Wednesday, November 16, 2022

Ada apa dengan kebenaran agama

 




Ada apa dengan kebenaran agama?

Kebenaran agama memang tidak selalu memiliki pembuktian empiris, tetapi pemeluk agama itu memiliki kepastian jauh lebih kuat dibandingkan mereka yang percaya pada kebenaran ilmu pengetahuan.


Iman dan pembuktian

Meski kebenaran agama itu diterima melalui iman, dan meskipun iman yang diyakini itu minim pembuktian empiris, mereka yang percaya pada agama itu memiliki kepastian yang kuat. Kita biasa mendengar mereka berkata, yang penting percaya saja!

Tentusa saja saya tak sependapat jika iman itu harus mengorbankan akal budi, karena akal budi itu sendiri berasal dari sang pencipta. Saya juga percaya maka tentulah ada pengetahuan dari apa yang di imani itu.

Jika kita mengatakan  kebenaran agama itu tidak masuk akal, maka lebih tidak masuk akal lagi ketika kita memberitakan kebenaran yang tidak masuk akal itu kepada mereka yang memiliki akal, apalagi memaksakan keyakinan itu kepada orang lain. 

 Pernyataan kebenaran agama pada saat tertentu bisa tidak logis dalam arti, tak ada argumentasi sahih yang selaras dengan klaim kebenaran itu yang kita temukan. Tapi, bukan berarti kebenaran agama itu salah.

Apa yang belum kita temukan itu, tidak berarti tidak ada, hanya saja karena keterbatasan, kita  tidak mampu menemukannya pada fase tertentu. Itulah sebanya pernyataan kebenaran menjadi tidak logis, karena memang belum ditemukan rumusan logis dari kebenaran agama itu.

Ketika kita berhasil menemukan data-data logis yang menghubungkan klaim kebenaran itu dengan bukti-bukti yang kita susun sebagai argumentasi, maka pernyataan kebenarab itu memiliki rumusan logis.

Rumusan pernyataan kebenaran agama itu sejatinya masih perlu mengalami ujian, yaitu ujian dari para pemikiran lain. Bisa saja kebenaran agama kemudian dikonfirmasi oleh kebenaran sains.

Usaha merumuskan kebenaran bersama tentu saja membutuhkan kerja sama semua pihak. Itulah sebabnya sebuah kebijakan publik tidak boleh dirumuskan oleh kelompok tertentu. agama-agama yang beragam itu perlu menghadirkan nilai-nilai inklusifnya.

Rumusan kebenaran agama boleh saja mengalami ujian, yaitu ujian dari data yang ditemukan orang lain. Kalau begitu, mengapa kita sulit untuk berbeda, bukankah berbeda tidak identik dengan kompromi?


Dr. Binsar A. Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/ada-apa-dengan-kebenaran-agama.html


Soal Check Plagiarism

 https://www.facebook.com/Binsarhutabaratcenter




Soal Check Plagiarism

Menulis selalu saja menghadirkan sebuah karya baru, dan jika menulis tidak menghadirkan kebaruan, itu berarti penulis hanya mengutip saja hasil karya orang lain atau biasa disebut plagiat.

Plagiarism Checker

 Mengutip karya orang lain perlu mencantumkan sumber, itu berarti penulis menghargai karya tulis orang lain. Jika pengutipan dilakukan tanpa mencantumkan sumber, atau tidak mengungkapkan sumber ide atau kalimat yang dikutip, tindakan itu biasa disebut plagiasi. 

Sayangnya, kemalasan penulis kemudian memunculkan cara instan dalam menulis, yaitu menggunakan cara-cara tak terpuji menghindari plagiasi. Memang alat check plagiarism bisa diperdaya dengan menekan indeks plagiasi, tapi bagi para ahli yang paham tentu saja mampu membedakan, karena alat check plagiarism hanya alat bantu, dan yang menentukan sebuah artikel itu plagiarism atau tidak adalah reviewer.

Banyaknya cara mensiasati untuk terhindar dari check plagiarism itu kemudian menyebabkan bermunculannya

 karya-karya yang dipublikasikan di jurnal tidak berkontribusi penting bagi kemajuan masyarakat, tetapi hanya sekadar memperbaharui kalimat, tanpa menghadirkan temuan baru, jika demikian, maka tenaga yang begitu banyak dikeluarkan itu, bisa jadi tak berdampak apapun. 


Meningkatkan ketrampilan menulis

Menulis merupakan ketrampilan, berarti menulis itu perlu latihan, makin giat kita berlatih menulis, maka tulisan kita akan semakin baik, dan mudah dibaca orang lain, artinya pesan yang ingin kita sampaikan lewat tulisan, dapat diterima dengan baik sesuai dengan maksud si penulis.

Menulis juga memerlukan pengetahuan, antara lain pengetahuan tata bahasa, terkait kata, prasa atau kalimat. Demikian juga pengetahuan tentang paragraf. 

Alur logis tulisan dapat semakin baik dengan makin bertambahnya pengetahuan tentang logika, dan kemampuan berpikir kritis. Semua pengetahuan itu menunjang penulis untuk terampil menulis dengan baik.

Penulis juga perlu menghargai sebuah tulisan sebagai sebuah karya yang menghadirkan temuan baru. Itulah sebabnya penulis yang menghargai sebuah karya tulis akan menjauhkan diri dari kegiatan yang menjurus pada plagiasi.

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Selamat Menulis!!!

https://www.binsarinstitute.id/2022/11/soal-check-plagiarism.html
HOME SCHOOL KLIK DISINI!

Tuesday, November 15, 2022

Mendamaikan Calvinisme dan Armenianisme

 Mendamaikan Calvinisme dan Armenianisme


Gereja di Indonesia perlu bergerak maju mengembangkan pemikiran-pemikiran teologi kontekstual yang melampaui Calvinisme dan Armenianisme


Calvinisme dan Armenianisme

Teologi Calvinisme dan Armenianisme, demikian juga konflik antara kedua kelompok itu merupakan sejarah masa lampau. 

Gereja di Indonesia perlu mengembangkan teologi yang melampaui Calvinisme dan Armenianisme bukan hanya sekadar mencari titik temu dari kedua pemikiran teologi itu untuk mendamaikannya, tetapi juga bergerak melampaui pemikiran Calvinisme dan Armenianisme dengan memerhatikan konteks gereja dan agama-agama di Indonesia.

Teologi tidak pernah lahir di ruang hampa, teologi merupakan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang terikat dengan konteks pelayanan gereja. Jadi Calvinisme dan Armenianisme adalah pemikiran teologi yang lahir pada zaman dan konteks yang berbeda dengan gerja-gereja di Indonesia. Gereja-gereja di Indonesia perlu mengembangkan teologi yang cocok dengan konteks Indonesia. Sebuah teologi yang menjadi dasar kehadiran Kristen di bumi nusantara.

Sintesis Calvinisme dan Armenianisme

Terkait dengan sintesis antara Calvinisme dan Armenianisme kita bisa mendamaikannya dalam teologi anugerah atau kasih karunia. Kedua teologi itu memiliki pijakan dalam kasih karunia Allah. 

Jadi dengan mencari titik temu antara kedua aliran itu, kedua kelompok itu memiliki pijakan bersama dalam teologi kasih karunia, tapi bisa saja terus mempertajam pemahaman masing-masing aliran dengan mencoba memahami pemikiran tersebut dengan berangkat dari pergumulan masing-masing aliran, tanpa harus mewarisi konflik masa lampau antar kedua kelompok itu.

Teologi Ilmiah

Teologi ilmiah terikat dengan keterbatasan manusia, sehingga tidak ada pemikiran teologi yang setara dengan Alkitab. Kedua pemikiran itu, Calvinisme dan Armenianisme perlu  rendah hati mengakui realitas itu. Klaim doktrin gereja atau aliran tertentu absolud perlu ditinggalkan.

Kelompok Calvinisme meyakini bahwa anugerah keselamatan diterima oleh orang percaya karena pilihan Tuhan. Mereka percaya bahwa Korban Yesus Kristus di kayu salib mampu menyelamatkan semua manusia berdosa, karena Yesus adalah Allah yang tak terbatas. Namun, menurut Calvinisme, karya Kristus di kayu salib hanya efektif bagi orang pilihan Tuhan.

Selanjutnya Calvinisme juga menyakini bahwa keselamatan orang percaya itu berada dalam tangan Tuhan yang memilih orang percaya. 

Karena keselamatan bergantung pada Tuhan, maka selanjutnya mereka mengatakan tidak ada yang bisa mengambil orang percaya dari tangan keselamatan Allah, penderitaan penganiayaan bahkan maut sekalipun. 

Tapi, pemilihan Tuhan ini adalah suatu rahasia. Kaum Calivinisme tidak dapat menjelaskan mengapa Tuhan memilih mereka, yang mereka yakini itu adalah karena kasih karunia Tuhan. Semuanya Karena Anugerah Tuhan.

Sedangkan Armenianisme meyakini bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan dan menjadi efektif dalam pilihan manusia. Karya Kristus di kayu salib hanya efektif bagi mereka yang memilih untuk percaya, atau menerima anugerah keselamatan Tuhan. Berbeda dengan Calvinisme yang mengatakan anugerah tak dapat di tolak.

Selanjutnya Armenianisme mengatakan, orang yang percaya kepada korban Kristus di kayu salib harus merespon dengan ketaatan kepada Tuhan, hidup sesuai Firman Tuhan.

 Apabila orang percaya Murtad, atau tidak setia kepada Yesus, maka keselamatan akan hilang. Jadi, keselamatan ditentukan pilihan dan kesetiaan manusia.

Menariknya, Armenianisme juga percaya bahwa ketaatan dan kesetiaan orang percaya kepada Yesus adalah anugerah Tuhan. 

Hanya Roh Kudus yang dapat memampukan orang percaya hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Demikian juga, hanya Allah yang dapat menolong orang percaya untuk tetap setia kepada Tuhan sampai akhir.


Titik Temua Armenianisme dan Calvinisme

Kedua pandangan tersebut, Calvinisme dan Armenianisme tampak memiliki titik temu dalam teologi anugerah atau kasih karunia. 

Calvinisme percaya pilihan Tuhan adalah anugerah Tuhan. Demikian juga Armenianisme percaya ketaatan dan kesetiaan orang percaya adalah anugerah Tuhan.

Saya mencoba mendamaikan kedua pandangan itu dengan melihat sejarah keselamatan. Sejak awal manusia Jatuh keadalam dosa penebusan dosa adalah karena perjanjian anugerah Tuhan. 

Tuhan berjanji bahwa keturunan perempuan akan menginjak kepala ular atau iblis, ”keturunanya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkann tumitnya” (Kejadian 3:15), ayat ini mengacu kepada kedatangan Yesus sebagai penebus.

Perjanjian anugerah Allah juga dinyatakan dalam pemilihan Abraham. Paulus menjelaskan “ Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.Tidak dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang:” dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus.

Keturunan Yakub kemudian pergi ke Mesir, dan setelah Raja yang memimpin Mesir tidak lagi mengingat Jasa Yusuf, orang Israel dijadikan budak di Mesir. Allah kemudian membebaskan Israel untuk masuk ketanah perjanjian. Dalam perjalanan di padang gurun Tuhan memberikan Taurat melalui Musa.

Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji, tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih KaruniaNya kepada Abraham. 

Paulus mengatakan, Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran -sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu-dan ia disampaikan dengan perantaraan Malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.

Keselamatan diberikan karena perjanjian anugerah Allah, rencana transformasi manusia berdosa yang dijanjikan Bapa itu digenapi pada kematian Yesus di salib. 

Pada masa Israel Allah memberikan Taurat karena pelanggaran-pelanggaran Israel. Taurat diberikan dengan cara luar biasa melalui Musa, taurat diberikan agar Israel sebagai umat pilihan Allah hidup memuliakan Tuhan. 

Pada waktu itu Israel belum melihat Firman yang hidup, yaitu Yesus sebagai penyataan Allah yang sempurna. Taurat seperti peta yang menolong orang Israel bagaimana cara hidup yang memuliakan Tuhan.

Yesus mengatakan Taurat tetap berlaku, kematian Kristus di salib menebus manusia berdosa yang tidak bisa memenuhi taurat. Namun, orang yang percaya harus hidup dalam ketaatan. 

Gambaran manusia yang taat secara sempurna adalah Yesus Kristus yang telah menebus dosa manusia di salib, dan sekaligus memberikan kuasa Allah untuk memampukan manusia hidup seperti Kristus.

Dengan demikian kita dapat mendamaikan bahwa Allah yang memilih orang percaya telah memindahkan orang percaya dari budak dosa menjadi budak Allah, budak kebenaran. 

Orang Armenian dan Calvinisme sama-sama percaya bahwa ketaatan manusia kepada Allah adalah karena anugerah Tuhan.

Semua orang yang mengakui percaya kepada Allah, baik percaya karena pilihan Tuhan, atau percaya karena memilih untuk percaya kepada Pengorbanan Kristus di salib  sama-sama harus hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Doktrin dan Ketaatan

Doktrin harus mengarahkan orang percaya untuk hidup dalam ketaatan pada Tuhan. Doktrin harus mengarahkan orang percaya kepada komitmen untuk mengasihi Tuhan dan komitmen kepada sesama. 

Doktrin yang tidak mengarahkan pada ketaatan tidak banyak gunanya. Yakobus berkata, Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan dan aku akan menunjukkan kepadaku imanku dari perbuatan-perbuatanku.”Iman tanpa perbuatan bukanlah iman, tetapi sekadar rumusan doktrin hasil usaha manusia.

Perdebatan Calvinisme dan Armenianisme akan berhenti dan tidak saling menyesatkan, apalagi saling menghancurkan jika keduanya mengacu kepada pemahaman yang sama yaitu, hidup dan keselamatan orang percaya karena anugerah Tuhan.

Doktrin sehebat apapun tanpa karya Roh Kudus tidak akan membawa seseorang kepada iman. Hanya karena anugerah Tuhan doktrin dapat mengarahkan orang percaya untuk hidup dalam ketaatan. Demikian juga ketaatan dan kesetiaan kepada Allah hanya mungkin karena anugerah Tuhan.

Calvinisme dan Armenianisme sepatutnya berlumba-lumba untuk hidup saling mengisihi, saling memahami, dan saling berbagi untuk kebaikan bersama. Kesatuan Calvinisme dan Armenianisme harus diperluas dengan kesatuan gereja, karena gereja itu esa.


Pdt. Dr. Binsar Antoni Hutabart, M.Th.

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/mendamaikan-calvinisme-dan-armenianisme.html



Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...