Allah Yang Patut Dimuliakan Karena Allah adalah Pusat Kehidupan
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah penuh hikmat, tetapi mereka menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.Roma 1:21-23)
Kemerosotan Moral
Kemerosotan moral manusia terus terjadi ketika manusia merasa tidak perlu mengenal Allah Yang Benar.
Manusia menurunkan Allah pencipta dan menduduki posisi Allah, lebih parah lagi kemudian manusia mendudukkan ciptaan Allah lainnya pada posisi Allah.
Manusia kehilangan nilai-nilai moral agung yang hanya ada pada diri Allah dengan cara menyangkali keberadaan Allah Yang Benar. Manusia melawan Allah yang benar secara bersamaan mendirikan kebenarannya sendiri.
Adakah Kebenaran Manusia?
Memang ada kebenaran yang keluar dari manusia, tapi itu bukan produksi manusia, kebenaran itu hadir tanpa disadari manusia, kebenaran itu adalah wujud kasih Allah yang benar dan panjang sabar yang tak pernah meninggalkan ciptaan-Nya.
Kebenaran yang dilakukan manusia itu sesungguhnya terkait penciptaan manusia oleh Allah yang benar.
Namun, secara keseluruhan segala sesuatu yang dilakukan manusia yang tidak menyembah Allah Yang Benar sama saja sebagai perlawanan kepada Allah Yang Benar.
Manusia terus menerus mengalami devolusi, manusia makin tidak bermoral, makin jahat. Jika manusia tidak berbalik pada Allah Yang Benar, dan menjadikan kebenaran Allah itu dasar moral kehidupan manusia maka manusia tetap berada dalam belenggu dosa.
Hidup bersama antarmanusia yang menolak kebenaran itu penuh koflik yang tak berkesudahan. Itulah yang disaksikan sejarah kehidupan manusia berdosa.
Pengabaian Kebenaran
Pengabaian kebenaran bukanlah hal sederhana, karena pengabaian kebenaran sama saja memproklamasikan perlawanan kepada Allah.
Kita perlu memikirkan, bagaimana mungkin manusia yang terbatas itu bisa menemukan kebenaran tentang Allah dengan melarikan diri dari Allah Yang benar?
Manusia yang terbatas dengan kemampuan rasio yang terbatas tak mungkin mencapai Allah Yang Benar dan Absolut. Manusia yang terbatas tak dapat menghindari kemerosotan moral dengan cara mendirikan kebenaran manusia.
Pengabaian kebenaran ternyata membawa manusia pada kebodohan. Manusia menempatkan diri pada posisi Allah, berarti manusia memproklamasikan diri sebagai maha tahu, maha hadir, tahu segala informasi, maha kuasa, bertindak semaunya sendiri, dan mampu mencukupkan dirinya sendiri, itu adalah kebodohan yang lahir dari pengabaian kebenaran.
Kemudian ketika manusia memproklamasikan binatang-binatang dan benda-benda ciptaan manusia menempati posisi Allah, usaha itu sama saja menurunkan nilai manusia sebagai ciptaan Allah yang mulia. Moralitas manusai terus merosot tanpa mengakui keberadaan Allah Yang Benar.
Allah Pusat Kehidupan
Allah yang benar, tak terbatas dan sempurna itu adalah pusat kehidupan dan kebenaran. Melarikan diri dari Allah pencipta yang benar hanya akan menghasilkan kemerosotan demi kemerosotan dalam kehidupan manusia.
Manusia yang menjauh dari Allah akan terus menerus mengalami devolusi. Pada sisi lain, evolusi adalah penyangkalan terhadap manusia yang terus mengalami devolusi. Itulah sebabnya evolusi Darwin kerap disebut "agama baru,"bukan sains.
Menyangkali Allah Yang Benar, apalagi dengan mendasari pada keyakinan evolusi, sama saja dengan menyombongkan keterbatasan dan kebodohan manusia.
Evolusi tak pernah terjadi dalam kehidupan manusia, karena pada realitasnya manusia yang menjauh dari Allah akan terus bertambah jahat. Menindas kebenaran dengan kelaliman.
Berbalik pada Allah yang benar adalah jalan satu-satunya untuk menekan kemerosotan moral manusia.
Tuhan dimuliakan.
Dr. Binsar Antoni Hutabarat
https://www.binsarhutabarat.com/2021/07/allah-yang-patut-dimuliakan.html