Thursday, July 29, 2021

Mengasihi Tuhan Lebih Dari Segalanya

 


\




Mengasihi Tuhan Lebih Dari Segalanya


Tiap orang percaya mesti membuat keputusan satu kali dan untuk mengasihi Kristus sepenuhnya, dan , memikul salib dan mengikut Kristus.Matius 10:37 , Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku , ia tidak layak bagi-Ku; dan barang siapa mengasihi anaknya laki-laki atau anaknya perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.


Kasih dalam Matius 10:37 adalah motivasi bagi salib dalam Matius 10:38, Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. Membawa salib bukan berarti menempel sticker di motor, mobil atau rumah. Itu berarti mengakui Kristus dan mentaati Kristus meskipun menderita dan malu. Itu berarti mati bagi diri kita tiap-tiap hari. Jika Tuhann pergi ke salib untuk kita, dan setidaknya kita dapat mengerjakan salib itu untuk Kristus. Menerima penderitaan untuk kemuliaan Kristus.


 


Matius 10:39 menegaskan bahwa, saat ini kita memiliki dua alternatif, menyayangkan hidup kita, atau mempersembahkan hidup kita. Tidak ada titik tengah.


Jika kita melindungi keinginan kita (cinta diri), kita akan kehilangan nyawa kita. Kita tidak memiliki keselamatan. Jika kita mati untuk diri, dan hidup untuk menyenangkan Kristus, kita akan menjadi pemenang.


 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/mengasihi-tuhan-lebih-dari-segalanya.html

Allah Yang Patut Dimuliakan




Allah Yang Patut Dimuliakan Karena Allah adalah Pusat Kehidupan


 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah penuh hikmat, tetapi mereka menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak  fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.Roma 1:21-23)


Kemerosotan Moral

Kemerosotan moral manusia terus terjadi ketika manusia merasa tidak perlu mengenal Allah Yang Benar. 

Manusia menurunkan Allah pencipta dan menduduki posisi Allah, lebih parah lagi kemudian manusia mendudukkan ciptaan Allah lainnya pada posisi Allah.

 

Manusia kehilangan nilai-nilai moral agung yang hanya ada pada diri Allah dengan cara menyangkali keberadaan Allah Yang Benar. Manusia melawan Allah yang benar secara bersamaan mendirikan kebenarannya sendiri.

 Adakah Kebenaran Manusia?

Memang ada kebenaran yang keluar dari manusia, tapi itu bukan produksi manusia, kebenaran itu hadir tanpa disadari manusia, kebenaran itu adalah wujud kasih Allah yang benar dan panjang sabar yang tak pernah meninggalkan ciptaan-Nya.

 

Kebenaran yang dilakukan manusia itu sesungguhnya terkait penciptaan manusia oleh Allah yang benar. 

Namun, secara keseluruhan segala sesuatu yang dilakukan manusia yang tidak menyembah Allah Yang Benar sama saja sebagai perlawanan kepada Allah Yang Benar.

 

Manusia terus menerus mengalami devolusi, manusia makin tidak bermoral, makin jahat. Jika manusia tidak berbalik pada Allah Yang Benar, dan menjadikan kebenaran Allah itu dasar moral kehidupan manusia maka manusia tetap berada dalam belenggu dosa.

 

Hidup bersama antarmanusia yang menolak kebenaran itu penuh koflik yang tak berkesudahan. Itulah yang disaksikan sejarah kehidupan manusia berdosa.

 

Pengabaian Kebenaran

Pengabaian kebenaran bukanlah hal sederhana, karena pengabaian kebenaran sama saja memproklamasikan perlawanan kepada Allah. 

Kita perlu memikirkan, bagaimana mungkin manusia yang terbatas itu bisa menemukan kebenaran tentang Allah dengan melarikan diri dari Allah Yang benar?

 

Manusia yang terbatas dengan kemampuan rasio yang terbatas tak mungkin mencapai Allah Yang Benar dan Absolut. Manusia yang terbatas tak dapat menghindari kemerosotan moral dengan cara mendirikan kebenaran manusia.

 

Pengabaian kebenaran ternyata membawa manusia pada kebodohan. Manusia menempatkan diri pada posisi Allah, berarti manusia memproklamasikan diri sebagai maha tahu, maha hadir, tahu segala informasi, maha kuasa, bertindak semaunya sendiri, dan mampu mencukupkan dirinya sendiri, itu adalah kebodohan yang lahir dari pengabaian kebenaran.

 

Kemudian ketika manusia memproklamasikan binatang-binatang dan benda-benda ciptaan manusia menempati posisi Allah, usaha itu sama saja menurunkan nilai manusia sebagai ciptaan Allah yang mulia. Moralitas manusai terus merosot tanpa mengakui keberadaan Allah Yang Benar.

 

Allah Pusat Kehidupan

Allah yang benar, tak terbatas dan sempurna itu adalah pusat kehidupan dan kebenaran. Melarikan diri dari Allah pencipta yang benar hanya akan menghasilkan kemerosotan demi kemerosotan dalam kehidupan manusia.

 

Manusia yang menjauh dari Allah akan terus menerus mengalami devolusi. Pada sisi lain, evolusi adalah penyangkalan terhadap manusia yang terus mengalami devolusi. Itulah sebabnya evolusi Darwin kerap disebut "agama baru,"bukan sains.

 

Menyangkali Allah Yang Benar, apalagi dengan mendasari pada keyakinan evolusi, sama saja dengan menyombongkan keterbatasan dan kebodohan manusia.

 

Evolusi tak pernah terjadi dalam kehidupan manusia, karena pada realitasnya manusia yang menjauh dari Allah akan terus bertambah jahat. Menindas kebenaran dengan kelaliman.

 

Berbalik pada Allah yang benar adalah jalan satu-satunya untuk menekan kemerosotan moral manusia.

Tuhan dimuliakan.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

 https://www.binsarhutabarat.com/2021/07/allah-yang-patut-dimuliakan.html

 

 

 

 

 


Monday, July 12, 2021

Hidup Memuliakan Allah

 



  

Hidup Memuliakan Allah

 

“ Adalah seorang keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh dipinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh ditanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian lagi jatuh ditanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah sijahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan….Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batau ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan ditengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia itu dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Matius 13: 3-8; 13:19-23)

 

Manusia yang diciptakan Allah baik adanya telah meninggalkan Allah, dan kemudian mendirikan kebenarannya sendiri. Tapi, Allah yang setia itu tak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya dan terus menjangkau manusia untuk berbalik kepada Allah, hidup memuliakan Allah.

 

 

Manusia mengalami devolusi

Manusia menuruti bujukan iblis untuk menjadi seperti Allah dan melarikan diri dari kebergantungan dengan Allah.

Manusia yang meninggikan dirinya pada posisi Allah secara bersamaan juga merendahkan dirinya, manusia mengalami devolusi di luar Allah.

 

Lebih parah lagi manusia menjadikan  alam, dan ciptaan lain yang diciptakan untuk manusia sebagai pusat penyembahan. Manusia merendahkan dirinya sendiri dengan memosisikan dirinya menjadi sama  dengan binatang, dan ciptaan lainnya, bahkan lebih rendah dari ciptaan lainnya.

 

Allah yang maha kasih tidak pernah meninggalkan ciptaan-Nya. Allah menyapa Adam dan Hawa di taman Eden, dan memberikan pakaian dari kulit binatang, itu adalah sebuah simbol bahwa Allah akan mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa manusia, dan itu digenapi pada pengorbanan Yesus di kayu salib.

 

Pengorbanan  Yesus di salib cukup untuk semua manusia

Berita Injil tentang pengorbanan Yesus di kayu salib itu diberitakan ke seluruh dunia, sayangnya dari empat jenis orang yang menerima berita injil, hanya satu kelompok orang yang memiliki tanah yang subur.

 

Cerita tentang penabur yang menaburkan benih yang jatuh pada empat tempat sesungguhnya menggambarkan respon penerima berita Injil.

 

Injil memang akan diberitakan ke seluruh dunia, tetapi hanya sedikit orang yang dipilih Tuhan, yakni mereka yang hidup mentaati kebenaran firman Tuhan.

 

Hidup memuliakan Allah

Pada masa sulit ini kita patut merendahkan hati, datang ke tahta Allah yang maha kasih, agar anugerahNya dicurahkan pada kita untuk hidup berbuah, hidup memuliakan Tuhan. Kehidupan yang sulit bagaimanapun juga bukan alasan untuk tidak hidup mentaati Tuhan.

 

Allah yang besar akan memampukan kita melewati persoalan-persoalan besar, karena Allah yang besar itu lebih besar dari segala persoalan kita. Tuhan dimuliakan.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2021/07/hidup-memuliakan-allah.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...