Thursday, November 24, 2022

Sebab Umat Kristen Menerima Pancasila

 Sebab Umat Kristen Menerima Pancasila





Umat Kristen menerima Pancasila bukan karena Pancasila itu hanya  menguntungkan bagi umat Kristen, atau karena Pancasila adalah sesuatu yang sudah diformalkan, sehingga dengan terpaksa umat Kristen menerimannya.

Pancasila Menaungi Semua agama dan Budaya

 Bagi umat Kristen Pancasila bukan wahyu Allah, Pancasila terbatas, karena itu walaupun umat Kristen menerima Pancasila sikap kritis terhadap tafsir Pancasila yang dilakukan oleh siapapun tidak boleh dihilangkan. 

Sakralisasi Pancasila yangmengharamkan sikap kritis bukanlah sesuatu yang tepat, justru itu hanya akan menjadikan Pancasila sebagi sesuatu yang kaku dan beku dan tidak memiliki fungsi operasional. 

Umat Kristen menerima Pancasila karena Pancasila mampu menaungi semua, karena itu berarti Pancasila memiliki nilai-nilai yang berkeadilan untuk semua. Semua agama dan budaya di Indonesia mendapat perlindungan dari Pancasila. Bisa dikatakan bahwa Pancasila ibarat paying yang lebar yang menaungi semua.

Perjuangan umat Kristen bukanlah perjuangan yang eksklusif bagi umat Kristen saja, sebaliknya perjuangan umat Kristen adalah perjuangan untuk keadilan yang bersifat inklusif, perjuangan untuk semua. 

Umat kristiani mengakui bahwa semua manusia adalah gambar Allah dan semua manusia sederajat, maka perjuangan umat Kristen adalah perjuangan bagi kemanusiaan. Karena Pancasila menerima semua kemajemukan yang ada, dan Pancasila memberikan keadilan bagi semua, maka karena itu umat Kristen menerimanya. 

Pancasila Melindungi Nilai-nilai Eksklusive

Iman Kristen memiliki nilai-nilai yang eksklusive dan inklusive. Pancasila bagi umat Kristen memberikan perlindungan bagi nilai-nilai eksklusive yang ada dalam setiap agama. Pancasila menaungi semua agama termasuk kekristenan. 

Pancasila yang berisi nilai-nilai yang bersifat universal dan dapat diterima oleh semua, berisi nilai-nilai yang inklusive dari kekristenan, sehingga pada waktu umat Kristen menerima Pancasila, umat Kristen tidak perlu mengorbankan identitasnya.

Bagi umat Kristen Pancasila merupakan pilihan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Karena semua keberagamana yang ada termasuk kekristenan terlindungi di dalam Pancasila.

Pancasila Pilihan Terbaik

Pancasila memang memiliki kelemahan, namun  ia tetap merupakan pilihan yang terbaik. Karena itu Pancasila perlu dijaga agar tidak diisi oleh hal-hal yang bukan merupakan hakekat Pancasila. Secara khusus dalam menyikapi heterogenitas tafsir terhadap Pancasila. 

Heterogenitas tafsir terhadap Pancasila itu sendiri merupakan suatu realitas dari keberagaman yang ada di Indonesia. Namun heterogenitas Pancasila tidaklah menjadi alasan bagi timbulnya konflik antarpandangan yang berbeda. 

Heterogenitas tafsir terhadap Pancasila merupakan bukti bahwa semua orang yang berada dalam payung Pancasila diterima keberadaannya sebagaimana adanya. Heterogenitas Pancasila seharusnya dilihat sebagai suatu kesempatan untuk belajar mengenal identitas yang berbeda dari setiap kelompok yang ada di Indonesia, baik suku maupun agama-agama. 

Kekristenan percaya bahwa manusia yang beragam pada hakekatnya sederajat yaitu sesama umat manusia yang adalah ciptaan Tuhan. Keberagaman merupakan sesuatu yang diberikan oleh Allah. Karena itu keberagamana tidak boleh diseragamkan. Usaha untuk mendapatkan manfaat dari keberagaman dapat dicapai dengan adanya persatuan. Tetapi untuk menguatkan persatuanitu tidak perlu menghilangkan identitas keberagaman. 

Usaha memeilihara persatuan tanpa menghapus keberagaman berarti meliputi usaha untuk mencari titik temu dari nilai-nilai yang universal yang ada dalam setiap individu atau kelompok. Konsensus bersama itu sejatinya perlu mangakui dan menghargai nilai-nilai eksklusive dari individu atau kelompok yang ada. 

Nilai-nilai yang universal dalam setiap individu atau kelompok inilah yang kemudian terkristalisasi dalam Pancasila. Untuk itu maka setiap individu harus terus berusaha bersama-sama mengisi Pancasila dengan nilai-nilai dari identitas-identitas yang ada di Indonesia yang bersifat universal.

 Apabila setiap kelompok yang ada di Indonesia mendasari tafsir terhadap Pancasila dengan semangat kebhinekatunggalikaan maka dalam Heterogenitas tersebut pasti ada nilai-nilai yang universal. Yaitu nilai-nilai yang inklusif dan nondiskriminatif. 

Nilai-nilai bersama yang inklusive dan nondiskriminatif itu dapat dijadikan titik perjumpaan bagi setiap kelompok yang berbeda dalam hidup bersama, sebagaimana Pancasila telah menjadi suatu kompromi bersama yang menerima semua kelompok yang ada di Indonesia tanpa menghapus identitas-identitas yang beragam itu.

Wednesday, November 23, 2022

Religius Toleran

 

Religius Toleran




Menurut saya kedalaman dan keluasan seseorang dalam memahami agamanya sesungguhnya berelasi erat dengan bagaimana orang itu berinteraksi dengan sekitarnya, termasuk juga dengan mereka yang berbeda agama. Karena agama bukan hanya mengajarkan hubungan manusia dengan penciptanya, tapi juga dengan sesamanya manusia. 


Ketika seorang beragama berelasi dengan orang lain, baik yang seagama maupun yang tidak seagama, ia bukan hanya dituntut untuk bisa memberikan kontribusi positif terhadap sesamanya, tetapi pada saat yang bersamaan ia juga dituntut untuk belajar dari sesamanya. 

Kejujuran dalam berelasi dengan sesama akan membuka mata setiap orang bahwa kebenaran bukan hanya milik eksklusive dirinya dan agamanya, tetapi juga ada pada orang lain. 

Arogansi yang memposisikan diri sebagai pemilik seluruh kebenaran bertentangan dengan kerendahan hati seorang yang religius.


Dengan demikian jelaslah bahwa eksklusivisme agama sesungguhnya merupakan pendangkalan agama, karena eksklusivisme agama menutup rapat-rapat pengetahuan yang berasal dari luar.

 Cara beragama seperti inilah yang perlu diwaspadai karena bisa melahirkan polarisasi agama, yang kemudian bisa menutup dialog agama. 

Suatu kondisi kehidupan agama-agama yang menyimpan potensi konflik yang amat besar.


Tidak sulit untuk memahami, bahwa kualitas pemahaman seseorang terkait erat dengan kuantitas pemahaman yang dimilikinya, demikian juga kemampuan mengintegrasikan kuantitas pemahan yang ada itu akan sangat mempengaruhi kualitas pengetahuan seseorang, baik tentang agamanya sendiri, maupun pengetahuannya tentang agama-agama lain. 

Seorang yang semakin religius mustahil menjadi makin eksklusive, dengan kata lain, seorang yang makin religius pastilah seorang yang toleran, karena ia telah terbiasa menerima perbedaan, dan mampu melihat perbedaan sebagai suatu berkat, bukannya malapetaka.


Kesediaan mendengar orang lain, dan menerima perbedaan-perbedaan awalnya memang menyakitkan. Namun, ketika kesabaran menerima perbedaan itu kemudian membuat wawasan seseorang semakin luas, dan makin meningkatkan kualitas pengetahuannya baik tentang sesama maupun tentang agama-agama lain, dan juga agama yang dianutnya,  kesakitan itu tidak lagi dirasakan, karena kebaikan yang dia terima melampaui kesakitan yang dialami. 

Pengetahuan kebenaran yang didapat melalui orang lain merupakan sesuatu yang amat berguna, karena itu, pengorbanan yang sedikit dalam kesabaran menerima perbedaan menjadi tidak berarti dibandingkan hal-hal positif yang diterima.


Dengan demikian jelaslah, tesis yang mengatakan bahwa kehidupan yang makin religius berbanding lurus dengan potensi konflik agama adalah tidak tepat. 

Seorang yang makin religius seharusnya adalah seorang toleran, bahkan kemampuan untuk hidup toleran dengan orang beragama lain sangat ditentukan pada sejauh mana seseorang itu memahami imannya, atau seberapa religiusnya orang itu. 

Semakin religius seseorang, maka ia akan menjadi semakin toleran.


Karena itu, gairah yang makin tinggi dari masyarakat dalam menekuni agama atau kepercayaan harus disyukuri, bahkan perlu di dorong oleh pemerintah dengan memberikan fasilitas –fasilitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan ketaqwaan, seperti tersedianya gedung ibadah, fasilitas pendidikan agama dll.

 Hanya saja, pada konteks ini agama-agama mesti mewaspadai kemungkinan terjadinya polarisasi agama yang bisa timbul karena agama-agama hanya fokus pada pengembangan agamanya masing-masing, tanpa peduli dengan eksistensi agama-agama lain.


Agama-agama tidak boleh membentuk kelompok hanya dengan pemilik kepercayaan yang sama, yang kemudian bermuara pada pembagian kelompok-kelompok berdasarkan agama, yang membuat komunikasi antar agama tidak berjalan dengan baik. Itu akan menyebabkan timbulnya kesalahpahaman akibat kurangnya pemahaman akan kepercayaan yang beragam tersebut, kesalahpahaman tersebut bisa menimbulkan konflik agama. 


Seorang yang religius toleran paham betul bahwa sejarah melaporkan, keragaman agama tak pernah bisa diseragamkan, bumi tak pernah berada dalam keseragaman agama-agama, sebaliknya, agama-agama di bumi ini makin hari makin beragam, meski pada perbedaan tersebut terdapat juga kesamaan-kesamaan. 

Kesamaan yang ada dalam agama –agama itulah yang harus terus digali untuk dapat menjadi perekat bagi kehidupan bersama agama-agama. 


Menjadi religius mestinya juga memahami interdepedensinya terhadap agama-agama lain, serta mau  membuka diri dalam dialog dengan agama-agama lain yang didasarkan pada pengakuan terhadap pluralisme agama. Itu akan membawa agama-agama memiliki pengetahuan yang benar terhadap agama-agama lain, dan secara bersamaan menghapus kecurigaan terhadap agama-agama lain. 


Agama-agama yang berbeda itu sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang universal yang berguna untuk semua orang. Karena itu mengabaikan keberadaan agama-agama yang berbeda dalam membangun suatu kehidupan bersama adalah suatu kerugian yang teramat besar. Semuanya itu bisa diatasi jika kita menjadi orang yang religius toleran.


https://www.binsarhutabarat.com/2021/11/religius-toleran.html

Tuesday, November 22, 2022

Empat Alasan Mengapa Kita Perlu Berdoa Pada Waktu Menderita







 Empat Alasan Mengapa Kita Perlu Berdoa Pada Waktu Menderita


Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu. Sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalamDia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus (II Tesalonika 1: 11-12).

 
1. Penderitaan membuktikan adanya pertumbuhan Rohani.

Paulus mendorong jemaat Tesalonika untuk setia hidup dalam Tuhan ketika meghadapi Penderitaan. Pada II Tesalonika1:1-4 Paulus menorong Jemaat Tesalonika untuk mengucap syukur kepada Allah pada waktu menderita di dalam Tuhan. Karena melalui penderitaan Jemaat di Tesalonika membuktikan adanya pertumbuhan rohani jemaat, pertumbuhan Kasih kepada Allah, kasih kepada sesama, dan menjadi kesaksian yang memuliakan Tuhan.

 

Paulus juga mendorong jemaat di Tesalonika berpegang pada janji Tuhan (II Tesalonika 1:5-10), karena melalui penderitaan dalam Tuhan jemaat di Tesalonika layak menjadi umat Kerajaan Allah, Dan Allah akan membalas setiap perbuatan orang setimpal dengan perbuatannya (hukum tabur tuai), dan janjia Tuhan juga mengingatkan bahwa jemaat di Tesalonika telah dihakimi ketika Kristus mati di kayu salib. Sehingga setiap orang yang telah diampuni dosanya tidak akan dihakimi pada waktu Yesus datang pada akhir zaman. 


Sebaliknya, Yesus akan mengangkat, membebaskan orang percaya dari penderitaan untuk masuk pada dunia yang baru, kehidupan kekal di surga.

 

Kemudian dalam II Tesalonika 1:11-12, Paulus mendorong jemaat di Tesalonika untuk bertekun dalam doa ketika berada dalam penderitaan. Pertanyaannya kemudian, apa yang perlu kita doakan kekika kita berada dalam penderitaan?


2. Berdoa untuk menghargai kelayakan yang diberikan Allah untuk menjadi umat Kerajaan Allah.

Pada waktu menderita, kita perlu berdoa untuk tetap setia menjalani rencana Allah. Kita perlu berdoa agar kita hidup dalam anugerah dan kasih Allah. Hidup melakukan kebaikan pada sesama untuk memuliakan Tuhan.


Penderitaan yang dialami orang percaya membuktikan bahwa orang percaya layak untuk menjadi warga kerajaan Allah karena pengorbanan Kristus di salib.


Pada waktu kita melewati pencobaan yang membawa kita dalam penderitaan, dan oleh pertolongan Tuhan kita dapat melewati pencobaan yang berat itu, maka itu membuktikan bahwa Allah telah melayakkan kita untuk menjadi umat kerajaan Allah.


Orang percaya yang melewati penderitaan dengan tetap memuliakan Tuhan akan menjadi kesaksian bagi orang percaya lainnya. Itu menjadi kesaksian bahwa dalam penderitaan, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang percaya.

 

3. Berdoa Untuk tetap Menjalankan Misi Allah

Setiap orang yang dipilih Tuhan, dipanggil untuk hidup dalam rencana Allah, yaitu menjalankan Misi Allah. Hidup memberitakan kabar penebusan dosa yang sudah dikerjakan Yesus di salib, dan membawa semua ciptaan Tuhan hidup memuliakan Tuhan.


Iman kepada Kristus menghasilkan perbuatan baik. Orang percaya yang hidup dalam Tuhan dapat menjalankan Misi Allah dengan kekuatan Tuhan.


Ketaatan kepada Tuhan tidak dihasilkan dengan usaha manusia semata, atau dengan kekuatan yang keluar dari diri kita. Ketaatan kepada Allah hanya mungkin jika kuasa Allah memampukan kita hidup mentaati Allah.


Jika kita beriman kepada Allah, percaya kepada Allah, maka kita akan menerima kuasa Allah. 


Kita tidak dapat hidup sebagai pemenang dalam pencobaan yang membawa kita dalam penderitaan, kecuali dengan kemenangan yang kita dapatkan dari Allah.


Kita tidak bisa membagakan pengalaman kita hidup dalam Tuhan dengan bersandar pada kekuatan kita. 


Apabila kita tidak bergantung pada Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita, maka kita tidak akan mampu melakukan tugas misi Allah sesuai dengan kehendak Allah.

 

4. Berdoa untuk hidup memuliakan Allah

Kristus patut dimuliakan oleh orang percaya bukan hanya ketika orang percaya berjumpa dengan Tuhan Yesus pada waktu kedatangan kerajaan Allah. Tetapi, Kristus juga patut dimuliakan dalam kehidupan orang percaya pada masa kini.


Jika kita merindukan memuliakan Tuhan pada waktu berjumpa dengan Kristus, maka pada waktu orang percaya diijinkan menderita untuk kemuliaan Allah, orang percaya perlu berdoa agar melalui penderitaan yang dialaminya Tuhan Yesus dimuliakan.


Anugerah Kristus hadir membawa kemuliaan bagi orang percaya, demikian juga pada waktu orang percaya menderita bagi Kristus, disitu kemuliaan Tuhan dinyatakan. 


Kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam hidup orang percaya itu karena nugerah Tuhan. Sehingga segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.


Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa dalam masa pencobaan dan penderitaan orang percaya perlu berdoa sungguh-sungguh kepada Allah. Yakni berdoa, bersyukur atas kelayakan yang Tuhan berikan sebagai umat kerajaan Allah. Dan juga berdoa adar dapat menjalan misi Allah yang menjadi tujuan pemilihan Allah atas kehidupan orang percaya, serta berdoa  agar melalui penderitaan yang kita alami Tuhan dimuliakan.

 

 

Dr, Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2020/08/doa-pada-waktu-menderita.html

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...