Wednesday, March 31, 2021

Mensyukuri Realitas Keragaman Indonesia

 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!





Mensyukuri realitas keragaman Indonesia adalah cara bijaksana merawat keragaman indonesia. Sebagai negeri yang tersohor sebagai tempat persemaian agama-agama Indonesia, karena hampir semua agama besar di duni ada di indonesia, toleransi masyarakat Indonesia patut menjadi teladan bagi bangsa-bangsa.

 

Keragaman adalah suatu kenyataan obyektif dari masyarakat Indonesia yang bukan hanya tidak perlu diperdebatkan lagi, tapi sebaliknya semua elemen bangsa ini perlu mensyukurinya.

 

Pluralitas masyarakat Indonesia sesungguhnya mencakup banyak aspek. Keragaman Indonesia secara khusus terlihat dari sudut aspek geografisnya yang menghadirkan komposisi etnis, rasial dan kulturnya, tetapi juga terkait agama, ekonomi, dan sistem kekerabatannya.

 

Sebagai sebuah negara kepulauan, Nusantara yang kita cintai ini, rakyatnya bukan hanya ramah menyapa mereka yang berasal dari pulau-pulau lainnya, tapi juga ramah terhadap kehadiran bangsa-bangsa lain.  

 

Mungkin, ada anggapan Indonesia adalah bangsa yang belum selesai, secara khusus ini dilihat dalam perspektif Barat, yang menyangsikan apakah Indonesia dapat disebut sebuah masyarakat, dan apakah tidak lebih tepat disebut masyarakat-masyarakat, yang belum menjadi masyarakat yang satu dalam sebuah bangsa yang satu.

 

Pancasila yang menjadi dasar bersama masyarakat Indonesia yang beragama dalm sebuah bangsa yang satu dibawah Pancasila memang tidak kehilangan identitasnya yang beragam, tapi tidak berarti tidak ada perekat dari keragaman Indonesia itu.

 

Bagi masyarakat Indonesia, keragaman itu adalah suatu realitas yang diterima dengan rasa syukur, itu dapat terlihat dengan toleransi agama, suku, budaya dan antar golongan yang dinaungi semangat Bhineka Tunggal Ika.

 

Konflik yang terjadi terkait dengan suku, agama, budaya dan antar golongan sebenarnya bukan khas Indonesia. Pada sisi lain, kita tentu setuju tak ada dunia tanpa konflik. Keterbatasan manusia membuat perjumpaan yang terbatas itu bisa menimbulkan salah paham dan konflik. Tapi, kesadaran keterbatasan yang dinyatakan dengan sikap toleran sesungguhnya menjadi modal dasar yang menjadikan Indonesia tetap utuh dalam keragaman.

 

Kita tentu setuju bahwa perjumpaan serta persentuhan dengan pengaruh-pengaruh dari dunia luar tidak mengubah kenyataan keragaman Indonesia, melainkan telah menambah kompleksitas nya, yaitu yang oleh sementara ahli disebut menciptakan situasi structural yang “campur namun tak padu” (mixed but not combined). 

Tapi, kepaduan itu sendiri mesti dimaknai sebagai sebuah pencapaian yang tak berujung. Maka, campur namun tak padu itu sendiri harus dimaknai sebagai sebuah pencapaian  yang tak berujung juga. 

Jika kepaduan telah mencapai titik  akhirnya, keragaman itu dengan sendirinya akan sirna. Itu adalah realitas dari keterbatasan manusia.

 

Masyarakat Indonesia sesungguhnya merupakan percampuran antara pelbagai jenis polarisasi, yang tidak pernah terkristalisasi menjadi sebuah entitas kultural yang utuh.

Tapi, itu tidak bisa ditafsirkan bahwa tidak terjadinya kristalisasi itulah yang menyebabkan hadirnya ketegangan atau konflik yang terus terjadi dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, hingga perkembangan indonesia menjadi negara yang modern.

 

Menurut keyakinan saya , pemahaman kita mengenai Indonesia sebagai “bhineka tunggal ika”amat sangat menentukan. Kita akan menciptakan persoalan besar yang dapat berakibat amat fatal bila kita hanya menekankan dimensi yang satu dan mengabaikan dimensi yang lain.

Kita akan menciptakan malapetaka bila kita mau memaksakan kesatuan dengan membunuh keanekaragaman, atau bila kita hanya  mengakui keanekaragaman tanpa mempedulikan risikonya bagi kesatuan.


Kita berharap teror-teror yang kerap terjadi pada perayaan-perayaan agama di indonesia dapat disudahi, dan kita dapat hidup bergandengan tangan sebagai sesama manusia, yakni manusia Indonesia yang beragam.

https://www.binsarhutabarat.com/2021/03/mensyukuri-realitas-keragaman-indonesia.html


Monday, March 29, 2021

Mewaspadai Konflik Agama


TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!


 



https://bit.ly/3cDiTW5

Mewaspadai konflik agama dalam masyarakat Indonesia yang tersohor religius adalah penting, apalagi ketika meningkatnya religiusitas sebuah komunitas itu makin eksklusif. 

 

Pernyataan Majelis Ulama Indonesia yang mengutuk tindakan pelaku bom di Makasar yang bertentangan dengan ajaran agama apapun perlu mendapat dukungan semua agama. Tapi, secara bersamaan kita juga perlu mewaspadai konflik yang ditimbulkan individu atau kelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama, dengan aktivitas religius yang eksklusif.

 

Pada acara makan malam peringatan hari jadi Singapura, Minggu (2/8), dalam pidato bertajuk tantangan masa depan Singapura, Menteri senior Goh Chok Tong pernah mengingatkan warga Singapura agar mewaspadai potensi bahaya  yang meningkat dengan semakin religiusnya warga Singapura.

 

Menurutnya, semakin religius seseorang akan membuat orang membentuk kelompok hanya dengan pemilik kepercayaan yang sama, yang kemudian bermuara pada pembagian kelompok-kelompok berdasarkan agama. Ini akan menyebabkan timbulnya kesalahpahaman akibat kurangnya pemahaman akan kepercayaan yang beragam tersebut, kesalahpahaman tersebut bisa menimbulkan konflik agama.

 

Goh Chok Tong tampaknya mewaspadai betul apa yang dikatakan tentang wajah ganda agama yang oleh Jose Casanova diartikan sebagai “bermuka dua”, “janus face” dimana agama dapat menampilkan wajah garang dan wajah perdamaian. Meskipun demikian pemerintah Singapura tetap mengakui bahwa agama merupakan kekuatan positif di masyarakat dalam memberikan panduan menghadapi dunia yang berubah dengan cepat.

 

Kejujuran Goh Chok Tong mengungkapkan bahwa agama memiliki potensi konflik harus dihargai, dan pernyataan tersebut tentu bebas dari usaha untuk merendahkan agama, sebaliknya itu harus dimaknai sebagai suatu kejujuran dalam melihat realitas saat ini dimana konflik agama menjadi problematika yang tidak mudah diselesaikan, dan itu terjadi diberbagai belahan dunia ini. Karena itu, wajar saja jika pemerintah Singapura berusaha berjaga-jaga untuk menghindari terjadinya konflik agama di negerinya, apalagi konflik agama ini di berbagai negara telah menelan korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit, serta meninggalkan akar kebencian yang sulit untuk dipadamkan.

 

Menurut penulis pandangan-pandangan absolutisme tentang kepercayaan atau doktrin agama tertentu memang perlu diwaspadai, apalagi ketika doktrin atau kepercayaan itu melegalkan untuk melakukan tindakan apa saja atas nama Tuhan. Gairah yang makin tinggi dari masyarakat dalam menekuni agama atau kepercayaan yang ada tentu saja pada satu sisi perlu disyukuri, tetapi fenomena meruyaknya agamaisasi koflik dewasa ini, yaitu usaha membawa-bawa agama dalam konflik antar individu atau golongan juga perlu diwaspadai. Karena harus diakui mengeneralisasikan bahwa agama adalah semata-mata membawa perdamaian juga sulit dibuktikan berdasarkan penelitian empiris, karena masih maraknya kekerasan yang mengatasnamakan agama. Untuk itu agama-gama sudah sepatutnya mempromosikan pluralisme agama tanpa menyangkali keunikan agama-agama itu.

 

Mewaspadai agamaisasi konflik

 

Perjuangan terorisme internasional, seperti juga Alqaeda, ISIS, dll, adalah untuk mengembalikan pemerintahan berdasarkan agama. Menurutnya, Islam sebagai agama sukses,  kekuasaan Islam melebihi daerah kekuasaan Romawi pada awal masehi, dan berlangsung hampir seribu tahun sejak wafatnya Muhammad, sebelum akhirnya dikalahkan bangsa-bangsa Barat, telah dijadikan alat kampanye untuk membangkitkan kemarahan radikalisme Islam terhadap bangsa-bangsa barat.

 

Semangat berkuasa untuk menjadi pemimpin dunia tersebut telah membuat pemimpin-pemimpin agama menggunakan legitimasi agama untuk memuluskan ambisinya. Konflik yang terjadi antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok demi kekuasaan tersebut menjadi semakin luas dengan adanya agamaisasi konflik.

 

Komunitas agama-agama adalah komunitas yang melintasi batasan suku, budaya dan bangsa. Itulah sebabnya agamaisasi konflik cenderung memperluas konflik, dan jika terjadi, sulit untuk dipadamkan. Karena itu, wajar saja jika Goh Chok Tong mewaspadai munculnya konflik yang membawa-bawa nama agama itu.

 

Konflik Israel dan Palestina adalah contoh klasik dari agamaisasi konflik yang bukan hanya melibatkan kedua bangsa tersebut, tetapi juga bangsa-bangsa lain. Padahal Israel adalah negara sekular, dan negara Palestina yang menjadi lawan tandingnya juga negara sekular, namun konflik kedua negara tersebut selalu saja dikaitkan dengan agama.

 

 

Dialog yang jujur

 

Dialog yang jujur terhadap mereka yang berbeda agama akan menyadarkan kita bahwa kita sesungguhnya membutuhkan orang lain. Apalagi, jika kita menyadari betapa sabarnya orang lain menerima kelemahan-kelemahan kita. Tepatlah apa yang dikatakan Hannah Arendt,  manusia memiliki dua kelemahan yaitu unpredictable (tak dapat diramalkan) dan irreversible (tak bisa dikembalikan ke titik nol), maka sudah sepatutnyalah kita belajar sabar untuk menerima kelemahan-kelemahan orang lain. Ini adalah sikap moderat yang dibutuhkan untuk menjadikan Indonesia tempat persemaian yang subur bagi agama-agama, dan semua orang yang berdiam di negeri ini. Tanpa harus menyamarkan identitas agama-agama itu sendiri.

 

Dialog yang jujur itu bisa terjalin jika kita menerima pluralisme agama sebagai dasar bagi pijakan bersama. Dialog dalam bingkai pluralisme agama bukan sarana untuk mengajak orang beragama lain berpindah agama, tetapi dialog adalah suatu penghargaan dan pengakuan bahwa sesungguhnya agama-agama itu unik bagi setiap pemeluknya, dan agama-agama yang ada itu dapat memberikan kontribusinya bagi kehidupan bersama.

 

Agama-agama yang berbeda itu sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang universal yang berguna untuk semua orang. Mengabaikan keberadaan agama-agama yang berbeda dalam membangun suatu kehidupan bersama adalah suatu kerugian yang teramat besar.

 

Untuk Indonesia, pluralisme itu sendiri sesungguhnya sudah termuat dalam sila pertama dari Pancasila yang juga menjiwai sila-sila lain dari Pancasila yang mengadopsi nilai-nilai Islam,Kristen dan agama-agama lain. Suatu sintesa dari nilai-nilai agama-agama, suku dan budaya yang telah lama hidup dalam masyarakat Indonesia, dan memungkinkan semua orang di bumi Indonesia dapat hidup bersama dengan rukun  tanpa terdiskriminasikan.

 

Binsar Antoni  Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2021/03/mewaspadai-konflik-agama.html



Sunday, March 28, 2021

Ledakan di Gereja Katedral Makasar




Ledakan yang di duga bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar kembali menambah panjang tindakan teror di negeri ini. 


Pemerintah perlu bertindak cepat untuk memberikan rasa aman, dan semua eleman bangsa di negeri ini sudah sepatutnya bekerjasama untuk menghadirkan Indonesia yang damai.


Minggu, sekitar pukul 10:35 WITA, saat selesai ibadah kedua, dan akan dilangsungkan ibadah ke-tiga terjadi ledakan yang diduga berupa bom bunuh diri di Gereka katedral Makasar. 

Kebaktian Misa yang biasanya diselenggarakan sampai sore hari, terpaksa dihentikan dan jemaat diminta beribadah di Gereja katolik yang lain, karena pihak kepolisian masih melakukan oleh tempat kejadian untuk mengamankan lokasi, secara khusus dari kemungkinan terjadinya ledakkan susulan.

 Pastor Wilhelmus Taka menjelaskan, bahwa saat kejadian beliau sedang berada di ruang ganti pakaian, karena baru saja selesai memimpin ibadah kedua. 

Bom bunuh diri terjadi didepan pintu gerbang masuk lokasi Gereja Katedral Makasar saat pengunjung ibadah ketiga berdatangan ke lokasi gereja, dan jemaat ibadah kedua hendak pulang karena telah selesai melaksanakan ibadah.

 Kombes E. Zulpan, kabid Humas Polda Sulawesi selatan, yang telah berada di lokasi kejadian menjelaskan benar bahwa pukul 10.35 WITA terjadi ledakan di depan pintu gerbang Gereja Katedral Makasar, akibat ledakan tersebut ditemukan potongan tubuh manusia, jumlah potongan tubuh dikonfirmasi berjumlah satu orang. Dari masyarakat terdapat korban luka berjumlah 9 orang, lima petugas gereja dan empat jemaat.

 

Kapolda Makasar dan Wali Kota Makasar sudah berada di tempat lokasi,  Gereja Tertua di Makasar untuk melihat langsung tempat kejadian. Gereja tidak menghalami kerusakan berarti, hanya di luar gereja. 

 

 Pastor Wilhelmus melaporkan bahwa pelaku bom bunuh diri  mengendarai motor, pelaku yang melakukan bom bunuh diri itu belum sempat masuk area lokasi gereja karena Satpam yang mencurigai pengedara motor pelaku bom bunuh diri itu sempat menahan pelaku ketika akan memasuki lokasi gereja pada salah satu pintu masuk gereja, dan pada saat itulah terjadi ledakan yang keras dan melukai Satpam yang menahan pelaku untuk memasuki area Gereja Katedral Makasar.

 Kondisi satpam yang berhasil menahan pelaku yang diduga pelaku bom bunuh diri ketika akan memasuki lokasi gereja mengalami luka bakar karena dampak ledakan. Namun, menurut laporan, nyawa satpam tersebut masih dapat diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit.

 Efek Ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar itu terbilang besar, menurut laporan bukan hanya suara ledakan bom bunuh diri itu yang terdengar sangat keras, tapi juga efek ledakan mengakibatkan pecahnya kaca-kaca hotel didekat kompleks Gereja katedral.

 Kapolda Makasar dan wali kota Makasar sudah berada di tempat lokasi, di gereja Katedral Makasar, Gereja Tertua di Makasar.

 Kejadian ledakan itu dikonfirmasi Wali Kota tidak tidak terjadi pada pintu gerbang utama, karena Gereja Katedral itu memiliki beberapa pintu masuk, dan kejadian ledakan tidak terjadi pada pintu gerbang utama.

 Wali kota Makasar Danny Pomanto menjelaskan bahwa pada saat terjadi ledakan jemaat sudah pulang, kejadian itu terjadi tidak pada pintu gerbang utama, dan tidak ada korban jiwa dari warga dan petugas keamanan.

 Kepala BNPT Boy Rafli Amar menjelaskan bahwa diperlukan langkah-langkah penyelidikan lebih lanjut. Boy juga menjelaskan perlunya tindakan antisipatif, agar dapat menyetop aksi radikal terorisme.

 Majelis ulama Indonesia Anwar Abbas mengutuk dengan keras tindakan pelaku bom di Makasar yang menyebabkan ketakutan ditengah masyarakat dan menyebabkan korban jiwa. Menurutnya, tindakan tersebut sangat tidak manusiawi, dan beliau meminta aparat kepolisian menangkap pelaku kejadian.

 Kita semua berharap kejadian yang terjadi di Gereja Katedral Makasar ini menjadi peristiwa terakhir dari banyak kejadian teroris yang ada di indonesia.

 Pemerintah perlu memberi rasa aman kepada masyarakat indonesia. Dan sudah waktunya semua elemen bangsa di negeri ini bekerja sama untuk memberikan kedamaian untuk masyarakat Indonesia.

 

Binsar A. Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2021/03/ledakan-di-gereja-katedral-makasar.html


https://bit.ly/3cDiTW5

Dapatkan Artikel Dr. Binsar Antoni Hutabarat lainnya dalam Link ini.

Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik

  Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikat...