Aksi Posko Solidaritas Vaksin PSI Jakarta, Partai yang tersohor dinakhodai ana-anak muda ini boleh dikatakan memikat. Lihat saja aksi kreatif dan inovatif yang direspon masyarakat yang memenuhi Posko Solidaritas Vaksin PSI Jakarta, Minggu 4 Juli 2021, bertempat di Kantor Sekretariat DPW PSI, Jalan Wahid Hasyim No. 8A , Menteng, Jakarta.
Cara jitu menurunkan pandemi Covid-19 sebenarnya bukan lagi rahasia umum, keberhasilan India menurunkan angka positif covid-19 yang sempat menghebohkan dunia dengan jumlah kematian yang terbilang terbesar di dunia, bisa jadi contoh terbaru, yaitu dengan meningkatkan test covid dan menyelenggarakan Vaksinasi massal.
Dengan strategi itu India berhasil menurunkan penyebaran covid-19, delapan kali lebih rendah dari kondisi sebelumnya.
Pemerintah bertekat bahwa pada Agustus ini 70 persen masyarakat yang bermukim di Jawa dan Bali telah menerima Vaksinasi, setidaknya vaksinasi pertama.
Berita tentang banyaknya masyarakat yang menantikan untuk di Vaksin dan tak kunjung mendapatkan berita kapan eksekusi vaksinasi dilaksanakan bukan berita langka.
Seluruh elemen masyarakat di negeri ini perlu mendukung usaha pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid-19, apalagi dengan kehadiran varian" delta" yang bisa hadir tanpa gejala pada penderita covid varian alpa dan beta.
Partai politik yang dipilih oleh masyarakat, perlu mengambil contoh gerakan Partai Solidaritas Indonesia yang mengusahakan Vaksinasi bagi masyarakat.
Sudah waktunya semua rakyat di negeri ini berjuang bersama menyelamatkan negeri ini dari serbuan varian "delta" atau varian lainnya yang lebih ganas.
Rumah-rumah sakit banyak yang dipenuhi pasien hingga kapasitas 100 persen, belum lagi kesulitan mendapatkan oksigen telah mengakibatkan beberapa pasien tak tertolong.
Miris sekali ketika melewati jalan Saharjo pada minggu 5/7 saya melihat antrian mereka yang membeli oksigen tumpah ruah dijalan raya, dan sempat mengganggu lalu lintas, itu bukan dongeng, tapi itu adalah fakta.
Kita tidak bisa sekadar berwacana, tapi kita harus melakukan tindakan nyata, yakni mendukung program vaksinasi, dan menyediakan pelayanan vaksinasi yang mudah dan dapat dijangkau oleh semua orang Indonesia.
Demikian juga vaksinasi yang perlu dilakukan pada anak-anak usia 12-18 tahun, tentu saja perlu melibatkan pihak sekolah.
Menyelenggarakan pembelajaran tatap muka tanpa vaksinasi terhadap siswa bisa jadi sebuah ketelodoran yang akan berdampak negatif, karena itu pihak sekolah perlu proaktif untuk menjamin berlangsungnya pembelajaran tatap muka jika memang sudah bisa dilaksanakan.
Mari Vaksin dan tetap jaga 5 M untuk Indonesia Jaya.
Tiga puluhan tahun lebih Pancasila dibekukan, meminjam istilah Syafei Maarif, Pancasila sekadar dijadikan Etalase politik.
Menafsirkan Pancasila
Pancasila adalah nilai-nilai yang diam dalam sanubarinya rakyat Indonesia. Jadi, tepatlah ketika Presiden Soekarno mengatakan, beliau hanya menggali nilai-nilai Pancasila. Pancasila bukan produk pemikiran Soekarno semata, tapi seluruh rakyat Indonesia.
Karena nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila itu diam dengan rukun dalam sanubarinya rakyat Indonesia, maka menafsirkan sila-sila Pancasila sederhananya tidak boleh menegasikan nilai-nilai yang ada pada sila-sila yang lain.
Sila ketuhanan yang maha esa menyatakan bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang ber-Tuhan, Tuhan yang dikenal dalam agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan dalam agama-agama suku. Itu berarti, Pancasila tidak boleh menggusur agama atau kepercayaan apapun yang ada di indonesia.
Pancasila sejatinya memersatukan semua agama-agama yang ada di Indonesia, yang diwujudkan dalam kesepakatan bahwa semua manusia Indonesia adalah manusia yang bermartabat.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang mulia, dan wajib hidup saling menghargai. Itulah yang dituangkan dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Manusia Indonesia yang ber-ketuhanan yang maha esa itu juga mengakui bahwa manusia itu terbatas, manusia itu memiliki keunikan masing-masing.
Manusia yang beradab itu wajib hidup dalam persatuan untuk membangun hidup bersama yang baik. Itulah yang dituangkan dalam sila ketiga, Persatuan Indonesia.
Manusia Indonesia yang ber-ketuhanan yang maha esa itu bukan hanya mengakui bahwa manusia itu manusia yang beradab, perlu hidup dalam persatuan.
Dalam membangun hidup bersama demi kebahagiaan bersama, manusia Indonesia yang beradab itu juga mengakui keberadaan manusia Indonesia yang tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan memungkinkan adanya perbedaan dan konflik. Tetapi itu semua dapat diselesaikan dengan menjunjung persatuan untuk kepentingan bersama.
Perbedaan pendapat, konflik dalam kehidupan bangsa indonesia itu harus diselesaikan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Itulah yang dituangkan dalam sila ke empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyahwaratan perwakilan.
Sila pertama. Kedua, ketiga dan keempat jelas telah menyatukan tekad rakyat Indonesia untuk merdeka dengan cita-cita kemerdekaan untuk menghadirkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Itulah yang dituangkan dalam sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila melawan korupsi
Korupsi adalah musuh masyarakat Pancasila. Korupsi melemahkan pemerintah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia.
Korupsi dana bencana makin menyengsarakan masyarakat Indonesia yang berada dalam kesusahan akibat bencana yang banyak melanda masyarakat Indonesia.
Salah satu lembaga yang menjadi harapan rakyat Indonesia untuk memberantas korupsi adalah KPK. Tapi, sayangnya orang-orang yang berprestasi di KPK digusur justru dengan alasan tidak lolos test wawasan kebangsaan.
Kontroversi TWK yang belum selesai itu kemudian membuat banyak orang bergetar, apa yang terjadi dengan Pancasila, mengapa tanggal 1 Juni yang merupakan hari lahirnya Pancasila itu dijadikan hari proklamasi penggusuran mereka yang berprestasi di KPK dengan alasan tidak lolos TWK.
Mungkin benar apa yang dikatakan Syafei Maarif, Pancasila hanya dijadikan etalase politik, bahkan dijadikan alat untuk melatenkan kekuasaan mereka yang berkuasa, termasuk melatenkan koruptor.
Bagaimana dengan masa depan bangsa ini jika Pancasila terus sekadar dijadikan etalase politik, apalagi jadi instrumen memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa?