Pocast Rukun Beragama

Video

Saturday, September 21, 2024

Ketidakberdosaan bunda Maria

 


Ketidakberdosaan bunda Maria

Salah satu perdebatan antara Katolik dan Protestan adalah soal ketidakberdosaan Maria. Umat Katolik percaya bahwa sebagai ibu Tuhan, Maria tidak berdosa, dan Maria tidak memiliki anak kecuali Yesus yang dikandung dari Roh Kudus.

Menurut saya pengagungan umat Katolik terhadap Maria wajar saya. Sebagai ibu Tuhan, tentu saja Maria adalah orang pilihan Tuhan yang dikarunia Tuhan keagungan. Jika kita bersedia mendengarkan mengapa umat katolik berdoa kepada Maria ibu Yesus sebagai tradisi yang diwarisi umat Katolik terlihat bahwa posisi Maria sebagai Ibu Tuhan sangat sentral.

Menariknya serangan mereka yang menolak ketidakberdosaan Maria justru tidak menggunakan data-data Alkitab, seperti misalnya yang terkandung dalam pernyataan berikut, Jika Maria tidak berdosa, maka berarti bukan hanya Yesus yang tidak berdosa, dan berarti Maria juga tidak memerlukan penebusan dosa.

Mereka yang menyerang ketidakberdosaan Maria, dan kuatir bahwa pwngakuan ketidakberdosaan Maria akan membuat orang kehilangan iman, yaitu iman terhadap Yesus  mati untuk semua orang, termasuk Maria. Lucunya lagi, kemudian mereka langsung berdiri sebagai hakim, menerima ketidakberdosaan Maria berarti mengakui ada kesalahan dalam Alkitab.

Debat ketidakberdosaan Maria menurut saya tidak perlu dilanjutkan, karena usaha mengumpulkan bukti-bukti ketidakberdosaan Maria itu mustahil. Demikian juga karena Maria adalah ciptaan Allah, dan janji penebusan manusia berdosa terjadi pada saat kejatuhan Adam dan Hawa, maka dalam perspektif Tuhan taka da persoalan dengan ketidakberdosaan Maria, karena pengampunan dosa itu sudah dinyatakan sebelum kelahiran Maria.

Jika kita memahami bahwa ketidakberdosaan Maria adalah iman umat Katolik, dan itu tidak memerlukan bukti apapun, apalagi saksi-saksinya tidak mungkin lagi dijumpai, maka untuk apa memperdebatkan iman umat Katolik? 


Umat Protestan sebaiknya lebih mengambil sikap mendengarkan pengakuan iman Katolik, demikian juga umat Katolik dapat memahami mengapa umat protestan tidak mempercayai ketidakberdosaan Bunda maria.

Dialog agama antara umat katolik dan Protestan, tak perlu saling memaksakan klaim yang berbeda, aplagi klaim itu sendiri taka ada yang absolut. Dan jika dihubungkan dengan iman, klaim ketidakberdosaan Bunda Maria bisa dikatakan sebagai identitas umat Katolik, dan yang berbeda itu perlu menghargai. 

Kita semua adalah manusia yang terbatas, Biarlah Allah yang menghakimi, apalagi meneriakkan yang berbeda itu sesat. Mewartakan nilai-nilai eksklusive perlu dilandaskan semangat persaudaraan sebagai sesama manusia.

Friday, September 20, 2024

Mencari Tuhan?

 


Mencari Tuhan

 

Manusia yang mencari Tuhan akan menemukan Tuhan, tapi pada sisi lain manusia yang mencari Tuhan itu sedang meninggalkan Tuhan. Bukankah Adam dan Hawa menyembunyikan diri dari Tuhan yang mencari manusia berdosa. Ini tentulah sebuah paradoks menurutku.

Bagaimana mungkin manusia yang menyembunyikan diri dari Tuhan itu berkeinginan mencari Tuhan? Sebuah paradoks  yang tak mudah memahaminya.

Sejak kecil aku dibimbing orang tua untuk mencari Tuhan, atau setidaknya belajar mengenal Tuhan, itu sebabnya aku di bawa orang tua ke gereja. 

Tapi herannya, Ayah tak rajin ke gereja, beliau pergi ke gereja pada hari-hari tertentu, biasanya pada acara Natal dan Tahun Baru. Tapi aku belajar banyak terkait idealisme dan dedikasi pada pekerjaan yang tak banyak kujumpai dari mereka yang rajin beribadah sekalipun.

Pada tahun 1986 saat itu aku berada pada semester akhir perkuliahan, aku sedang gundah gulana, karena tak tahu apa yang menjadi capaian masa depan. Pada saat genting itu hadirlah beberapa teman SMA yang sangat bergairah bersaksi bahwa mereka telah menemukan Tuhan yang sejati.

Beberapa teman yang bersaksi itu tak memiliki pengetahuan agama yang luar biasa, tapi mereka mengatakan telah menemukan Tuhan yang sejati, dan menerimanya dalam hati mereka. 

Lagi-lagi sebuah paradoks, Allah hadir dimana-mana, karena dia maha hadir, menurutku wajar saja jika Allah itu hadir pada hidup temanku itu, tapi sebelumnya dia mungkin tak menyadari kehadiran Yang Maha Hadir. 

Ketika pertama kali mendengar istilah menemukan Tuhan itu aku juga bingung, apalagi ketika mereka menyaksikan pengalaman-pengalaman baru yang membahagiakan hidup mereka.

Karena ingin menghargai teman-teman yang baik dan rajin mendoakan agar aku menemukan Tuhan seperti mereka, dalam arti mengalami perubahan hidup, aku ikut saja apa yang mereka katakan, jadilah aku layaknya murud mereka.

Kesaksian mereka aku telan bulat-bulat dalam arti aku percaya mereka jujur, tapi aku bingung karena itu kan pengalaman pribadi, Sering aku berpikir, apa perlu dipaksakan pada yang lain, atau tepatnya, apa perlu semua orang mengalami hal yang sama dengan teman ku itu?

Beberapa bulan kemudian, aku pun mengalami pengalaman seperti mereka, aku merasa ada perubahan hidup yang dapat ku lihat secara nyata, dari orang yang biasa minum-minuman keras, merokok dan beberapa kebiasaan buruk, aku bisa terbebas. Aku menemukan Tuhan!

Perjalanan menemukan Tuhan ternyata tidak pernah final, aku terus menyusuri jejak Tuhan, dan jejak Tuhan itu kerap kulihat hilang dari mereka yang menyaksikan menemukan Tuhan. 

Aku mulai berpikir, mengapa jejak-jejak Tuhan itu tidak semakin jelas, bahkan pada kebanyakan mereka yang bersaksi menemukan Tuhan jejak Tuhan tidak lagi terlihat.

Dengan belajar teologi aku mulai mencari jawab, bukan manusia yang mencari Tuhan, tetapi Tuhan yang mencari manusia. Tapi bukankah Tuhan tidak pernah meninggalkan ciptaanNya? 

Bukankah Tuhan menyatakan diri secara umum kepada semua manusia, dan juga secara khusus kepada siapapun yang Tuhan ingin jumpai? 

Siapa yang menjamin Tuhan hanya akan menjumpai orang-orang tertentu, atau orang-orang dalam agama tertentu?

Perjumpaan Tuhan secara khusus itu kerap diklaim sebagai perjumpaan yang nyata, obyektif, dan berarti absolut. Padahal, jika manusia tidak tahu segala sesuatu, maka manusia tidak bisa mengklaim pernyataannya adalah benar, tanpa salah. Klaim kita hanya benar sebatas argument atau data serta fakta yang mendasari argument itu.

Aku mencari Tuhan, semua agama mencari Tuhan, tapi bagaimana yang transenden bisa dijumpai manusia? Bagaimana manusia yang terbatas bisa mengklaim perjumpaan dan pengalamannya dengan Tuhan adalah pengalaman yang sempurna? 

Bukankah kita masih berada dalam perjalanan mencari Tuhan, dan secara bersamaan mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan melalui anugerah penyingkapan diri Tuhan?

Jangan menghakimi!

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/mencari-tuhan.html 

Agama untuk perdamaian




http://dlvr.it/TDStqJ

Kebakaran Hutan California

  https://youtube.com/shorts/qxdaZxgWd6Y?si=czD2F2ba5owlKDBn Awalnya saya tak bisa memahami bagaimana kebakaran Hutan kemud...