Thursday, May 27, 2021

Covid 19 Bukan Tindakan Tuhan




 Sains menemukan bahwa covid-19 merupakan akibat tindakan manusia yang menghancurkan bumi secara global dan menciptakan ketidakseimbangan alam. Virus yang asalnya dari kelelawar itu menyerang manusia secara luas.


Kita mungkin setuju bahwa bahwa pandemi bukan tidakan Tuhan, tetapi sesuatu yang diijinkan Tuhan, oleh karena tindakan manusia yang  menghancurkan bumi secara global. Karena itu, Gereja perlu membuat terobosan-terobosan penting untuk tetap mewujudkan panggilan Gereja di tengah Covid-19.


Pada satu sisi, kita setuju bahwa banyak penderitaan dan kesusahan dialami umat manusia diseantero dunia ini tanpa kecuali. Tapi pada sisi lain gereja juga perlu introspeksi diri untuk mengevaluasi apa yang telah gereja kerjakan, termasuk gereja di Indonesia, dan kemudian berusaha memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan, atau rencana Misi Allah untuk gereja pada masa sulit ini.


Topik yang menjadi pokok bahasan saya adalah Mewujudkan Panggilan gereja di tengah covid-19. Secara khusus saya mencoba mengevaluasi respon gereja di Indonesia dalam menghadapi badai covid-19. Pertama-tama saya akan membahas sekilas tentang kondisi gereja dan pendidikan tinggi teologi di Indonesia, untuk kemudian memberikan jawaban terhadap pertanyaan, bagaimanakah gereja dapat melaksanakan panggilannya di tengah covid-19?  


Gereja dan Pelestarian Doktrin Denominasi


Saat awal merebaknya covid-19 di Indonesia, saya terkesima dengan perang doktrin denominasi yang disuguhkan media-media sosial. Gereja yang dibentengi tembok-tembok gereja yang tinggi itu harus keluar dunia nyamannya dan terlihat gagap bergaul dengan sesama saudaranya sendiri. 


Ibadah online yang awalnya dapat diakses secara bebas pada saat ini makin dibatasi dengan teknologi mutakhir. Itu terjadi karena dunia maya telah menjadi arena pertempuran doktrin gereja yang gagap ketika harus saling berbagi informasi eksklusif denominasi. Banyak hal-hal yang tak masuk akal kita dengar dari pertempuran pada dunia maya itu,  mulai dari kata-kata tak patut yang dilontarkan, sampai pada hardikan kasar yang sepertinya sengaja dilontarkan untuk membungkam sesama saudaranya.


Perpecahan gereja melahirkan banyak denominasi

Denominasi gereja di Indonesia menurut saya terlalu banyak, dan salah satu penyebanya adalah perpecahan gereja. Ironisnya gereja yang terpecah itu bukan karena doktrin utama, atau doktrin dasar, tetapi lebih kepada dukungan terhadap tokoh. 


Alasan perpecahan karena pengaruh tokoh tertentuitu jelas  tidak bisa menjadi alasan pendirian denominasi baru. Apalagi tata ibadah denominasi yang terpecah itu seringkali tak banyak perbedaan. 


Penelitian saya menunjukkan bahwa sikap intoleransi antaragama, demikian juga antar denominasi banyak dipengaruhi oleh sikap intoleran tokoh agama. Berdasarkan temuan itu dapat dipahami bahwa ketika terjadi perjumpaan tokoh-tokoh gereja dalam bentuk ibadah online, sikap intoleransi tokoh agama terlihat jelas. 


Pengamatan saya sementara gereja-gereja di Indonesia lebih berpusat kepada pembangunan kerajaan “denominasi gereja.” Menurt pengamatan saya, yang terjadi di Indonesia bukan pertumbuhan gereja, tetapi perpindahan anggota jemaat. 


Saya kuatir “jangan-jangan” gereja telah menjadikan keunikan denominasi gereja sebagai “produk kebijakan” untuk menarik jemaat lain masuk dalam denominasi gereja tertentu. Ini tentu bukan salah satu usaha untuk mewujudkan panggilan gereja.


Kita kerap mendengar gereja tertentu menawarkan produk “doktrin paling benar,””Hidup paling kudus,”serta “paling disertai Tuhan” dengan “karunia-karunia spektakuler.”Kita tentu perlu bertanya, apakah dalam promosi produk-produk denominasi itu tidak terselip keinginan untuk sekadar memperbesar jumlah anggota jemaat gereja tertentu?


Menurut saya penekanan pada “produk kebijakan,”untuk istilah yang saya berikan, itulah yang kemudian membuat gereja berjuang keras untuk melestarikan dirinya untuk tetap punya keunikan ditengah derasnya arus informasi. 


Strategi itu biasanya diungkus dengan propaganda sebagai  usaha untuk melindungi diri dari serangan keragaman doktrin yang melanda sampai pada ruang-ruang privat kita. Dengan alasan melindungi jemaat dari penyesatan, gereja yang saling bertempur itu telah melupakan alam demokrasi dinegeri ini, apalagi semangat bhineka tunggal ika yang menjadi dasar bersama negeri ini.


Bahaya fundamentalisme, yaitu gereja merasa diri tahu segala sesuatu, merasa memiliki doktrin yang absolud, sehingga melupakan keterbatasannya, dan kemudian mengangkat doktrin denominasi itu menjadi setara dengan Alkitab, mungkin tanpa disadari, dan kemudian ironisnya lagi dengan bernapsu, “napsu ilahi”menurut mereka, denominasi itu berusaha menghabisi siapapun yang berbeda dengan mereka. 


Realitas itu telah menjadi persoalan serius bagi gereja dan juga agama-agama di Indonesia. Ambil contoh Gerakan “pemurnian” bukan hanya dilakukan radikalisme agama-agama, tetapi juga telah menerobos masuk kedalam gereja, apalagi ketika sikap kritis anggota jemaat seakan terkubur oleh penampilan tokoh-tokoh idola mereka. Jemaat, bahkan teolog tak berani menguji pandangan-pandangan tokoh berkharisma itu.


Bagaimana dengan peran Teologi Akademis.


Pengamatan saya, pada umumnya pendidikan tinggi teologi yang didirikan oleh gereja, hanya menjadikan pendidikan tinggi teologi itu sebagai barisan pelestari doktrin gereja. Produk kebijakan gereja dipaksakan diterima pendidikan tinggi teologi. Menolak produk kebijkan itu berarti harus menyingkir, dan masih bersyukur tidak disebut bidat. Itulah sebabnya, Sulit ditemukan kebebasan akademik dalam pendidikan tinggi teologi yang didirikan gereja.


Sayangnya, perguruan tinggi teologi yang didirikan yayasan atas visi seorang tokoh Kristen juga mengikuti jejak yang sama. Adalah tabu untuk mengkaji doktrin tokoh pendiri perguruan tinggi teologi. Perguruan tinggi teologi seperti layaknya program “Vokasi”yang dihadirkan karena kebutuhan tenaga pengerja gereja.


Parahnya lagi, karya-karya akademis yang digelontorkan dosen-dosen teologi bisa dikatakan sangat langka. Mereka yang tamat doktor-doktor teologi menghabisi waktu mereka untuk mengajar, dan seakan lupa tugas panggilan mereka untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran teologi konteks Indonesia melalui penelitian untuk pengabdian masyarakat gereja.


Saya sempat terkesima ketika banyak perguruan tinggi teologi memaksakan tamatannya hanya menghasilkan karya akhir dalam bentuk penelitian kuantitatif, tragisnya lagi mereka tak pernah belajar statistik. Teologi dijadikan sama dengan sains. Sedang pada sisi lain terjadi pendangkalan kajian-kajian teologis. 


Mewujudkan panggilan Gereja di tengah covid-19.

Menurut saya sudah tidak waktunya lagi antar denominasi gereja itu saling bertempur, apalagi hanya demi mempromosikan “produk kebijakan”gereja yang belum tentu sesuai dengan rencana misi Allah untuk denominasi itu, dan juga untuk denominasi gereja lain. Gereja di Indonesia perlu menyadari keterbatasannya, dan perlu saling belajar. Apalagi dalam alam demokrasi saat ini. 


Apabila gereja-gereja dengan bantuan teolog-teolog yang bermarkas pada pendidikan tinggi teologi mampu bekerjasama, maka gereja akan tetap dapat memahami rencana misi Allah untuk gereja saat ini.  


Kita bersyukur ada para teolog bersama para ahli kesehatan yang membuat pedoman bersama bagaimana gereja tetap menjalankan panggilannya di tengah covid-19. mulai dari penyelanggaraan ibadah-ibadah fisik terbatas, penggunaan media digital, gereja digital, penerapan protokol kesehatan sesuai dengan konteks ibadah gereja, dan juga pelayanan-pelayana gereja baik dalam hal pelaksanaan koinonia, diakonia, dan marturia.


Saya setuju dengan usaha “mainstreaming”pendidikan tinggi teologi. Karena pendidikan tinggi teologi di Indonesia, secara khusus Injili kehilangan percaya diri. Luaran perguruan tinggi teologi sekadar untuk memenuhi kebutuhan pengerja gereja, dan perlu taat total pada doktrin gereja. Lebih parah lagi mereka hanya menjadi barisan pengaman doktrin gereja.



Sebagai seorang peneliti, pada Dies Natalis STT Providensia ini saya mengusulkan agar pendidikan tinggi teologi mengembangkan pemikiran-pemikiran teologi mutakhir, dan juga penerapan doktrin teologis yang kontekstual, seperti saat covid-19 ini. Berarti, Pendidikan tinggi teologi bukan hanya mengembangkan studi multi disiplin dan interdisiplin, mencari integrasi antar disiplin yang berbeda untuk menjawab persoalan yang ada, seperti ketika akan membuat panduan pelayanan ditengah covid-19.


Pendidikan tinggi teologi juga perlu mengembangkan pendekatan “transdisiplin”untuk menghasilkan temuan-temuan baru. STT Providensi jangan menjadi benteng pelestari doktrin tokoh tertentu, tapi berusaha maju untuk menemukan penarapan-penerapan baru, jika mungkin pengembangan doktrin gereja, dalam mewujudkan panggilan gereja ditengah covid-19.   


Soli Deo Gloria


Dr. Binsar Antoni Hutabarat


Dr. Binsar Antoni Hutabarat lahir di Jakarta, 19 November 1963. Menyelesaikan pendidikan SMA di Jakarta, kemudian melanjutkan di   Akademi Pimpinan Perusahaan Departemen perindustrian RI tahun 1983-1986. Terpanggil menjadi Hamba Tuhan, menyelesaikan pendidikan Sarjana Teologi di I-3 Batu, Jawa Timur. Menyelesaikan Magister Christian Studies di Institut Reformed Jakarta. Mendapatkan gelar Magister Teologi (M.Th.) di STT Reformed Injili Internasional. Meraih gelar doktor pada Universitas Negeri Jakarta prodi Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP). Saat ini menjabat sebagai Pendiri dan direktur Binsar Hutabarat Institute. Asesor Kepangkatan dosen pada Dirjen Bimas Kristen, Kementerian Agama RI. Ketua bidang penelitian Perkumpulan Dosen dan Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia(PDPTKI), Ketua umum regional 3 Jakarta-Banten PDPTKI. Ketua asosiasi jurnal perguruan tinggi keagamaan Kristen Indonesia. Ketua Litbang STT Lintas Budaya Jakarta. Ketua Tim Akeditasi STT Siarnauli, Sibolga, Sumatera Utara. Ketua Pendiri Institute Harsen Nias. Reviewer Buku Guru dan Buku PAK dan Budi Pekerti Siswa SMA Kelas X. Reviewer tujuh (7) Jurnal ilmiah.  






https://www.binsarhutabarat.com/2021/02/covid-19-bukan-tindakan-tuhan.html


Monday, May 24, 2021

Situs Keagamaan Kristen









 

Situs keagamaan Kristen adalah lokasi, tempat, kedudukan temuan benda-benda purbakala yang memiliki nilai penting bagi keagamaan Kristen, atau yang menyimpan informasi kegiatan nilai-nilai keagamaan Kristen.


Situs dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan:

Daerah temuan benda-benda purbakala. Situs artinya lokasi, posisi, letak, kedudukan, tempat temuan benda-benda purbakala.

 

Keagamaan artinya yang berhubungan dengan agama (KBBI). Keagamaan adalah sifat yang terdapat dalam agama yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan.

 


Situs keagamaan Kristen adalah lokasi, tempat, kedudukan temuan benda-benda purbakala yang memiliki nilai penting bagi keagamaan Kristen, atau yang menyimpan informasi kegiatan nilai-nilai keagamaan Kristen

 

SITUS KEAGAMAAN KRISTEN DALAM UU TENTANG CAGAR BUDAYA
 

Pengertian cagar budaya.

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

SITUS KEAGAMAAN KRISTEN ADALAH LOKASI DI DARAT DAN/ATAU DI LAUT YANG MENYIMPAN INFORMASI KEGIATAN MANUSIA PADA MASA LALU YANG BERISI NILAI-NILAI KEAGAMAAN KRISTEN

 

Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau
bukti kejadian pada masa lalu.

 

Pasal 9 UU Cagar Budaya mengatakan, Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila:
a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan
b. menyimpan informasi kegiatan pada masa lalu.

 

Maka yang dimaksud dengan Situs keagamaan Kristen adalah, Lokasi yang menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu yang terkait dengan nilai-nilai keagamaan Kristen. Jadi konten situs keagamaan Kristen berisi nilai-nilai penting dalam kekristenan.

Berdasarkan pemaparan di atas menurut saya,

 

PENETAPAN SITUS KEAGAMAAN KRISTEN DIPERLUKAN UNTUK MENAMBAH KECINTAAN MASYARAKAT KRISTEN INDONESIA DALAM MEMBERIKAN KONTRIBUSI POSITIPNYA BAGI PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA.

 

SITUS –SITUS KEAGAMAAN KRISTEN YANG MELAMBANGKAN PERSATUAN, KESATUAN, TOLERANSI YANG JUGA MENJADI KONSENSUS BERSAMA BANGSA INDONESIA YAKNI PANCASILA, UUD 45, BHINEKA TUNGGAL IKA, SERTA NKRI PERLU DI SOSIALISASIKAN KEPADA SEGENAP RAKYAT INDONESIA.

 

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/08/situs-keagamaan-kristen.html

Sunday, May 23, 2021

Selamat hari Pentakosta!

 




Selamat hari Pentakosta!

 

 

Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”( Yohanes 14:15-17)

 

Janji Yesus memberikan Penolong yang lain, Roh Kudus kepada murid-murid-Nya untuk dapat menjalankan Misi Allah, yaitu menjadikan semua bangsa murid Yesus telah digenapi pada peristiwa Pentakosta.

 

Janji tentang penyertaan Roh Kudus itu bukan hanya berlaku untuk para rasul dan murid-murid yang percaya terhadap pemberitaan para rasul, tetapi juga untuk semua orang percaya masa kini.

 

Selamat mengalami Kuasa Allah.

Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus telah diberikan kepada murid-murid dengan cara yang luar biasa, dan dengan tanda-tanda yang luar biasa. Tetapi, tetap saja orang yang tidak menerima Roh Kudus, karena tidak dapat melihat dan mengenal Roh Kudus, tidak akan memercayai janji Yesus Kristus yang telah digenapi itu.

 

Umat Kristen tidak perlu mengharapkan tanda-tanda kehadiran Roh Kudus yang sama seperti pada  peristiwa Pentakosta, Kehadiran Roh Kudus itu nyata dalam kehidupan mereka yang hidup mentaati Allah. Tanpa pertolongan Roh Kudus tidak ada orang yang dapat hidup mentaati firman Allah.

Umat Kristen juga tidak perlu mengatur Roh Kudus untuk menunjukkan mujiza-mujizat melalui dirinya agar banyak orang yang melihat mujizat-mujizat itu menjadi percaya.

 

Roh Kudus yang adalah Allah itu bersama-sama dengan firman Allah akan menginsyafkan manusia akan dosa dan hidup menerima korban Kristus di kayu salib untuk  hidup sebagai warga kerajaan Allah dengan cara Allah sendiri. Bahkan sering kali dengan cara-cara yang tidak kita pahami.Selamat mengalami kuasa Allah!

 

 

Selamat Menjalankan Misi Allah.

Roh Kudus yang dijanjikan Yesus diberikan untuk menolong orang percaya menaati perintah Allah, yaitu untuk melaksanakan Misi Allah.

 

Yesus kristus telah menggenapi rencana Allah dengan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Sedangkan mereka yang percaya kepada Yesus, mendapatkan tugas dari Yesus  untuk memberitakan berita sukacita tentang penggenapan janji Allah melalui kematian Kristus di Salib.

 

Mereka yang menjalankan Misi Allah akan tahu bahwa Roh Kudus yang memungkinkan manusia dapat hidup memuliakan Allah, menghasilkan buah-buah Roh, hidup meneladani Yesus dalam ketaatan pada firman Allah, untuk menjadi teladan, dan menjadikan semua bangsa murid Yesus.

 

Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui orang percaya sejak peristiwa Pentakosta. Maka seperti murid-murid Yesus pada peristiwa Pentakosta, Roh Kudus tetap bekerja hingga saat ini, yaitu melalui dan dalam hidup orang yang percaya kepada Yesus.

 

Karunia-karunia Roh kudus yang diberikan kepada orang percaya bukan milik orang percaya, tetapi itu adalah tanda bahwa Roh Kudus diam dalam kehidupan orang percaya dan bekerja melalui orang percaya.

 

Karya Roh Kudus  yang memungkinkan murid-murid Yesus bekerja sekuat-kuatnya untuk memberitakan kabar sukacita, injil tentang pengampunan dosa yang dikerjakan oleh Yesus.

 

Didalam pertolongan Roh Kudus, didalam Allah, didalam Firman orang percaya melihat kehadiran Allah Tritunggal yang setia menyertai murid-murid yang melaksanakan Misi Allah untuk membawa berita injil. Selamat hari Pentakosta!

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2021/05/selamat-hari-pentakosta.html


Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...