pandangan Kristen agama boleh menguasai negara (pemerintahan gereja atas negara) Kekuasaan dalam kehidupan bangsa pilihan Allah terletak pada Allah, dan mereka harus menegakkan hukum yang didasarkan pada keadilan Allah karena semua manusia adalah sama dihadapan Allah. 

Dalam Perjanjian Lama (PL) Allah membedakan antara bangsa Israel yang disebut umat pilihan Allah dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Israel disebut umat Allah untuk menekankan bahwa semua manusia adalah sama, sederajat, demikian juga dengan raja. Jadi dalam pemerintahan Israel Allah yang menetapkan Undang-Undang Dasarnya yaitu 10 Hukum, dan raja wajib menjalankan UUD tersebut dalam pemerintahannya. 

Apabila raja tidak mentaatinya maka Allah akan menghukum raja tersebut. Dalam kerajaan Israel tersebut juga ada Nabi Allah yang senantiasa mengawasi jalannya pemerintaha Israel, serta Imam-imam yang menjelaskan mengenai hukum-hukum kerajaan yang bersumber dari 10 Hukum yang adalah Undang-Undang Dasar Israel. 

Tidaklah mengherankan jika pemerintahan Israel disebut oleh ahli-ahli PL sebagai pemerintahan teokratis yang demokratis. Karena pemimpin Israel adalah Allah, raja dan rakyat kerajaan adalah umat Allah, dan mereka secara bersama-sama taat kepada Allah yang adalah pemimpin Israel. Pemerintahan yang teokratis dan demokratis akhirnya lenyap dari Israel karena kejahatan manusia.  


Menegakkan  Proteksi Hak-Hak Azasi manusia

Allah memakai bangsa-bangsa lain untuk menjadi “hakim” atas umat-Nya. Umat Allah berada dalam penjajahan bangsa yang tidak mengenal Allah. Namun perlindungan Allah tetap ada pada mereka. Jika pada mulanya Allah memerintah secara langsung “pemerintahan teokrasi”, kemudian Allah memakai pemerintahan orang-orang yang tidak menyembah Allah Israel untuk tetap memelihara umat-Nya. 

Karena kodrat dari negara yang diciptakan Allah adalah untuk pemeliharaan dunia. Siapapaun yang menjadi raja di dunia ini, raja tersebut bertanggung jawab kepada Allah. Karena itu negara yang memiliki wewenang dari Allah harus menegakkan hukum-hukum yang adil dan nondiskriminatif. Dalam kerajaan Nebukadnezar Allah tetap dapat memelihara umatNya. Karena semua kerajaan dunia berada dalam kedaulatan Allah, walaupun negara yang dipimpin oleh orang yang telah jatuh dalam dosa memiliki kelemahan. 

Sejak manusia jatuh kedalam dosa, tidak seorangpun manusia mampu total bergantung pada Allah. Seperti juga yang terjadi dalam pemerintahan raja-raja Israel. 

Salah satu bukti mengenai kedaulatan Allah dalam kerajaan kafir adalah ketika Allah menolong Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Ketiga orang tersebut mendapat perlakuan yang tidak adil. Sekelompok orang yang menginginkan kekuasaan memasukkan aturan yang tidak berkeadilan dalam pemerintahan Babel, dan yang terkena dampak langsung dari ketidakadilan tersebut adalah Sadrak, Mesakh dan Abednego. 

Tetapi oleh kedaulatan Allah mereka dipelihara ketika menjadi tawanan di negara Raja Nebukadnezar. Tetapi sebagai alat Tuhan, Sadrak, Mesakh dan Abednego harus berjuang bagi adanya hukum yang berkeadilan. 

Penghormatan terhadap bangsa yang berbeda dan pemeluk agama yang berbeda tetap terjaga dalam pemerintahan bangsa-bangsa di luar Israel walaupun tidak sempurna, karena negara tempat di mana Israel dibuang oleh Allah tetap berada dalam kedaulatan Allah. Negara tersebut dapat  menghargai pluralisme suku dan agama karena kebenaran umum Allah ada pada semua orang. 

Kebenaran umam yang ditanamkan Allah dalam semua manusia ini menjadi alat Allah dalam memelihara dunia. Bagi orang Kristen negara merupakan alat Allah untuk menahan tindakan kejahatan manusia, karena itu dalam negara yang dipimpin oleh siapapun, seorang Kristen harus berusaha untuk berperan agar tugas negara dalam memenuhi tanggung jawab yang bersumber dari Allah tersebut terpenuhi.

Dalam Perjanjian Baru, Allah tidak lagi membedakan bangsa Israel dan non Israel. Kerajaan Romawi tempat di mana gereja lahir dan bertumbuh adalah pemerintahan non Israel. Pada waktu itu masih ada penghormatan terhadap kebebasan beragama, sebagaimana dilaporkan Alkitab bahwa murid-murid Tuhan Yesus dapat berkumpul dan beribadah kepada Allah. Mereka tetap dapat beribadah sesuai dengan agama mereka.  

Pelanggaran kebebasan beragama terjadi karena Gereja yang lahir dalam agama Yahudi dianggap bidat. Pemerintah yang membutuhkan dukungan komunitas Yahudi yang besar  pada waktu itu berpihak kepada agama Yahudi, sehingga Kristen dianggap bidat. Warga Yahudi yang menjadi Kristen pun mendapat perlakuan yang amat diskriminatif dari pemerintah yang berkuasa. 

Pelanggaran kebebasan beragama terjadi karena negara tidak menjalankan wewenangnya dengan baik, yaitu menciptakan keadilan di antara kelompok-kelompok yang berbeda. 

Pemerintahan yang adalah alat Allah untuk menegakkan keadilan demi terjaganya kesejahteraan ciptaan mengingkari tanggung jawabnya, maka terjadilah pelanggaran HAM. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keadilan Allah bagi kekristenan merupakan dasar yang penting bagi suatu negara untuk dapat menjaga implementasi HAM secara maksimal, karena hukum-hukum Allah adalah adil.

Hukum-hukum yang mengatur kehidupan dalam bernegara harus adil. Apabila negara menegakkan keadilan Allah maka hubungan antar-sesama manusia akan terpelihara dengan baik. Hanya dengan keadilanlah manusia dapat hidup dalam harkat dan martabatnya yang mulia. 

Kekristenan juga percaya bahwa tidak ada seorang pun yang dapat sempurna  berpegang pada keadilan Allah, sehingga tak seorangpun manusia atau lembaga yang dapat menjadikan dirinya sumber/agen keadilan. 

Setiap pribadi/lembaga harus tunduk pada hukum yang berkeadilan, sehingga perjuangan penegakan HAM bagi kekristenan bersamaan dengan perjuangan untuk menegakkan supremasi hukum yang berkeadilan dan bersumber pada Allah.

Perjuangan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Ham yang berkeadilan juga perlu disertai dengan perumusan nilai-nilai Ham universal secara bersama.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2021/03/proteksi-hak-hak-azasi-manusia.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...