Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan
Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan jangan diperdebatkan, karena keduanya memiliki landasan yang berbeda. Usaha mengintegrasikan keduanya untuk saling menguatkan menjadi tanggung jawab bersama ilmuwan dan agamawan.
Sebagai masyarakat komunal, masyarakat Indonesia terbiasa tidak memaksakan pendapatnya, sebaliknya musyawarah mufakat menjadi ciri khasnya. Demikian juga terkait perbedaan iman dan ilmu pengetahuan. Secara khusus umat Kristen tidak perlu mempertentangkan iman dengan ilmu pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan
Masyarakat Indonesia mengakui pentingnya sains, ilmu pengetahuan yang memiliki kepastian dan pembuktian. Tapi, Sains tidak perlu dipertentangkan dengan agama yang mendasarinya pada keyakinan, bukan pembuktian.
Agama-agama di negeri ini mengakui adanya persesuaian iman dengan ilmu pengetahuan.
Kristen mengakui bahwa teologi (iman yang mencari pengetahuan) tidak bertentangan dengan sains. Meski riset teologi yang berdasarkan penyataan Allah (Alkitab) itu berbeda dengan riset empiris yang memerlukan pembuktian, atau pembuktian dari data empiris.
Kita perlu memahami perbedaan antara pendapat, pengetahuan dan sebelum membahas perbedaan iman Kristen dan ilmu pengetahuan.
Pendapat dan Pengetahuan
Pendapat adalah pengetahuan yang tidak pasti dan belum memiliki pembuktian. Pendapat itu diutarakan sebelum seseorang melakukan penelitian mendalam, secara khusus dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan.
Jika kita ingin menulis opini atau pendapat, tentu saja kita akan melakukan riset sederhana untuk mengetahui dan memahami sebuah kejadian atau peristiwa. Data-data tentang kejadian itu kita kumpulkan sehingga kita memahami apa, mengapa dan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi melalui emampuan berpikir logis.
Setelah itu, berdasarkan sudut pandang yang kita ingin sampaikan, dan didukung dengan bidang keahlian kita, maka kita memberikan pendapat atas kejadian atau peristiwa itu berdasarkan temuan data-data yang terbatas..
Riset pendapat atau opini yang kita lakukan bukanlah sebuah riset untuk membuktikan suatu kebenaran seperti ketika kita melakukan Penelitian empiris.
Riset sederhana yang dilakukan untuk membuat sebuah pendapat itu hanya sampai pada perumusan sebuah hipotesis yang masih perlu dilakukan Penelitian lebih lanjut.
Itulah sebabnya pendapat itu pengetahuan yang tidak pasti, dan juga belum memiliki pembuktian ilmiah. Tapi, kita perlu belajar mengemukakan pendapat untuk mengasah otak.
Iman
Berbeda dengan iman yang memiliki kepastian namun tidak memiliki pembuktian, misalnya saja, kita beriman bahwa Allah menyatakan diri kepada manusia yang secara sempurna dinyatakan dalam kehidupan Kristus, dan yang kemudian dicatat dalam Alkitab adalah sebuah pengetahuan yang pasti, tapi tidak memiliki pembuktian data empiris.
Mereka yang memegang iman terhadap Alkitab sebagai Firman Allah itu tak pernah goyah di serang dengan cara pembuktian ilmiah apapun. Bahkan iman memiliki kepastian jauh lebih kuat dari sains.
Terbukti, banyak orang berani menderita bahkan mati demi imannya, tetapi sedikit orang yang memilih menderita atau mati untuk mempertahankan temuan sains. Itulah sebabnya konflik antar agama kerap meluas dengan melibatkan para pengikut tokoh agama itu.
Integrasi iman dan Ilmu Pengetahuan
Umat Kristen percaya Alkitab adalah Firman Tuhan, karena Allah yang benar yang mengatakannya. Sehingga dengan demikian dapat dipahami Alkitab adalah Firman Allah, karena Allah yang benar tidak mungkin berdusta.
Jika pertanyaan lebih lanjut diutarakan mengenai keabsahan Alkitab memang bisa saja ada jawaban dari mereka yang percaya Alkitab adalah Firman Allah, tapi jawaban itu bukan merupakan pembuktian dengandata-data empiris.
Tidak adanya pembuktin empiris tidak berarti iman itu tidak memiliki kepastian, meskipun pembuktiannya terbatas, atau tak memiliki pembuktian data empiris, tapi pengalaman subyektif orang beriman itu memiliki kepastian yang sangat kuat.
Orang Kristen beriman bahwa Alkitab adalah Firman Allah, karena itu orang Kristen menggali Alkitab untuk mengenal Allah lebih dalam. Pengetahuan tentang Allah yang digali dari dalam Alkitab itu dipercaya sebagai Firman Allah yang memiliki kepastian, karena anugerah Tuhan, atau karya Roh Kudus menjadikan pengetahuan itu pengalaman subyektif dan memiliki kepastian.
Iman terhadap mujizat bagi beberapa hamba Tuhan itu sebuah kepastian, karena ada laporan Alkitab, dan mereka juga mengalami pengalaman langsung dengan mujizat.
Terlepas benar atau tidak laporan-laporan terkait mujizat dengan data-data empiris, karena belum ada Penelitian yang mendalam.
Ketika umat Kristen berdoa meminta mujizat, taka ada seorangpun yang tahu doa siapa yang dijawab Tuhan. Tapi, mereka percaya jika mujizat terjadi itu karena kemurahan Tuhan.
Perdebatan terjadi ketika iman dikaitkan dengan pembuktian. Mereka yang percaya bahwa Tuhan sanggup mengusir corona kemudian diminta membuktikan keyakinan imannya. Itu tentu saja tidak tepat. Karena tanpa pembuktian iman memiliki kepastian. Maka perdebatan pembuktian atas iman merupakan perdebatan yang tidak produktif.
Umat Kristen di bumi Nusantara ini perlu belajar mendengar satu dengan yang lain. Mendengarkan keyakinan iman saudara-saudaranya yang berbeda secara arif.
Mempromosikan keyakinan iman perlu dilakukan dengan cara-cara damai, seperti awal mulanya masuknya agama-agama di Indonesia. Karena iman mempunyai kepastian tapi tidak memiliki pembuktian.
Dr. Binsar A.Hutabarat, M.Th.
https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/iman-dan-sains-jangan-diperdebatkan.html