Minggu 6 Februari 2022 merupakan hari kedua kami melakukan isolasi mandiri setelah mendapatkan hasil Test PCR. Sejak tanggal 3 Februari pada prinsipnya kami sudah membatasi diri, dalam arti mengenakan masker dalam rumah setelah anak pertama kami terindikasi positif covid. Keputusan isolasi mandiri di rumah baru kami putuskan setelah semua kami mendapatkan hasil PCR positif.
Pada hari pertama menerima hasil test PCR saya telah menjelaskan kronologis bagaimana kami mengetahui dan berusaha waspada memerhatikan gejala dan melakukan test PCR. Pada hari itu saya masih harus memimpin rapat yang tidak bisa ditunda karena beberap hal tertentu.
https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/covid-19-masih-ada-tetap-jaga-protokol.html
Pada hari kedua umumnya
kami mengalami kemajuan, mungkin karena kami telah melewati waktu tiga hari sejak test
PCR, dan istri saya telah melewati seminggu lamanya sejak munculnya gejala,
yang awalnya diduga sebagai keracunan makanan karena diare dan panas tinggi
yang dialami. Kami menduga sejak hari itu tanggal 31 januari 2022, istri saya
sudah mengalami gejalan covid-19, dan baru terdeteksi setelah test PCR.
Minggu jam 7 Pagi, 6
Februari saya masih memimpin ibadah online, dalam arti membuka ibadah dengan
Votum dan salam, serta memberikan doa berkat untuk jemaat. Dukungan doa dari
jemaat menguatkan saya dan keluarga untuk tetap bersandar pada Tuhan agar dalam
kondisi sakit Tuhan tetap dimuliakan.
Syukurlah kondisi Kesehatan
kami pada hari ini lebih baik dari hari sebelumnya, meski kami tetap perlu
menjaga diri untuk istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi, dan tentunya
tetap bersyukur kepada Tuhan untuk segala sesuatu yang Tuhan ijinkan.
Dari segi obat-obatan,
herbal, vitamin, bahkan saran minum susu beruang semua kami ikuti, apalagi
semua itu tersedia atas inisitif dari berbagai pihak, keluarga, teman dan
handai tolan. Istri saya mengungkapkan, sedikit bergurau, ketika ada keluarga
yang menawarkan obat-obatan lagi, “Saya bingung mau minum yang mana, vitamin
dan obat-obatan berbagai jenis dikirimkan ke kami!” Artinya istri saya
menyarankan jangan mengirimkan obat-obatan lagi, karena obat-obat, vitamin, herbal,
juga susu beruang sudah tersedia dengan cukup.
Menjelang jam 12
tiba-tiba ada teriakan kecil di luar gerbang pagar rumah kami, bahwa ada
seseorang yang menaruh makanan dengan menggantungkan makanan tersebut di pagar
gerbang rumah kami. Istri saya mengambilnya dan Ketika kami membukanya, ada
semur daging yang aromanya menimbulkan nafsu makan, urap sayur, dan bihun
goreng. Rupanya kiriman dari RT dari Perumahan Duta Indah (RT 009/RW 015). Kami
pun menyantapnya dengan lahap, dan tidak perlu lagi memesan makanan via online
pada siang ini.
Anak saya yang kecil
berceloteh, enak juga dikirimi makanan, bisa minta usul jenis makanan tidak Pa?
Anak saya ini memang cepat merespon, dan saya katakan, “Bayangkan saja betapa
repotnya jika semua yang isolasi mandiri meminta jenis makanan yang
berbeda-beda, bisa repot mereka membantu kita” Bersyukurlah ada hubungan baik
dengan sesama warga, hargailah semua orang, dan berperanlah dalam pembangunan
masyarakat, bangsa dan negara, aku mengambil kesempatan untuk menamkan
nilai-nilai persatuan dan keragama, serta semangat gotong royong.
Ada banyak telepon
yang menawarkan bantuan, secara khusus dalam mencukupi kebutuhan pangan pada saat
isolasi mandiri. Pemeliharaan Tuhan terus berlangsung dalam hidup keluarga
kami. Kami terus berusaha untuk mengalahkan covid-19 dalam anugerah Tuhan, dan
berdoa untuk mereka yang mengalami hal yang sama dengan kami tetap kuat dan
bergantung dengan Tuhan.