Pocast Rukun Beragama

Video

Friday, February 2, 2024

Apa Kabar Joki Jurnal Scopus?




Kabar merajalelanya Joki Jurnal terindeks Scopus, jurnal bereputasi internasional, jurnal nasional terindeks Sinta jika dibiarkan akan merugikan pendidikan tinggi di Indonesia, dan membuat pendidikan tinggi tak memiliki kemampuan melaksanakan tridharma pendidikan tinggi.


Pada awal saya menyelesaikan Doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan saya bergairah menulis artikel ilmiah, kebetulan sejak tahun 2014 saya menjadi editor eksekutif Jurnal Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, juga reviewer di beberapa jurna ilmiah dan jurnal pengabdian masyarakat.

Dalam waktu singkat lebih seratus dosen telah mengikuti pelatihan Penelitian dan penulisan karya ilmiah, baik pelatihan gratis yang saya lakukan di kantor saya, maupun pelatihan di kampus-kampus yang mengundang saya, secara khusus penulisan untuk publikasi jurnal ilmiah. Herannya prosentasi mereka yang bergairan menulis sangat kecil, tidak sampai 10 %.

Saya tercengang, bangga sekaligus heran ketika peringkat publikasi ilmiah Indonesia di Asia Tenggara meningkat menjadi peringkat ke-21, padahal sepuluh tahun sebelumnya di berada di urutan ke-54. Negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura mengalami penurunan, Malaysia dari peringkat ke-23 menurun ke peringkat 24, sedang Singapura dari peringkat 40 menurun menjadi peringkat 41.  Lihat, Scientifik-Journal Rangking (SJR). 

Peningkatan publikasi ilmiah juga terjadi pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen. Untuk mendapatkan jabatan fungsional yang lebih tinggi, secara khusus lektor kepala dan Professor, dosen berlumba-lumba memiliki artikel yang di publikasikan di jurnal internasional khususnya yang terindeks scopus. 




Biaya yang digelontorlan tentu saja tidak sedikit. Malangnya, ada kabar dosen yang telah berhasil, menembus lektor kepala dengan syarat kecukupan publikasi artikel jurnal internasional, setelah meraih jabatan lektor kepala jurnalnya tidak ditemukan. Bisa jadi publikasinya pada jurnal predator yang kerap diumumlan scopus. 

Sebagai seorang editor eksekutif yang pernah mengikuti percepatan akreditasi jurnal nasional tentu saja saya paham, peringkat jurnal utmanya bukan pada kualitas isi artikel, tapi pada tata Kelola jurnal. Pada kondisi ini joki mengambil kesempatan, apalagi joki tersebut tentu mampu membangun hubungan dengan pengelola jurnal. Hadirlah publikasi pada jurnal scopus dan jurnal bereputasi minim kontribusi keilmuan, karena memang tanpa Penelitian mendalam.

Kita tentu prihatin, karya-karya penelitian di publikasikan pada jurnal OJS dengan tujuan agar karya-karya ilmiah itu berkontribusi bagi pengembangan keilmuan, yang akhirnya berguna memberikan solusi bagi persoalan masyarakat. Realitanya, meningkatnya publikasi ilmiah tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kemampuan dosen menulis karya ilmiah, apalagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Keheranan saya terjawab, rupanya perjokian berperan penting dalam meningkatkan publikasi ilmiah pada perguruan tinggi di Indonesia, termasuk juga pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen. Secara khusus pengamatan saya adalah pada Prodi Pendidikan Agama Kristen yang memaksakan Penelitian kuantitatif tanpa mengajarkan statistik dengan baik. Saya menjumpai, ada kampus yang menekankan penguasaan aplikasi SPSS jauh lebih penting daripada penguasaan prosedur Penelitian.Apalagi ada yang menggunakan “Mix Methode” Penelitian R&D. 

Untuk melihat keanehan Penelitian di Prodi Pendidikan Agama Kristen silahkan menelusuri Tesis dan Disertasi di kampus-kampus itu. Ironisnya banyak dari mereka mengatakan itu arahan dari pemerintah. Dirjen Bimas Kristen, Kementerian Agama RI mungkin perlu memberikan klarifikasi atas kesalahan ini. Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen rupanya belum paham Otonomi Pendidikan Tinggi, dan mungkin juga pada beberapa tempat sulit dijumpai kebebasan akademik.

Hal lain yang mengerikan adalah kemajuan aplikasi yang membantu penulisan karya ilmiah, mulai dari alat bantu paraphrase, sampai pada Chat GPT yang bisa membuatkan karya ilmiah yang diminta, dan karya ilmiah itu tak terdekteksi Check Plagiarism. Jurnal terindeks Scopus dan Jurna terindeks Sinta yang menggunakan Bahasa Inggris dengan mudah ditembus karya-karya hasil Chat GPT.

Apakah pemerintah Indonesia masih tetap berkeras mempertahankan publikasi jurnal terindeks scopus dan jurnal terindeks Sinta 1dan 2 yang menggunakan Bahasa Inggris? 




Pemerintah perlu berpikir ulang, kebijakan syarat kecukupan publikasi jurnal terindeks sopus untuk kenaikan jabatan lektor kepala dan Professor . Pemerintah tidak boleh membiarkan perjokian merajalela. 

Publikasi Ilmiah yang tidak dihadirkan melalui penelitian-penelitian  mendalam tidak layak dipublikasikan pada jurnal bereputasi. Apalagi yang disebut jurnal bereputasi hanyalah tata Kelola jurnal yang tidak terkait langsung dengan kualitas artikel jurnal.

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Dosen, Peneliti, Asesor Akreditasi Lamdik

https://www.binsarinstitute.id/2023/02/apa-kabar-joki-jurnal-scopus.html

Wednesday, January 31, 2024

Teologi Ilmiah vs Klaim Absolut

 Apa yang saya maksudkan dengan teologi ilmiah? Tentu saja yang saya maksudkan dengan teologi ilmiah adalah segala usaha berteologi dengan menggunakan metode ilmiah. 

Tapi, teologi ilmiah itu saya tidak masukan dalam ranah sains semata, karena teologi ilmiah yang saya maksudkan ini adalah bersumber pada Alkitab.





Pada waktu kita membaca Alkitab, kita menemukan fakta-fakta(data), Konsep (hubungan antar fakta/data), dan prosedural, misalnya bagaimana tahapan atau prosedur seorang bisa percaya kepada Allah.

Pada saat seseorang mengerjakan teologi ilmiah, maka pencarian kebenarannya perlu didasarkan pada data-data dalam Alkitab. 

Persoalannya kemudian adalah pada waktu kita membangun konsep tentang hubungan fakta-fakta dalam Alkitab itu kita tidak bisa bergantung pada data-data hasil riset Alkitab kita yang terbatas, sehingga untuk merumuskan sebuah konsep Alkitab berdasarkan data-data Alkitab itu kita perlu membandingkannya dengan pengakuan-pengakuan iman sepanjang sejarah, dan juga pada pandangan pakar-pakar Alkitab sepanjang zaman. 

Berdasarkan apa yang saya jelaskan di atas dapat dipahami, bahwa doktrin, atau konsep yang kita bangun dari data-data Alkitab itu tidak absolut. 

Jika kita mengatakan teologi yang sedang kita kerjakan adalah teologi ilmiah, maka kita tidak boleh mengatakan hasil penggalian Alkitab itu absolut, tapi kita mesti sedia membandingkannya dengan pandangan orang lain, dan juga bersedia untuk temuan-temuan itu di uji oleh siapapun.

Mereka yang membaca Alkitab dari sudut pandang disiplin filsafat mesti hati-hati, karena filsafat itu sendiri merupakan metafisika, itulah sebabnya perdebatan filsafat hanya bergenit-genit pada teori.

 Jika kita membuat penelitian filsafat, pertanyaan penelitiannya itu bersifat metafisika, jadi tidak bisa diuji dengan data-data. Itulah sebabnya menurut saya, mereka yang belajar fiisafat juga perlu belajar penelitian empiris.

Kembali kepersoalan teologi ilmiah, apabila seseorang membangun teologi berdasarkan pada sudut pandang filsafat yang metafisik itu, maka bisa jatuh pada otonomi manusia, bukan otonomi Allah. 

Itulah sebabnya para apologet Kristen yang berlandaskan pada filsafat kerap merasa pandangannya paling rasional, yang lain dianggap tidak rasional, menurut mereka, karena tidak rasional itu pasti salah.

Jika kita belajar tentang logika sederhana, kita perlu menyadari bahwa semua premis mayor yang dirumuskan itu reduksi, karena generalisasi adalah reduksi. Karena itu semua turunan dari premis mayor, yaitu premis minor dan silogisme, itu relatif.

Menurut saya sudah waktunya kita perlu belajar dari yang lain, perlu menghargai domain ilmu yang berbeda. Usaha interdisiplin, transdisiplin, dan tidak boleh meminggirkan ilmu yang lain.

Dr. Binsar Antoni Hutabarat
 

Perlunya menguatkan kebersamaan

 


Kabar hadirnya badai di penghujung tahun baru 2023 tentu saja mendebarkan, banjir tahunan yang menjadi rutinitas tahunan kian meresahkan, khususnya para ibu yang tentunya terbayang betapa lelahnya membersihkan rumah dan peralatan rumah tangga setelah surutnya banjir.

Syukur badai yang di prediksi hadir tanggal 28 Desember tahun ini tidak terjadi. Apalagi BMKG memberitahukan bahwa yang terjadi hujan ekstrim, dan puncaknya pada 30 Desember. Repotnya di prediksi curah hujan ekstrim itu terjadi pada dini hari saat orang tidur nyenyak.

Kabar akan adanya hujan ekstrim bukan badai seperti yang dikabarkan peneiti BRIN memang cukup melegakan, tapi hujan ekstrim yang diprediksi turun pada beberapa daerah tetap saja menguatirkan, apalagi untuk daerah yang biasa terendam banjir.

Kami pun sudah mempersiapkan barang barang elektronik tertentu pada tempat yanf aman, seperti kulkas misalnya.

Pintu bagian depan dan belakang yang menjadi pintu masuk banjir ke dalam rumah telah kami buat tanggul, tanggul yang kurang kokoh kami periksa. Singkatnya antisipasi banjir sudah disiapkan.

Kalau hujan ekstrim terjadi malam hari, kami perlu menyiapkan tempat aman untuk kendaraan, ini salah satu persoalan yang tidak mudah, jika tidak dipersiapkan busa berebut lahan parkir kendaraan bermotor.

Menyambut tahun baru kali ini ternyata tidak mudah, setelah ibadan kehadiran Natal 100 persen diijinkan, kini kita perlu antisipasi datangnya banjir.

Harap saja pemerintah dan aparat terkait responsif dengan kabat BMKG, dan masyarakan perlu menguatkan kerja sama untuk mengantisipasi hujan ekstrim.

Kiranya kemanusiaan kita tergugah untuk menguatkan kebersamaan untuk kesejahteraan dan kedamaian bersama.


https://www.binsarinstitute.id/2022/12/menyambut-tahun-2023-dalam-badai.html

Apologetika untuk kemuliaan Tuhan

  Apologetika untuk kemuliaan Tuhan, Katolik VS Protestan Perlu Tahu   Apologet-apologet Protestan Tentu akan mengatakan bahwa   penje...