Sunday, May 2, 2021

Pelatihan Menulis Karya Ilmiah Akademik Online


 






 TEMPAT BELAJAR MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!

        



 


 Pelatihan Menulis Karya Ilmiah Akademik Online


Pelatihan menulis ilmiah akademik tingkat lanjut dengan tujuan menghasilkan karya ilmiah berupa naskah yang siap diterbitkan pada jurnal online akan digelar pada tanggal 14, 17, dan 21 November 2020 oleh Binsar Hutabarat Institute, setelah sukses menyelenggarakan pelatihan menulis ilmiah akademik tingkat dasar dalam dua angkatan. 

Pelatihan ini juga diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengelola jurnal akademik akan naskah yang siap untuk diterbitkan. Karena itu peserta diwajibkan untuk mempersiapkan naskah yang siap untuk dikirim ke pengelola jurnal akademik.


Beda Pelatihan dasar dan tingkat lanjutan

Pada tingkat dasar pelatihan ditujukan pada riset penulisan untuk karya tulis berupa kajian teori (review teori), Penelitian lapangan (kualitatif dan kuantitatif). 

Pelatihan ini penting karena masih banyak mahasiswa atau dosen yang melakukan penulisan tanpa di dahului riset awal, sehingga ketika penelitian dan penulisan dilakukan, peneliti atau penulis tak mampu menyelesaikan tugasnya pada waktunya. 

Karena itu pelatihan tingkat dasar fokus pada bagaimana peneliti atau penulis mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, dan kemudian memastikan bahwa substansi kajian yang akan diteliti lebih lanjut dan dituangkan dalam bentuk tulisan itu dapat dipastikan dikuasai dengan baik oleh peneliti dan penulis.

Selanjutnya pada pelatihan tingkat lanjut dengan fokus menghasilkan karya ilmiah berupa naskah yang siap diterbitkan pada jurnal online, pelatihan ini fokus pada penulisan naskah jurnal.

Itulah sebabnya, peserta perlu memiliki naskah, atau setidaknya abstrak tulisan yang diturunkan dari ikhtisar tulisan untuk mengikuti pelatihan ini, setidaknya naskah telah dikumpulkan sebelum pelatihan lanjutan sesi ke-2.


Pada pelatihan tingkat lanjutan ini peserta dapat belajar me-review naskah yang telah disiapkan tersebut. Artinya, dalam tingkat lanjutan ini peserta juga diperlengkapi dengan kemampuan untuk melakukan review naskah jurnal sesuai dengan aturan penulisan jurnal terakreditasi.


Kontribusi Peserta per sesi Rp. 50.000,-

Persyaratan Peserta:

1. Membayar kontribusi peserta sebelum pelatihan ke. Rekening. BCA 7400166760, atas Nama Binsar Antoni Hutabarat, Atau melalui Go Pay 0818829934

3. Untuk efektivitas pelatihan, jumlah peserta maksimal 20 orang. Pendafataran ditutup setelah jumlah peserta mencapai 20 peserta atau dua hari sebelum acara.

4. Peserta yang telah mentransfer biaya pendaftaran harap sms ke nomor berikut: Mariana, Hp. 081210641245, 0818829934



Persyaratan Peserta:

1. Membayar kontribusi peserta dua hari sebelum pelatihan ke. Rekening. BCA 7400166760, atas Nama Binsar Antoni Hutabarat.

2. Membaca bahan ajar pelatihan, serta mempersiapkan artikel ilmiah untuk yang berkeinginan naskahnya di muat di jurnal ilmiah akademik atau jurnal pengabdian masyarakat. Pada masa pelatihan peserta mendapatkan fasilitas review artikel untuk dimuat di jurnal secara gratis.

3. Untuk efektivitas pelatihan, jumlah peserta maksimal 20 orang. Pendaftaran ditutup setelah jumlah peserta mencapai 20 peserta atau dua hari sebelum acara.

4. Peserta yang telah mentransfer biaya pendaftaran harap sms ke nomor berikut: Mariana, Hp. 081210641245

https://www.binsarhutabarat.com/2020/09/pelatihan-menulis-karya-ilmiah-akademik.html

Binsar Hutabarat Institute

Sunday, April 18, 2021

Injil Yang lain (Matius 28:11-20)




 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!



Injil Yang lain (Matius 28:11-20)

 

Injil adalah berita tentang penggenapan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa yang dikerjakan oleh Yesus melalui kematian-Nya di Salib. Kematian Yesus di salib bukanlah kekalahan, tetapi kemenangan atas dosa, dan hal itu diproklamasikan dalam kebangkitan Yesus. Jadi berita Injil terkait dengan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus.

 

Proklamasi ketaatan Kristus dalam menggenapi rencana Allah melalui kematian di salib untuk menebus dosa manusia secara bersamaan adalah proklamasi kemenangan Kristus atas dosa dan kegelapan yang dinyatakan dalam kebangkitan. Yesus telah mengalahkan maut yang dinyatakan melalui kebangkitan Yesus.

 

Injil yang lain

Berita Injil yang berpusat pada peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus sejak awal mendapatkan serangan dari mereka yang menantang Injil, mereka memberitakan Injil yang lain.

 

Injil yang lain itu pertama-tama muncul dalam persekongkolan Imam-imam kepala, tua-tua,dan serdadu-serdadu yang menjaga kubur Yesus, berita Injil yang lain itu adalah Yesus tidak dibangkitakan, Yesus tidak sukses mengalahkan maut.

 

Menariknya, pada saat Yesus bangkit dari kematian, dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya , dan kemudian naik ke-Surga, Yesus tidak pernah peduli dengan berita bohong, atau Injil yang lain, sebaliknya Yesus memerintahkan agar murid-murid-Nya pergi untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus.

 

Secara sederhana dapat dikatakan, Injil yang lain tidak lagi menjadi ancaman atau memengaruhi mereka yang menjadi murid Kristus, karena murid Kristus bukanlah mereka yang sekadar mendengar cerita tentang kematian dan kebangkitan Kristus dan menerimanya, tetapi mereka yang mengalami kehadiran Kristus dalam hidupnya setiap saat, “Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada kesudahan zaman.

 

Mejadi Murid Kristus

 

Umat Kristen tidak perlu cemas dengan berita-berita tentang Injil yang lain. Jika orang bertanya pada hari ini kepada kita, dimanakah kuasa kebangkitan Kristus, mengapa pada saat umat Kristen merayakan kematian dan kebangkitan Kristus,banyak orang-orang Kristen mati diterjang banjir, badai yang menerjang daerah timur Indonesia?

 

Pertanyaan itu dapat kita jawab jika kita menjadi murid Kritus, dalam Alkitab juga dijelaskan bagaimana berita Injil itu tersebar keseluruh penjuru dunia dalam stuasi dan kondisi yang sulit. Jadi pada situasi dan kondisi apapun Allah tetap berkuasa.

 

Mengalami Kehadiran Allah

 

Sebagai murid Kristus kita dapat terus mengalami kehadiran Allah dalam hidup dan pemberitaan injil yang kita kerjakan, jika kita percaya:

 

1.  Otoritas atas segala sesuatu berada pada Yesus. “ KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”(Matius 28:18) Tidak ada ruang sekecil apapun dibumi ini yang bukan milik Allah.

 

Seantero dunia ini adalah milik Allah, dan sorga adalah tempat Allah bertakhta. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan murid-murid untuk pergi keseluruh dunia, karena memang dunia itu milik Allah. Mereka yang melarang, menghalangi pemberitaan Injil akan berhadapan dengan Allah.

 

2. Otoritas Allah diberikan kepada Murid-murid.

Semua orang yang percaya kepada Yesus melalui pemberitaan murid-murid Yesus harus bertumbuh menjadi dewasa, menjadi murid Yesus untuk selama-lamanya. Menjadi murid Yesus bukan pada saat tertentu, tetapi seumur hidup. Seorang murid tidak pernah berhenti elajar dari gurunya, Guru agung kita adalah Yesus.

 

3. Seorang Murid adalah seorang yang hidup bersama gurunya. Kehadiran Yesus yang tertulis dalam Matius 28:20, bukan janji yang masih menunggu penggenapan. Tapi, itu adalah janji yang sudaah digenapi.

 

Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan tinggal bersama-sama dengan orang percaya. Jadi kehadiran Yesus melalui kehadiran Roh Kudus adalah fakta, bukan lagi janji.

 

Orang percaya bisa membedakan mana Injil yang benar dan mana Injil yang lain melalui ketekunan dalam belajar firman Tuhan dan senantiasa hidup dikuasai Roh Kudus. Jangan jadikan Alktab sebagai alat pembenaran hidup kita, tetapi taatilah firman Tuhan yang dapat memperbaharui hidup kita untuk menjadi seperti Yesus, hidup dalam kebenaran.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

TOKO ONLINE KU, KLIK DISINI!

https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/injil-yang-lain-matius-2811-20.html

Saturday, April 17, 2021

Belajar Dari Paul Maxwell

 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!


Belajar Dari Paul Maxwell


Perpalingan Paul Maxwell dari kekristenan langsung saja memutarbalikkan sejarah hidupnya. Paul Maxwell yang menjadi idola banyak orang Kristen, berbalik menjadi orang yang disepelekan bahkan dihujat banyak orang Kristen.

 



Paul Maxwell adalah seorang doktor filsafat jebolan sekolah kelas dunia, Trinity Evangelical Divinity School, beliau juga seorang Professor filsafat pada Moody Bible Institute. Paul Maxwell adalah kontributor program “Desiring God” asuhan John Piper, salah satu  kebanggaan teolog-teolog Reformed dunia, juga di Indonesia.

 

Perpalingan Paul Maxwell bukan hanya menjadi berita pada negara dimana dia melayani, tapi juga di Indonesia, bahkan seantero dunia, karena pelayanan Maxwell yang mendunia dan juga perpalingannya dari kekristenan itu dimuat pada media-media kondang seperti Christianity Today.

 

Pertanyaan kemudian, apa yang bisa kita pelajari ketika mendengarkan pengumuman perpalingan Paul Maxwell itu?

 

 Menurut saya kita tidak perlu menuduhnya memiliki kepentingan lain dibalik perpalingannya dari kekristenan, apalagi itu merupakan pilihan bebasnya. Sebaliknya, kita perlu belajar mendengarkan Maxwell setidaknya mereka yang membaca Alkitab dalam perspektif filsafat mesti hati-hati, dan bukan mustahil mengikuti jalan Paul Maxwell.

 

Filsafat dan Teologi

 

Filsafat memiliki domainnya sendiri, demikian juga Teologi memiliki domainnya sendiri, persoalannya adalah ketika  kita mengintegrasikan keduanya, kita berada dalam bahaya menaklukkan yang lain, entah filsafat menaklukkan teologi, atau sebaliknya teologi menaklukkan filsafat.

 

Ada yang mengatakan, filsafat itu budaknya teologi, jadi kita bisa berteologi dengan menggunakan filsafat untuk menggali isi Alkitab lebih mendalam, dan kemudian mensistimatisasikannya. Pertanyaannya kemudian, apa indikatornya bahwa filsafat itu bisa lestari menjadi budak teologi?

 

Mereka yang meneliti Alkitab dengan menggunakan sudut pandang filsafat,menurut penelitian saya gemar mempropagandakan bahwa doktrinnya itu paling rasional, paling benar, bahkan dengan arogan mengatakan, tafsirannya paling mendekati Alkitab, karena paling rasional, di dukung landasan filosofis.

 

Lihat saja para apologet Kristen itu, mereka dengan sombongnya mengatakan pendiriannya paling benar. Jadi doktrin dibangun di atas otonomi manusia, bukan pada otonomi Allah. Pada zaman modern seperti sekarang ini kita jengah mendengarkan para apologet yang merasa paling memahami Alkitab.

 

Teologi Ilmiah

Apa yang saya maksudkan dengan teologi ilmiah? Tentu saja yang saya maksudkan dengan teologi ilmiah adalah segala usaha berteologi dengan menggunakan metode ilmiah. Tapi, teologi ilmiah itu saya tidak masukkan dalam ranah sain semata, karena teologi ilmiah yang saya maksudkan ini adalah bersumber pada Alkitab.

 

Pada waktu kita membaca Alkitab, kita menemukan fakta-fakta(data), Konsep( hubungan antar fakta/data), dan prosedural, misalnya bagaimana tahapan atau prosedur seorang bisa percaya kepada Allah.

 

Pada saat seseorang mengerjakan teologi ilmiah, maka pencarian kebenarannya perlu didasarkan pada data-data dalam Alkitab. Persoalannya kemudian adalah pada waktu kita membangun konsep tentang hubungan fakta-fakta dalam Alkitab itu kita tidak bisa bergantung pada data-data hasil riset Alkitab kita yang terbatas, sehingga untuk merumuskan sebuah konsep Alkitab berdasarkan data-data Alkitab itu kita perlu membandingkannya dengan pengakuan-pengakuan iman sepanjang sejarah, dan juga pada pandangan pakar-pakar Alkitab sepanjang zaman.

 

Berdasarkan apa yang saya jelaskan di atas dapat dipahami, dipahami bahwa doktrin, atau konsep yang kita bangun dari data-data Alkitab itu tidak absolut. Jika kita mengatakan teologi yang sedang kita kerjakan adalah teologi ilmiah, maka kita tidak boleh mengatakan hasil penggalian Alkitab itu absolut, tapi kita mesti sedia membandingkannya dengan pandangan orang lain, dan juga bersedia untuk temuan-temuan itu di uji oleh siapapun.

 

Mereka yang membaca Alkitab dari sudut pandang disiplin Filsafat mesti hati-hati, karena filsafat itu sendiri merupakan metafisika, itulah sebabnya perdebatan filsafat hanya bergenit-genit pada teori. Jika kita membuat penelitian filsafat, pertanyaan penelitiannya itu bersifat metafisika, jadi tidak bisa diuji dengan data-data. Itulah sebabnya menurut saya, mereka yang belajar fiisafat juga perlu belajar penelitian empiris.

 

Kembali kepersoalan teologi ilmiah, apabila seseorang membangun teologi berdasarkan pada sudut pandang filsafat yang metafisik itu, maka bisa jatuh pada otonomi manusia, bukan otonomi Allah. Itulah sebabnya para apologet Kristen yang berlandaskan pada filsafat kerap merasa pandangannya paling rasional, yang lain dianggap tidak rasional, menurut mereka, karena tidak rasional itu pasti salah.

 

Jika kita belajar tentang logika sederhana, kita perlu menyadari bahwa semua premis mayor yang dirumuskan itu reduksi, karena generalisasi adalah reduksi. Karena itu semua turunan dari premis mayor, yaitu premis minor dan silogisme, itu relatif.

 

Menurut saya sudah waktunya kita perlu belajar dari yang lain, perlu menghargai domain ilmu yang berbeda. Usaha interdisiplin, transdisiplin, tidak boleh meminggirkan ilmu yang lain.

 

Belajar dari Maxwell


Sebagai seorang filsuf, dan membangun teologi dari sudut pandang filsafat, tentu saja Paul Maxwell paham, bahwa doktrin yang selama ini dia hasilkan tidak ada yang absolut, dan kalaupun kemudian dia berpaling dari bangunan doktrin itu, menurut saya itu pilihan bebasnya, karena merasa pilihannya yang baru lebih baik.

 

Jika kita berbicara pengalaman iman, tentu saja yang bisa menjelaskan hanya Paul Maxwell, dan dia sudah mengumumkannyatentang alasannya berpaling dari kekristenan, maka kita semua mesti menghargainya, meski tidak berarti kita setuju, karena pengalaman baru Paul Maxwell itu juga tidak absolut.

 

Jika kita mau belajar dari Maxwell, maka berarti mereka yang merasa bisa mengendalikan filsafat dalam berteologi mesti hati-hati. Hal yang lain lagi, mereka yang membangun teologi dengan landasan filsafat mesti meyadari bahwa konsep atau doktrin yang dihasilkannya belum teruji, jadi jangan cepat-cepat mengatakan konsep atau doktrin yang kita hasilkan itu yang paling mendekati kebenaran.

 

Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan doktrin kepastian keselamatan?

 

Keselamatan berada pada tangan Tuhan, kepastian keselamatan hanya mungkin karena karya Allah melalui Roh Kudusnya, dan kepastian keselamatan itu tidak pernah pindah pada tangan manusia. Belajarlah terus mentaati Tuhan, dan bergantung pada Tuhan. Belajar dari Maxwell berarti juga belajar dari yang lain, dan dalam semuanya itu kedaulatan ada pada Allah. Soli Deo Gloria!

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

TOKO ONLINE KU, KLIK DISINI!

https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/belajar-dari-paul-maxwell.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...